Quantcast
Channel: Cerita Seks – Cerita Dewasa Terbaru, Foto Dewasa Bergambar
Viewing all 14 articles
Browse latest View live

Cerita seru Pengalaman Bisnis Dengan Tante Girang

$
0
0

Cerita seru Pengalaman Bisnis Dengan Tante Girang

Jam lima pagi, aku terjaga lagi. Kali ini terasa agak dingin dihembus kipas angin dari atas. Kuambil selimut sambil melihat Tante yang masih berposisi telanjang bongkok udang. Hal ini menarikku untuk memeluknya dari belakang. Kutebarkan selimut lebar itu hingga menutupi tubuh kami berdua. Tangan kiri kusisipkan di bawah badannya dan tangan kananku kupelukkan melingkupi dadanya. Pinggulku kulekatkan ke arah pantatnya, sehingga otomatis zakarku menempel di situ pula, di sela-sela paha belakangnya.Dasar darah mudaku masih panas, sejenak kemudian burung kecilku sudah jadi ‘garuda’ perkasa yang siap tempur lagi. Kugerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. Tanganku pun tidak tinggal diam dan mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas gumpalan kenyal itu. Kontan mendapat perlakuan seperti itu Tanteku terbangun dan bereaksi.“Sudah, Ron..! Jangan lagi..!” tubuh Tante beringsut menjauhiku, namun aku tetap memeluknya erat.
Bahkan dengkulku sekarang berupaya membuka pahanya dari belakang. Tante beringsut menjauh lagi dan kedua tangannya berusaha melepas pelukanku.
“Jangan, Ron..! Aku ini Tantemu.” rintihnya sambil tetap membelakangiku.
“Tapi, tadi kita sudah melakukannya, Tante?” tanyaku tidak mengerti. Pelukanku tetap.
“Ya. Ta.. tadi Tante.. khilaf..”
“Khilaf..? Tapi kita sudah melakukannya sampai dua kali Tante?” aku tidak habis mengerti.
Kulekatkan lagi zakarku ke pantatnya. Tante menghindar.“Ii.. ya, Ron. Tante tadi benar-benar tak mampu.. menahan nafsu.. Tante sudah lama tidak melakukan ini sejak Oom-mu meninggal. Dan sekarang kamu merangsang Tante sampai Tante terlena.”
“Masak terlena sampai dua kali?”
“Yang pertama memang. Tante baru terbangun setelah.., Roni mem.. memasuki Tante. Tante mau melawan tapi tenagamu kuat sekali sampai akhirnya Tante diam dan malah jadi terlena.”“Kalau yang kedua, Tante..?” tanyaku ingin tahu sambil mendekap lebih erat. Tante menghindar dan menepisku lagi.
“Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kelemahan Tante, Ron. Tante selalu terangsang kalau berciuman..”
“Oh, kalau begitu Tante kucium saja sekarang ya..? Biar Tante bernafsu lagi.” pintaku bernafsu sambil berupaya memalingkan wajah Tante. Tapi Tante menolak keras.
“Jangan, Ron..! Sudah cukup. Kita jangan berzinah lagi. Tante merasa berdosa pada Oom-mu. Hik.. hik.. hik..” Tante terisak.
Aku jadi mengendurkan serangan, meski tetap memeluknya dari belakang.Kemudian kami terdiam. Dalam dekapanku terasa Tante sedang menangis. Tubuhnya berguncang kecil.
“Ya sudah, Tante. Sekarang kita tidur saja. Tapi bolehkan Roni memeluk Tante seperti ini..?”
Tidak kuduga Tante justru berbalik menghadapku sambil membetulkan selimut kami dan berkata, “Tapi kamu harus janji tak akan menyetubuhi Tante lagi kan, Ron?”
“Iya, Tante. Aku janji.., anggap saja Tante sekarang sedang memeluk anak Tante sendiri.”Sekilas kulihat bibir Tante tersenyum. Di bawah selimut, aku kembali memeluknya dan kurasakan tangan Tante juga memelukku. Buah dada besarnya menekan dadaku, tapi aku mencoba mematikan nafsuku. Zakarku, meski menyentuh pahanya, juga kutahan supaya tidak tegang lagi. Wajah kami berhadap-hadapan sampai napas Tante terasa menerpa hidungku. Matanya terpejam, aku pun mencoba tidur.Mungkin saking lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi. Namun lain halnya dengan aku. Terus terang, meski sudah berjanji, mana bisa aku mengekang terus nafsu birahiku, terutama si ‘garuda’ kecilku yang sudah mulai mengepakkan sayapnya lagi. Dengan tempelan buah dada sebesar itu di dada dan pelukan hangat tubuh polos menggairahkan begini, mana bisa aku tidur tenang? Mana bisa aku menahan syahwat? Jujur saja, aku sudah benar-benar ingin segera menelentangkan Tante, menusuk dan memompanya lagi!Tapi aku sudah janji tidak akan menyetubuhinya lagi. Mestikah janji ini kuingkari? Apa akal? Bisakah tidak mengingkari janji tapi tetap dapat menyebadani Tante? Benakku segera berputar, dan segera ingat kata-kata Tante tadi bahwa dia paling mudah terangsang kalau dicium. Mengapa aku tidak menciumnya saja? Bukankah mencium tidak sama dengan menyetubuhi?Ya, pelan tapi pasti kusisipkan kaki kiri di bawah kaki kanan Tante, sedang kaki kananku kumasukkan di antara kakinya sehingga keempat kaki kami saling bertumpang tindih. Aku tidak perduli zakarku yang sudah jadi tonggak keras melekat di pahanya. Kurapatkan pelukan dan dekapanku ke tubuh Tante, wajahku kudekatkan ke wajahnya dan perlahan bibirku kutautkan dengan bibirnya.Lidahku kembali berupaya memasuki rongga mulutnya yang agak menganga. Aku terus bertahan dengan posisi erotis ini sambil agak menekan bagian belakang kepala Tante supaya pertautan bibir kami tidak lepas. Dan usahaku ternyata tidak sia-sia. Setelah sekitar 30 menit kemudian, tubuhku mulai pegal-pegal, kurasakan gerakan lidah Tante. Serta merta gerakannya kubalas dengan jilatan lidah juga.
“Emm.. emm.. mm..” desis Tante sambil membelit lidahku.Kepalanya kutekan makin kuat dan aku berusaha menyedot lidahnya hingga masuk ke mulutku. Kukulum lidahnya dan kupermainkan dengan lidahku. Kusedot, kusedot dan kusedot terus sampai Tante agak kesakitan, lalu kubelit-belit lagi dengan lidahku. Ya, silat lidah ini berlangsung cukup lama dan ketika tanpa sengaja pahaku menyenggol vagina tante, terasa agak basah. Pasti Tante terangsang, pikirku. Tapi aku tidak mau memulai, takut melanggar janji. Biar Tante saja yang aktif.Maka aku pun berusaha menambah daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya kubimbing untuk menggenggam zakarku. Meski mula-mula enggan, tapi lama kelamaan digenggamnya juga ‘garuda perkasa’-ku. Bahkan dipijit-pijit sehingga aku pun menggelinjang keenakan.
“Shh.. shh..!” desisku sambil mengulum lidahnya.Tangan kananku, setelah membimbing tangan kiri Tante menggenggam zakarku lalu meneruskan perjalanannya ke celah paha Tante yang sudah basah. Kusibakkan rambut-rambut tebal itu, mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk dan tengahku di situ. Kugerakkan ke keluar-masuk dan Tante mendesis-desis, genggamannya di zakarku terasa mengeras. Aku tidak tahan lagi.“Masukin ya, Tante?” bisikku, lupa pada janjiku.
“Ja.. jangan, Ron..!”
“Ak.. aku nggak tahan lagi, Tante..!” pintaku.
“Di.. dijepit paha saja ya, Ron..?”
Tanpa kusuruh, Tante lalu telentang dan mengangkangkan pahanya. Pelan aku menaikinya. Tante membimbing zakarku di antara pahanya sekitar sejengkal di bawah vagina, lalu menjepitnya. Ia menggerak-gerakkan pahanya sehingga zakarku terpelintir-pelintir nikmat sekali.Payudara besar Tante menekan dadaku juga. Tangan kiriku mengutil-ngutil puting kanannya. Ciuman ke bibirnya kulanjutkan lagi, jemari tangan kananku juga terus berupaya memasuki vagina Tante dan mengocoknya.
“Heshh.. heshh.. Ron.. mm..,” Tante sulit bicara karena mulutnya masih kukulum.
“Tanganmu.. Ron..!” tangan kanan Tante berusaha menghentikan kegiatan tangan kiriku di putingnya, sedang tangan kanannya berusaha menghentikan kegiatan jemari kananku di vaginanya.Dipegangnya jemariku. Aku hentikan gerakan, tapi tiga jari tetap terendam di vagina basah itu dan kukutil-kutil kecil. Sampai Tante tidak tahan dan mengangkangkan sedikit pahanya hingga jepitan pada zakarku terlepas. Cepat kutarik jemariku dari situ dan kunaikkan sedikit tubuhku sehingga sekarang ganti zakarku berada di pintu gerbang nikmat itu. Kepalanya malah sudah menyeruak masuk.“Hshh.. Ron, jangan dimasukkan..!” Tante buru-buru memegang zakarku, digenggamnya.
“Tapi aku sudah nggak tahan Tante..” desisku.
“Cukup kepalanya saja, Ron.. dan jangan dikocok..!” Tante memperketat genggamannya, sementara aku semakin memperderas tekanan ke vaginanya.
“Ii.. ingat janjimu, Ron..!”
“Ta.. tapi Tante juga ingin kan?” tanyaku polos.
“Ii.. iya sih, Ron. Tante juga sudah nggak tahan. Tapi ini zinah namanya.”
“Apa kalau tidak dimasukkan bukan zinah, Tante?” tanyaku bloon.
“Bu.. bukan, Ron. Asal burungmu tidak masuk ke vagina Tante, bukan zinah..” aku jadi bingung.
Terus terang tidak mengerti definisi zinah menurut Tante ini.“Kalau begitu, apa Tante punya jalan keluar? Kita sudah sama-sama terangsang berat. Tapi kita nggak mau berzinah.”
“Egh.. gini aja Ron. Tante akan.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..!”
Dan aku pun menurut, turun dari atas Tante dan telentang. Tante bangkit lalu memutar badannya dan mengangkangiku. Mulutnya ada di atas zakarku dan vaginanya di atas wajahku. Kurasakan ia mulai menggenggam dan mengulum ‘garuda perkasa’-ku. Dikulum dan digerakkan naik turun di mulutnya.Shiit.. hsshh.. nikmat sekali. Jemariku segera menangkap pinggulnya yang bergerak maju mundur dan segera kuselipkan empat jari kanan ke vaginanya. Kugerakkan cepat, malah agak kasar, keluar masuk sampai basah semua.
“Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante mau keluar, mm.. mm..” Tante terus mengulum sambil meracau.
Sekejap kemudian tubuhnya berhenti bergerak, lalu pinggul yang kupegangi terasa berkejat-kejat. Kemudian cairan hangat membanjiri tanganku dan sebagian menetesi dadaku. Kurasakan cairan itu seperti air maniku hanya lebih encer dan bening.Tante kemudian terkapar kelelahan di atasku dengan posisi mulutnya tetap mengulum zakarku sambil mengocoknya. Tidak berapa lama, aku pun merasa mau keluar.
“Egh.. egh.. Tante. Aku mau keluar..!” Tante malah mempercepat kocokannya dan memperdalam kulumannya.
Aku berkejat dan muncrat memasuki mulut Tante dan ditelannya, semuanya habis ditampung mulut Tante. Akhirnya aku pun lemas dan ikut menggelepar kelelahan.Tangan-kakiku terkapar lemas ke kiri-kanan. Tante juga terkapar kelelahan namun mulutnya masih terus menjilati zakarku sampai bersih, barulah kemudian dia berbalik dan memelukku. Wajah kami berhadapan, mata Tante merem-melek.“Kalau yang barusan ini bukan zinah tante?” tanyaku lagi.
“Bukan, Ron.. karena kamu tidak memasukkan burungmu ke vagina Tante.” jawabnya sambil mata memejam.
Aku tidak tahu apakah jawabnya itu benar atau salah. Namun, setelah kupikir-pikir, aku lalu bertanya lagi, “Jadi kalau begitu, boleh dong kita melakukan lagi seperti yang barusan ini, Tante?”
“He-eh..” jawabnya sambil terkantuk-kantuk kemudian dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.Jam enam pagi waktu itu. Aku pun segera menebarkan selimut lagi di atas tubuh polos kami dan memeluknya dengan ketat. Rasanya aku tidak mau melepaskan tubuh Tante walau sekejap pun. Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah. Sengaja aku juga tidak mengingatkan Tante akan pekerjaan kami. Aku malah berharap menginap lagi semalam, biar ada kesempatan bersebadan dengan Tante lebih lama lagi. Sepanjang hari ini aku mau bercumbu terus dengan Tante, sampai spermaku keluar sepuluh kali lagi! Begitu angan-angan jorokku.Ya, akhirnya memang kami hari itu tidak keluar kamar dan memperpanjang menginap sehari lagi. Selama di dalam kamar, di atas ranjang, kami tidak pernah mengenakan pakaian barang selembar pun. Hampir setiap tiga jam sekali aku dan Tante sama-sama mengalami orgasme, meskipun hanya pakai bantuan tangan atau mulut dan lidah.Jam delapan pagi, sebelas, dua siang, lima sore, delapan malam, sebelas malam, dua pagi, lima pagi dan delapan paginya lagi kami selalu terkejat-kejat dan orgasme hampir bersamaan. Selama itu memang Tante masih selalu ingat untuk menolakku yang ingin memasukkan penisku ke vaginanya, dan aku pun menurutinya.Namun, akhirnya Tante terlena dan aku pun bebas memasukkan penisku ke vaginanya. Tentunya setelah kami pulang dari perjalanan bisnis berkesan itu, dan kembali pulang ke rumah. Kesempatan itu terbuka lebar karena memang aku suka tinggal di rumahnya.


– Ngentot Anak Kecil Pengganti sang Ayah

$
0
0

– Ngentot Anak Kecil Pengganti sang Ayah – Kehidupan malam baru saja berangkat menanjak gulita. Suasana desa Baturan terasa lenggang. Angin berembus menyelusup celah-celah rumah Ibu Norma yang hanya ditemani anak lelaki semata wayangnya. Pikirannya gelisah menanti pagi. Pagi yang kelam sekelam mimpinya kemarin malam. Suami yang sangat dicintainya, yang telah menghidupinya dengan segala kemewahan dunia dan kemanjaan birahi, terkena skandal “Desa Gate”.

cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas

Kasus korupsi penyalahgunaan subsidi kesejahteraan masyarakat desa. Sebagai kepala desa, suami ibu Norma bertanggung jawab atas lancarnya dana tersebut di terima masyarakat prasejahtera. Rupanya nasib menentukan lain. Masyarakat sekarang mulai kritis dan penegakkan hukum sangat diperhatikan aparat pemerintah. Masyarakat sangat antipati melihat kebobrokan aparat desanya. Maka dijebloskanlah suami ibu Norma ke penjara. Segala perbuatannya selama sekian tahun diam-diam diintip oleh aparat pemerintah yang bernaung dalam badan yang bernama PKKN “Pemberantas Korupsi Kolusi dan Nepotisme”. Bukti-bukti yang telah dikumpulkan, meja pengadilan telah siap membeberkan dalil-dalil pembenaran atas kasus suami ibu Norma. Bila terbukti hukumnya MATI.

Dengan berdandan seadanya dan pikiran yang masih gundah. Ibu Norma melangkah masuk menemui suaminya. Penjagaan sangat ketat. Empat orang polisi mendampingi percakapan ibu Norma dan suaminya. Ibu Norma menjauh memandangi jendela yang terkurung besi kokoh. Saat suaminya berusaha membuka percakapan dengan anaknya.
“Bapak kapan pulang” dengan tatapan lugu anaknya bertanya pada bapaknya. Deg jantungnya serasa disetrum berpuluh-puluh watt listrik tegangan tinggi. Jantungnya serasa hangus dan jiwanya serasa terbang mendengar pertanyaan anaknya. Tidak tahukah anaknya, besok bapaknya akan dihukum mati. Vonis sudah keluar, segala banding sudah tidak berguna. Masyarakat dan pemerintah begitu bersatu menentang segala bentuk ketidaksenonohan oknum pemerintah.

Ibu Norma segera merangkul anaknya seraya melangkah keluar. Besok pukul 12.00 siang eksekusi mati atas diri suami ibu Norma akan dijalankan. Permintaan terakhir suaminya, meminta persetubuhan dengan istrinya. Didalam ruang yang tertutup dengan lampu yang temaram, ibu Norma dan suaminya bugil saling menatap tubuh satu persatu. Dirabanya dada suaminya yang bidang. Suaminya memagut bibir ibu Norma dan meremas buah dadanya yang masih kencang. Dihisapnya puting susu ibu Norma.
“Ahh..” desahan napas ibu Norma memantul setiap dinding ruang 3×4 tersebut. Desiran darah dan birahinya memuncak, menghilangkan kekalutan pikirannya. Puting susu ibu Norma mengeras pertanda birahinya memuncak. Kemaluan suaminya menegang siap memasuki vagina ibu Norma yang telah sekian lama tidak tersentuh senjata tumpul. Dalam kondisi masih berdiri, BLESS.. sedikit kesat kemaluan suaminya menerobos dinding vaginanya.
“Ahh.. trus pak..ahh..masukkan yang dalam..ahh..” dengan suara sedikit serak mengandung birahi, ibu Norma sangat menikmati vaginanya diterjang dan dimaju mundurkan oleh suaminya.

Dinding-dinding vaginanya mencengkeram batang kemaluan suaminya. BLEP..BLEPP..SRETT..SRETT.. bunyi kemaluan dan vagina yang sangat klasik. Dinding-dinding vaginanya sedikit demi sedikit mengeluarkan cairan pertanda kepuasan duniawai telah direngkuh. Matanya memejam merasakan sensasi yang luar biasa. Otot-otot vagina mulai mengendur dan cairannya membahasi lubang vaginanya. Suaminya semakin cepat memainkan kemaluannya. Maju mundur maju mundur, pantatnya bergoyang.
“Ahh..aku mau keluar.. bu..” semakin keras goyangan badan suaminya. Desiran nafsu birahi ibu Norma kembali memuncak. Otot-otot vagina ibu Norma mulai berkedut-kedut mencekram lebih kuat kemaluan suaminya.
“Ahh..keluar pak..keluar sama-sama.. ahh..” Crot-crort..crroott.. semburan sperma suaminya bercampur dengan cairan ibu Norma, Banjir! Lubang vaginanya basah oleh cairannya dan sperma suaminya. Satu dua menetes sperma suaminya keluar dari celah-celah lubang vaginanya. Dirangkulnya suaminya, seraya menangis.

Enam bulan telah berlalu. Kematian suaminya masih menyisakan kesedihan yang mendalam. Rumah yang jauh dari keramaian serta hanya ditemani oleh anak semata wayangnya, benar-benar membuat stress pikiran ibu Norma. Pikirannya kembali menerawang saat ibu dan anak tersebut menonton TV. Ibu Norma membayangkan saat-saat percintaannya dengan suaminya. Begitu romantis dan indahnya hidup saat itu. Airmatanya tak kuasa menerobos celah-celah kelopak matanya.
“Ibu, jangan menangis ya..” dengan lugu, seorang anak berumur delapan tahun menghapus airmatanya.
“Tidak, nak.. Ibu hanya kangen dengan bapakmu” matanya sembab memandang anaknya. Diusapnya rambut anaknya dengan kasih sayang. Diciumnya rambut anaknya, pipi dan bibir anaknya. Anak kecil yang lugu itu membalas ciuman ibunya dengan kasih sayang. Ibu Norma seperti menemukan gairah hidup, semangat membara.

Desiran darahnya perlahan-lahan berusaha naik, menguasai saraf-saraf birahinya. Ibu Norma benar-benar terlena dengan keadaan itu. Dilumatnya bibir anaknya dengan sedikit nakal. Seolah-olah roh suaminya masuk kedalam raga anaknya. Anak kecil berumur delapan tahun, pandai memberikan rangsangan birahi kepada ibunya. Diremasnya susu ibu yang masih terbalut pakaian. Satu persatu dibukanya kancing pakaian ibunya. Ibu Norma membiarkan kenakalan tangan anaknya. Pikirannya berkecamuk antara dua sisi black and white.

Antara birahi dan sayang bedanya sangat tipis. Saat sekujur tubuh telah dirasuki saraf-saraf nakal birahi, saat itulah nafsu akan muncul. Lumatan bibir kedua anak manusia yang dibatasi oleh status hidup, Ibu dan Anak makin menjadi-jadi. Ibu Norma begitu agresif melumat bibir anaknya. Dengan pakaian yang telah terbuka dan susu yang menggantung, ibu Norma membuat kemaluan anaknya menjadi keras. Perlahan-lahan dibukanya celana pendek anaknya. Kemaluan kecil tersebut tidak malu-malu lagi mendongak ke atas. Sepertinya kemaluan kecil tersebut masih bingung menunggu intruksi dari ibunya. Dengan lembut tangan ibu Norma meremas kemaluan kecil anaknya.

Berkali-kali diusapnya ujung kemaluan anaknya. Terlihat mata si kecil merem melek merasakan sensasi yang sangat luar biasa dan pertama baginya. Dengan tanpa disangka-sangka, ibu Norma melepaskan pagutan-pagutan dibibir anaknya. Bibirnya kemudian mencium kemaluan anaknya. Dari ujung kemaluan kecil tersebut hingga kedua pentol anaknya dilumatnya tanpa sisa. Dikulumnya kemaluan tersebut, dihisapnya dengan perlahan-lahan, maju-mundur kepala ibu Norma memasukkan kemaluan anaknya hingga memenuhi rongga-rongga mulutnya.

Birahi ibu Norma meledek-ledak membakar setiap sendi-sendi tubuhnya. Menjalar dari atas menyelusupi setiap tubuhnya hingga memuncak, membuatnya kehilangan daya pikir. Dilepasnya seluruh pakaiannya hingga tubuhnya polos tanpa ditutupi sehelai benang pun. Kedua susunya menggantung bebas menantang seakan ingin memamerkan kepada anaknya. Jamah diri ibumu sayang, reguk setiap tubuhku, nikmati nikmati kenikmatan duniawi ini bersama ibu. Seakan mengerti atau naluri purbanya menuntun, sikecil segera menghisap puting ibunya. Srep srep bunyi hisapan mulut anaknya menghisap susu ibunya. Hisapan yang berbeda saat sikecil menyusui mencari air susu ibunya.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas

Hisapan tersebut membuat sekujur tubuh ibu Norma meregang menahan geli. Begitu tidak tahan birahinya. Dengan perlahan ibu Norma merebahkan badannya di sofa merah tersebut. Kedua pahanya terbuka menantang, mempertontonkan lebatnya bulu-bulu kemaluannya. Berkedut-kedut vagina ibu Norma pertanda birahinya begitu memuncak. Dituntunnya kemaluan anaknya memasuki lubang vaginanya. B l e s.. tiada kata-kata yang dapat diucapkan, hanya erangan napas birahi ibu Norma dan bunyi paha keduanya beradu menimbulkan bunyi persetubuhan yang khas. Mata anaknya sedikit terpejam merasakan sensasi pertama baginya. Otot-otot kemaluannya sedikit memerah, menampakkan goresan.

“Ah ah ah” dari mulut anak kecilnya terdengar sembari menggoyangkan badannya. Maju dan mundur.
“Trus trus sayang.. ah.. ohh..” Ibu Norma melenguh memejam matanya. Rupanya kenikmatannya telah sampai. Pikirnya, walaupun kemaluan anaknya tidak begitu besar khas kemaluan anak-anak, rupanya bisa juga membuat dirinya terlena. Cengkeraman dinding vaginanya tidak begitu erat mencekram kemaluan anaknya. Dengan bebasnya kemaluan anaknya maju dan mundur mengikuti irama persetubuhan kedua orang manusia. Bles..bless..bless..
“Ibu.. aku mau piipiiss..” Sambil menarik badannya, sehingga crroott.. croott.. keluar sperma dari ujung kemaluan anaknya.

Muka dan buah dada ibu Norma terciprat oleh sperma anaknya. Anaknya hanya mematung memandang kemaluannya yang masih tersisa ceceran sperma. Sedikit demi sedikit ceceran spermanya jatuh pada paha ibu Norma. Ibu Norma hanya tersenyum melihat sikap anaknya yang terkesan bingung. Mungkin dia berpikir akan keluar air kencing, sehingga menarik kemaluannya. Padahal kalau di keluarkan didalam sensasinya akan lain. Dasar anak-anak, pikir ibu Norma.

Cerita Seks | Guru Mesum Sama Muridnya

$
0
0
Cerita Seks | Guru Mesum Sama Muridnya

Pernahkah anda mendengar cerita Guru Mesum sama muridnya?berikut kisah nyatanya. Bu guru hitam manis bernama Hina Patel (37) akhirnya dituntut 16 bulan penjara karena terbukti melakukan hubungan seks dengan siswanya usia 15 tahun. Guru yang seharusnya membimbing dan melindungi peserta didiknya itu, telah membujuk mengajak intim dua siswanya di SMA dekat Southport, Merseyside, Inggris.
Hina Patel Kirimi para siswanya sms pancingan untuk berbuat mesum
Cerita Seks | Cerita HOT Dewasa 2013 | Guru Mesum Sama Muridnya
Kejadian itu berlaku sebulan lalu, ketika Hina Patel si bu guru itu melakukan hubungan seks dengan satu siswa usia bawah 16 tahun dan satu jam kemudian, bu guru juga melakukan hal yang sama dengan lainnya, sama-sama siswanya juga. Tuduhan itu ia akui di depan persidangan Sefton Utara Magistrate, dikutip the sun. Hina Patel dinilai bersalah karena seharusnya mengawasi siswa namun justru mengajari perbuatan mesum dan mengganggu aktivitas belajar para siswanya.

Ibu satu anak itu, juga telah bertukar nomor hp dengan 11 pelajar pria dalam satu kelas yang ia ajar. Mula-mula sms dengan bahasa yang ramah, namun berjalan 4 hari percakapan menjurus ke hal hal berbau seks. Dan siswa itu pun menanggapi dengan semangat serta ketagihan, walau usianya di bawah 16 tahun.

Setelah sms-sms berbau seks, kemudian bu guru mengundang pelajar tersebut ke rumahnya. Sudah bisa dibayangkan apa yang terjadi. Selama dalam rumah tersebut, siswa itu selesai dari kamar mandi kemudian berjumpa bu guru di tangga dengan pakaian merangsang dan berlanjut ke kamar tidur. Para siswa itu dirahasiakan namanya karena di bawah umur.
Cerita Seks | Cerita HOT Dewasa 2013 | Guru Mesum Sama Muridnya
Mr Decker penuntut umum dalam sidang tersebut menjelaskan, bermula dari sms, kemudian bicara seks, mengajak ke rumah dan berciuman lalu hubungan intim tak terhindarkan. Apa yang dialami satu siswa kemudian pulang meninggalkan rumah bu guru. Satu jam kemudian, siswa lain juga diundang ke rumah itu kemudian terjadi hal yang sama.
Cerita Seks | Cerita HOT Dewasa 2013 | Guru Mesum Sama Muridnya
Keesokan harinya, bu guru memberi uang kepada siswa yang dikencaninya sebesar 5 euro atau sekitar Rp 60 ribu untuk transport ke rumahnya. Aktivitas bu guru Hina Patel itu akhirnya tercium polisi dan menggerebeknya berikut barang bukti. Banyak pesan sms seks dalam hp tersebut. Di persidangan, bu guru mengaku malu dan menyesal. Diketahui, Hina Patel berasal dari India kemudian migrasi ke Inggris. Dia menjadi bu guru dan kemudian melanjutkan studi S2. Dia ditinggal oleh suaminya dalam keadaan memiliki anak. Selain mengajar dia juga tinggal dengan bar dan nyambi di tempat itu. – See more at: http://seputar-hot.blogspot.com/2013/10/cerita-seks-cerita-hot-dewasa-2013-guru.html#sthash.8lBr9FBh.dpuf

2 Pemuda di Medan tega cabuli bocah 5 tahun

$
0
0

2 Pemuda di Medan tega cabuli bocah 5 tahun

Perbuatan Junardi (56) alias Wak Adi dan temannya, Heri Efendi Siagian (46) boleh dibilang biadab. Mereka tega bergiliran mencabuli Bunga (nama samaran), bocah 5 tahun anak tetangganya.

Kebejatan Junardi, warga Jalan Pajak Karya, dan Heri, warga Jalan Mayor, terungkap dalam sidang perdana perkara pencabulan itu yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Medan, Kamis (13/6). Majelis hakim diketuai Dahlan Sinaga.

Seusai sidang yang digelar tertutup itu, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Paulina menyatakan, Junardi dan Heri, dua kali melakukan pencabulan terhadap Bunga, yaitu pada 6 Desember 2012 dan 10 Desember 2012. “Pertama sekali korban dicabuli di rumah terdakwa Junardi. Lalu aksi pencabulan kedua dilakukan di rumah saksi korban,” jelasnya kepada wartawan.

Sebelum melakukan pencabulan, kedua terdakwa membujuk Bunga dan memberinya uang Rp 10 ribu. Setelah pencabulan, mereka mengingatkan agar bocah itu tidak memberitahu orang tuanya.

Perbuatan cabul kedua laki-laki ini terbongkar ketika korban terlihat menangis saat keluar dari rumahnya. Warga sekitar yang curiga menanyainya. Bocah itu kemudian membeberkan perbuatan Junardi dan Heri. Keduanya kemudian diringkus dan diserahkan ke polisi.

JPU Paulina menjerat kedua terdakwa dengan UU Perlindungan Anak. “Kita kenakan Pasal 81 dan Pasal 82 UU Perlindungan anak. Ancamannya maksimal 15 tahun penjara,” ujar jaksa.

Sementara itu, Iwan (38), ayah korban, mengaku sangat sedih dengan kejadian yang menimpa anaknya. “Saya berharap kedua pelaku ini dihukum berat. Kalau perlu dihukum gantung saja,” harapnya.

– See more at: http://seksidancakep.blogspot.com/2013/06/perbuatan-junardi-56-alias-wak-adi-dan.html#sthash.jhRQM5M1.dpuf

Gairah Seks Dokter Cantik

$
0
0

Gairah Seks Dokter Cantik

Para pembaca sekalian, terserah anda percaya atau tidak, tetapi kisah ini benar-benar terjadi. Waktu itu kalau tidak salah sekitar akhir tahun 2006 yang lalu, saat saya diharuskan melakukan medical check up di sebuah klinik kesehatan di Jakarta, guna memenuhi persyaratan agar diterima bekerja di sebuah perusahaan dan kebetulan saya juga diajak teman saya untuk mengikuti program asuransi jiwa karena dia adalah agen dari salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, jika tidak salah nama perusahaannya adalah AIA.

Sebenarnya saya malas melakukan medical check up ini. Pasti lagi-lagi cuma cek darah, air seni, dan kotoran saja. Kemudian diperiksa oleh dokter memakai stetoskop untuk menyakinkan bahwa saya terkena penyakit atau tidak. Itu saja menurut saya, tidak ada yang lain. Dokter yang akan memeriksa saya paling-paling juga dokter cowok, mana sudah tua lagi.

Dengan sekali-sekali menguap karena jenuh karena sudah hampir setengah jam saya menunggu dokter yang tak kunjung datang. Padahal saya sudah melalui proses medical check up yang pertama, yaitu pemeriksaan darah, air seni, dan kotoran. Beberapa kali saya menanyakan pada orang di loket pendaftaran dan selalu memperoleh jawaban sama, yaitu agar saya sabar sebab dokternya dalam perjalanan dan mungkin sedang terjebak macet. Saya melihat arloji di tangan saya. Akhirnya saya memutuskan bahwa kalau dokternya tidak juga datang limabelas menit lagi, maka saya akan pulang saja ke rumah.

Dengan menarik nafas kesal, saya memandangi sekeliling saya. Tahu-tahu mata saya tertumbuk pada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam klinik tersebut. Amboi, cantik juga dia. Saya taksir usianya sekitar 35 tahun. Tetapi alamak, tubuhnya seperti cewek baru duapuluhan. Kencang dan padat. Payudaranya yang membusung cukup besar itu tampak semakin menonjol di balik kaos oblong ketat yang ia kenakan. Gumpalan pantatnya di balik celana jeans-nya yang juga ketat, teramat membangkitkan selera. Batinku, coba dokternya dia ya. Tidak apa-apa deh kalau harus diperiksa berjam-jam olehnya. Akan tetapi karena rasa bosan yang sudah menjadi-jadi, saya tidak memperhatikan wanita itu lagi. Saya kembali tenggelam dalam lamunan yang tak tentu arahnya.

“Mas, silakan masuk. Itu dokternya sudah datang.” Petugas di loket pendaftaran membuyarkan lamunan saya. Saat itu saya sudah hendak memutuskan untuk pulang ke rumah, mengingat waktu sudah berlalu limabelas menit. Dengan malas-malasan saya bangkit dari bangku dan berjalan masuk ke ruang periksa dokter.

“Selamat malam”, suara lembut menyapa saat saya membuka pintu ruang periksa dan masuk ke dalam. Saya menoleh ke arah suara yang amat menyejukkan hati itu. Saya terpana, ternyata dokter yang akan memeriksa saya adalah wanita cantik yang tadi sempat saya perhatikan sejenak. Seketika itu juga saya menjadi bersemangat kembali.
“Selamat malam, Dok”, sahut saya. Ia tersenyum. Aah, luluhlah hati saya karena senyumannya ini yang semakin membuatnya cantik.
“Oke, sekarang coba kamu buka kaos kamu dan berbaring di sana”, kata sang dokter sambil menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di sudut ruang periksa tersebut.

Saya pun menurut. Setelah menanggalkan kaos oblong, saya membaringkan diri di tempat tidur. Dokter yang ternyata bernama Dokter S itu menghampiri saya dengan berkalungkan stetoskop di lehernya yang jenjang dan putih.
“Kamu pernah menderita penyakit berat? Tipus? Lever atau yang lainnya?” Tanyanya. Saya menggeleng.

“Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya.” Dengan stetoskopnya, Dokter S memeriksa tubuh saya. Saat stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada saya, seketika itu juga suatu aliran aneh menjalar di tubuh saya. Tanpa saya sadari, saya rasakan, batang kemaluan saya mulai menegang. Saya menjadi gugup, takut kalau Dokter S tahu. Tapi untuk ia tidak memperhatikan gerakan di balik celana saya. Namun setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah tangannya menekan-nekan ulu hati saya untuk memeriksa apakah bagian tersebut terasa sakit atau tidak, semakin membuat batang kemaluan saya bertambah tegak lagi, sehingga cukup menonjol di balik celana panjang saya.

“Wah, kenapa kamu ini? Kok itu kamu berdiri? Terangsang saya ya?” Mati deh! Ternyata Dokter S mengetahui apa yang terjadi di selangkangan saya. Aduh! Muka ini rasanya mau ditaruh di mana. Malu sekali!
“Nah, coba kamu lepas celana panjang dan celana dalam kamu. Saya mau periksa kamu menderita hernia atau tidak.” Nah lho! Kok jadi begini?! Tapi saya menurut saja. Saya tanggalkan seluruh celana saya, sehingga saya telanjang bulat di depan Dokter S yang bak bidadari itu.
Gila! Dokter S tertawa melihat batang kemaluan saya yang mengeras itu. Batang kemaluan saya itu memang tidak terlalu panjang dan besar, malah termasuk berukuran kecil. Tetapi jika sudah menegang seperti saat itu, menjadi cukup menonjol.

“Uh, burung kamu biar kecil tapi bisa tegang juga”, kata Dokter S serasa mengelus batang kemaluan saya dengan tangannya yang halus. Wajah saya menjadi bersemu merah dibuatnya, sementara tanpa dapat dicegah lagi, batang kemaluan saya semakin bertambah tegak tersentuh tangan Dokter S. Dokter S masih mengelus-elus dan mengusap-usap batang kemaluan saya itu dari pangkal hingga ujung, juga meremas-remas buah zakar saya.
“Mmm.. Kamu pernah bermain?” Saya menggeleng. Jangankan pernah bermain. Baru kali ini saya telanjang di depan seorang wanita! Mana cantik dan molek lagi!

“Aahh..” Saya mendesah ketika mulut Dokter S mulai mengulum batang kemaluan saya. Lalu dengan lidahnya yang kelihatannya sudah mahir digelitiknya ujung kemaluan saya itu, membuat saya menggerinjal-gerinjal. Seluruh batang kemaluan saya sudah hampir masuk ke dalam mulut Dokter S yang cantik itu. Dengan bertubi-tubi disedot-sedotnya batang kemaluan saya. Terasa geli dan nikmat sekali. Baru kali ini saya merasakan kenikmatan yang tak tertandingi seperti ini.

Dokter S segera melanjutkan permainannya. Ia memasukkan dan mengeluarkan batang kemaluan saya dari dalam mulutnya berulang-ulang. Gesekan-gesekan antara batang kemaluan saya dengan dinding mulutnya yang basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi saya.
“Auuh.. Aaahh..” Akhirnya saya sudah tidak tahan lagi. Kemaluan saya menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke dalam mulut Dokter S. Bagai kehausan, Dokter S meneguk semua cairan kental tersebut sampai habis.
“Duh, masa baru begitu saja kamu udah keluar.” Dokter S meledek saya yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks.

“Dok.. Saya.. baru pertama kali.. melakukan ini..” jawab saya terengah-engah.
Dokter S tidak menjawab. Ia melepas jas dokternya dan menyampirkannya di gantungan baju di dekat pintu. Kemudian ia menanggalkan kaos oblong yang dikenakannya, juga celana jeans-nya. Mata saya melotot memandangi payudara montoknya yang tampaknya seperti sudah tidak sabar ingin mencelat keluar dari balik BH-nya yang halus. Mata saya serasa mau meloncat keluar sewaktu Dokter S mencopot BH-nya dan melepaskan celana dalamnya. Astaga! Baru sekarang saya pernah melihat payudara sebesar ini. Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Tidak ada tanda-tanda kendor atau lipatan-lipatan lemak di tubuhnya. Demikian pula pantatnya. Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal. Benar-benar tubuh paling sempurna yang pernah saya lihat selama hidup saya. Saya rasakan batang kemaluan saya mulai bangkit kembali menyaksikan pemandangan yang teramat indah ini.

Dokter S kembali menghampiri saya. Ia menyodorkan payudaranya yang menggantung kenyal ke wajah saya. Tanpa mau membuang waktu, saya langsung menerima pemberiannya. Mulut saja langsung menyergap payudara nan indah ini. Sambil menyedot-nyedot puting susunya yang amat tinggi itu, mengingatkan saya waktu saya menyusu pada ibu saya selagi kecil. Dokter S adalah wanita yang kedua yang pernah saya isap-isap payudaranya, tentu saja setelah ibu saya saat saya masih kecil.
“Uuuhh.. Aaah..” Dokter S mendesah-desah tatkala lidah saya menjilat-jilat ujung puting susunya yang begitu tinggi menantang. Saya permainkan puting susu yang memang amat menggiurkan ini dengan bebasnya. Sekali-sekali saya gigit puting susunya itu. Tidak cukup keras memang, namun cukup membuat Dokter S menggelinjang sambil meringis-ringis.
Tak lama kemudian, batang kemaluan saya sudah siap tempur kembali. Saya menarik tangan Dokter S agar ikut naik ke atas tempat tidur. Dokter S memahami apa maksud saya. Ia langsung naik ke atas tubuh saya yang masih berbaring tertelentang di tempat tidur. Perlahan-lahan dengan tubuh sedikit menunduk ia mengarahkan batang kemaluan saya ke liang kewanitaannya yang sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu lebat kehitaman. Lalu dengan cukup keras, setelah batang kemaluan saya masuk satu sentimeter ke dalam liang kewanitaannya, ia menurunkan pantatnya, membuat batang kemaluan saya hampir tertelan seluruhnya di dalam liang senggamanya. Saya melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang waktu ujung batang kemaluan saya menyentuh pangkal liang kewanitaan Dokter S. Menyadari bahwa saya mulai terangsang, Dokter S menambah kualitas permainannya. Ia menggerak-gerakkan pantatnya berputar-putar ke kiri ke kanan dan naik turun ke atas ke bawah. Begitu seterusnya berulang-ulang dengan tempo yang semakin lama semakin tinggi. Membuat tubuh saya menjadi meregang merasakan nikmat yang tiada tara.

Saya merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluan saya sudah nyaris menyemprotkan cairan kenikmatan lagi. Namun saya mencoba menahannya sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan Dokter S yang liar itu. Akhirnya.., “Aaahh.. Ouuhh..” Saya dan Dokter S sama-sama menjerit keras. Kami berdua mencapai klimaks hampir bersamaan. Saya menyemprotkan air mani saya di dalam liang kewanitaan Dokter S yang masih berdenyut-denyut menjepit batang kemaluan saya.
Demikianlah peristiwa yang terjadi siang itu. Dan mau tahu apa hasil medical check up yang istimewa tersebut? Saya dinyatakan sehat secara fisik dan tentu saja secara mental. Apalagi secara birahi. Tentu para pembaca semua tahu maksud saya ini. Dan akhirnya saya berhasil diterima di perusahaan besar itu yang merupakan impian saya sejak lama dan saya berhasil mendapatkan asuransi policy dari AIA sekalian membantu teman saya mendapatkan komisinya. Sayangnya, permainan saya yang menggebu-gebu tersebut dengan Dokter S merupakan pengalaman saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Ia sepertinya menghindar apabila saya sengaja datang ke tempat praktek dokternya. Dengan alasan sibuk atau sejuta alasan lainnya, Dokter S selalu menolak menemui saya. Saya tidak tahu mengapa ia bersikap seperti itu. Ah, biar saja!

Temanku Menikmati Moleknya Ibuku

$
0
0

Temanku Menikmati Moleknya Ibuku, Aku sedang nonton TV waktu kulihat Ibuku memanggil Akbar dengan kedok untuk memperbaiki Saluran kamar mandi yang rusak. Masih jam 4 sore. Malamnya aku sengaja masuk kamar jam 8 malam dengan alasan capek. Adikku sedang pergi camping.

Malam sekitar jam 10, aku yang sejak tadi terjaga mendengar pintu belakang dibuka. 5 menit tanpa ada suara. Aku keluar kamar dan tidak mendapati siapa-siapa di dapur. Waktu pintu belakang kubuka ternyata tidak terkunci. Aku melihat keluar dan melihat nyala senter diantara pohon-pohon yang ada di kebun belakang rumahku. Aku tahu, Ibu dan Akbar janjian di pondok tempat penyimpanan kapas untuk kasur yang salah satu bisnis ayahku.

Aku menunggu sampai nyala senter hilang dan aku keluar dari dapur menuju pondok itu. Kulihat Ibuku masuk ke pondok. Aku segera beranjak ke samping dan mencari lubang untuk mengintip ke dalam. Tak susah karena pondok ini memang dibuat seadanya. Kudengar suara laki-laki didalam. Lalu sebuah lilin menyala menerangi ruangan itu. Kulihat Akbar yang mengenakan jeans dan kaos.

Sementara Ibuku Cuma memakai daster yang bertali di pundak. “Halo sayang.” Kata Akbar sambil duduk diatas kasur yang siap dijual bersandar pada kasur yang ditumpuk dibelakanganya. Ibuku ikut naik ke kasur dan duduk di sampingnya.

“Rindu sama ini?” lanjut Akbar sambil mengelus penisnya. Ibuku tersenyum sambil merebahkan kepalanya di dada Akbar yang langsung memeluk dan mengelus rambut ibuku. Tanpa banyak bicara Ibuku langsung mengelus penis Akbar. Akbar membiarkan ibuku membuka resliting celananya.

“Sebentar.” Kata Akbar sambil mengambil sebuah buku dari samping kasur. “Ini buku gaya-gaya kamasutra, nanti kita praktekkan.” Katanya sambil membuka halaman pertama. Ibuku ikut melihat sambil telungkup di kasur. Lama mereka membuka-buka buku sambil bercakap-cakap. Akbar lalu berlutut dan pindah kebelakang ibuku yang telungkup.

Kakinya dikangkangkan diantara tubuh Ibuku dan memijat punggungnya pelan. Lalu tangannya naik dan membuka ikatan daster Ibuku yang ternyata sudah tidak pakai BH. Akbar terus memijat punggu dan turun ke pantat sekaligus membuka baju Ibuku yang juga ternayata sudah tidak pakai CD, bokongnya diremas-remas Akbar pelan, bergerak kearah perut untuk menarik Baju.

Ibuku menaikkan sedikit badannya untuk mempermudah melepas baju. Akbar langsung menarik daster Ibuku lepas. Sambil berlutut Akbar membuka baju kaosnya. Lalu dia rebah di punggung Ibuku, dadanya yang bidang digesek-gesekkan di punggung Ibuku, pantatnya nungging. Lidahnya menjilati leher belakang Ibuku dan punggungnya. Ibuku menaikkan badannya sedikit keatas sehingga Akbar leluasa meremas payudara ibuku yang menggantung.

Ibuku melenguh pelan. “Sayangg..mhhmmi..oohh” Akbar menggigit punggung Ibuku yang membuatnya menggelinjang pelan. Lalu Akbar kembali berlutut dan membuka resliting celana jeasnya. Penisnya yang terbalut CD lalu digesek-gesekkan di pantat Ibuku yang kembali telungkup. Lalu Akbar menurunkan sedikit CDnya hingga penisnya muncul keluar. Coklat kehitaman.

Tangannya menumpu pada kasur dengan tubuh telungkup membuat penisnya menempel di bokong Ibuku. Lalu penisnya digesek-gesekkan pelan di bokong Ibuku, kepala penisnya mengayun-ayun di tubuh Ibuku. Akbar merangkak naik dengan penis tetap digesekkan ditubuh ibuku yang telungkup, naik ke punggung lalu di leher penisnya digeser ke arah mulut ibuku yang sedikit mendongak. Ibuku langsung berbalik dan meraih penis Akbar yang menggantung tepat diatas mukanya. Pelan Ibuku mulai menjulurkan lidahnya ke penis Akbar.

Akbar memainkan penisnya di mulut Ibuku yang membasahi penis Akbar dengan air liurnya. Lalu Akbar memasukkan penisnya ke mulut Ibuku dan mulai mengocoknya pelan. Pantatnya digoyang-goyangkan pelan. Kulihat penis Akbar keluar masuk mulut Ibuku. Tangan Ibuku mencoba membuka celana jeans yang masih membalut kaki Akbar, tapi ia kesusahan karena posisi Akbar yang mengangkangi badannya. Akbar mengerti dan melepaskan penisnya dari mulut Ibuku.

Ia beranjak ke samping Ibuku berdiri dan membiarkan Ibuku melucuti celannya. Ibuku pelan menarik celana jeans Akbra ke bawah membiarkan CDnya tinggal dan membalut penis Akbar yang kepalanya sudah menonjol keluar dari CD. Lalu Ibuku menciumi paha dalam Akbar yang masih berdiri mengarah ke atas ke selangkangan bagian dalam. Akbar mengangkangkan kakinya hingga Ibuku leluasa bergerak dibawahnya.

Sedikit Ibuku menggigit buah peler Akbar yang masih terbalut CD, lalu Ibuku sedikit menarik CD hingga buah peler Akbar keluar. Ibuku menjilatinya pelan. Kulihat akbar melenguh pelan sambil memejamkan matanya menikmati jilatan Ibuku. Tangannya meremas rambut Ibuku. Tanpa sadar tanganku sendiri sudah bergerilya di sekitar selangkangan. Aku Cuma memakai celana pendek hingga penisku yang sudah tegang terasa menempel di dinding pondok.

Aku memelorotkan celananku sampai lutut dan membiarkan penisku menikmati udara luar sambil tanganku meremasnya pelan. Didalam kulihat Ibuku menarik penis Akbar keluar dari CD dan menjilatinya pelan. Lalu memelorotkan CD akbar hingag ia berdiri bugil. Dengan ganas ibuku menjilati dan menghisap penis Akbar. Ia menggelinjang dan melenguh, badannya menggeliat pelan menikmati sensasi isapan Ibuku.

Penis Akbar masuk perlahan di mulut Ibuku yang langsung menguncinya dan Ibuku menggerakkan kepalanya pelan mengocok penis Akbar. Akbar membalas dengan menggoyangkan pantatnya maju mundur. Tangannya memegangi pundak Ibuku. “SSHhh..n ahh.. ohhmm..” Ibuku semakin mempercepat kocokannya dan Akbar mengimbangi juga. Kulihat tubuhnya menegang, tangannya mencengkeram bahu Ibuku dan tubuhnya sedikit menunduk.

“Ohh..” Goyangan pantat Akbar berhenti begitu juga kocokan mulut Ibuku. Penis Akbar lepas dan sperma langsung muncrat ke sekitar leher Ibuku. Akbar terbaring di kasur, Ibuku mengambil tissue yang ternyata sudah tersedia disana juga sebotol air mineral. Ia melap sperma yang tumpah di lehernya dan memberikan air kepada Akbar sekaligus membersihkan penis Akbar yang layu penuh dengan sperma.

Mereka bedua masih telanjang dan berbaring bersebelahan. Kontolku yang sejak tadi tegang perlahan-lahan juga mengendur melihat aktivitas mereka yang masih ngobrol. Aku melihat jam tanganku. Pukul 10.30. aku memutuskan pulang sebentar untuk mengambil kameraku yang memang sengaja kusiapkan untuk mengabadikan gambar mereka. Begitu kembali dari rumah kudengar didalam pondok suara erangan dan lenguhan juga derit papan.

Aku buru-buru mengintip kedalam dan melihat Akbar sedang ngentotin Ibuku. Aku buru-buru memasang tripod kamera dan mencari lubang yang lebih besar. Aku dapat lubang sebesar cangkir dan kameraku langsung mengarah ke dalam. Kulihat Ibuku tidur telentang dengan pantatnya ditumpu bantal, kakinya dipunggung Akbar yang berlutut dihadapan Ibuku.

Penisnya menancap di vagina Ibuku dan mengocoknya dengan ganas. Langsung aku menjepret adegan itu. Sesekali Akbar menciumi Bibir Ibuku dan menjilati payudaranya, tangan akbar menumpu pada kasur, pantatnya terus mengenjot penisnya di vagina Ibuku yang menggelinjang dan mengerang-erang.

Ibuku lalu merangkul bahu Akbar. Akbar menyesuaikan posisi dengan menjulurkan kakinya hinggak posisi mereka berganti, Akbar dibawah dan Ibuku diatas. Penis Akbar terlihat maksimal penetrasinya hingga bulu jembut mereka bersatu. Lagi-lagi aku mengabadikan posisi mereka. Ibuku langsung mengenjot vaginanya di penis Akbar. Akbar merebahkan Tubuhnya dan Ibuku dengan leluasa mengatur gerakan diatas.

Tangan Akbar meraih payudara Ibuku dan mengelusnya pelan. Sesekali putingnya dicubit membuat Ibuku menggelinjang sambil terus mengenjot. Kulihat genjotan Ibuku semakin kencang sekaligus erangannya semkin keras. “MHhhmm.. oohh..” Lalu genjotannya semakin pelan. “Sayang..sayang..sayang..” igau ibuku yang tubuhnya lalu terbaring di atas tubuh Akbar.

Akbar mengelus punggu Ibuku dan pelan membalikkan Tubuh Ibuku lalu melepaskan penisnya yang basah oleh tumpahan air lendir vagina Ibuku. Akbar lalu menciumi payudara Ibuku yang masih terbaring lelah, lalu perlahan Akbar bangkit dan melap penisnya dengan Tissue, lalu berpakaian.

TAMAT

Selingkuh Dengan Ponakan Baru Nikah

$
0
0

Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru – Cerita ini adalah cerita sex terbaru bergambar Ngentot Dengan Jablay Seksi Bertoket Gede Sepanjang Malam, kini ada cerita seks dewasa Selingkuh Hingga ML Dengan Ponakan Yang Baru Menikah, selamat membaca.

FB-Cewek-Bandung-Hot

Keponakanku yang baru menikah tinggal bersamaku karena mereka belum memiliki rumah sendiri. Tidak menjadi masalah bagiku karena aku tinggal sendiri setelah lama bercerai dan aku tidak memiliki anak dari perkawinan yang gagal itu. Sebagai pengantin baru, tentunya keponakanku dan istrinya, Ines, lebih sering menghabiskan waktunya di kamar.

Pernah satu malam, aku mendengar erangan Ines dari kamar mereka. Aku mendekat ke pintu, terdengar Ines mengerang2, “Terus mas, enak mas, terus ……, yah udah keluar ya mas, Ines belum apa2″. Sepertinya Ines tidak terpuaskan dalam ‘pertempuran” itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Ines.

Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Ines yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Ines hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15cm di atas lutut.

Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan toket yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilnya membayang di kimononya. Rupanya Ines belum sempat mengenakan bra. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.

Agaknya Ines sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kon tolku berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Ines sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kon tolku di gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.

“Sori Nes, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, kataku. “Udah selesai kok om”, jawabnya. Aku duduk di meja makan. Ines mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Ines keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Ines tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Ines beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang.

Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Ines tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toket yang montok kala agak merunduk. kon tolku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. “Nes, kamu gak puas ya sama suami kamu”, kataku to the point. Ines tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh.

Suami kamu cepet ngecretnya ya”, kataku lagi. “Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Ines baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Ines cuma jadi pemuas napsunya aja”, Ines mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. “Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Ines nyiapin makan dulu ya”, katanya mengakhiri pembicaraan seru. “Kirain Ines nawarin mau mandiin”, godaku. “Ih si om, genit”, jawabnya tersipu. “Kalo Ines mau, om gak keberatan lo”, jawabku lagi. Ines tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. kon tolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi.

Selesai mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD. Pengen rasanya malem ini aku ngen totin Ines. Apalagi suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kon tolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendekku. Ines diam saja melihat ngacengnya kon tolku dari luar celana pendekku. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, Ines berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Kalo Ines tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot toket nya dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Ines itu sampai dia menggial-gial keenakan.

Selesai makan, Ines membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Ines terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Ines membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Ines membentur rak kayu. “Aduh”, Ines mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Ines kekamarnya. Kuletakkan Ines di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketnya.

Nafsuku pun naik. kon tolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Ines berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. “Pelan om, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Ines, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Ines sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.

Kupandangi Ines yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Toketnya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kon tolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut.

Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Ines. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir no noknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Kemudian aku melepas celana pendekku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya.

Kutempelkan kepala kon tolku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Ines ke kepala kon tolku. kugesek-gesekkan kepala kon tol di sepanjang pahanya. kon tolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Ines, Ines terbangun karena ulahku. “Om, Ines mau diapain”, katanya lirih. Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Ines tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.

“Nes, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak”, kataku perlahan sambil mencium toket nya yang montok. Ines diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. “Om…”, rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, Ines diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku.

Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Ines tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kon tolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan wajahnya, aku terus menggesek-gesekkan kon tol di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Ines. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.

Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Ines. Sementara gesekan-gesekan kepala kon tolku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir no noknya. Ines makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.

Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kon tolku yang tegang kutempelkan di kulit toket Ines. Kepala kon tol kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kon tol terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Ines yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Ines dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kon tolku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Ines terasa mengalir ke seluruh batang kon tolku.

Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kon tolku di cekikan kedua toket Ines. Kekenyalan daging toket tersebut serasa memijit-mijit batang kon tolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kon tolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kon tolku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur kon tolku bertambah cepat, dan kedua toket nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kon tolku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Ines pun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…”

kon tolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Ines. Oleh gerakan maju-mundur kon tolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kon tolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kon tolku di dalam jepitan toketnya. Dengan adanya sedikit cairan dari kon tolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kon tolku dengan toketnya. “Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Ines menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahan Ines semakin membuat nafsuku makin memuncak.

Gesekan-gesekan maju-mundurnya kon tolku di jepitan toketnya semakin cepat. kon tolku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kon tolku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan.. Aku menggerakkan maju-mundur kon tolku di jepitan toket Ines dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kon tol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Ines. Alis matanya bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.

Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing kon tol dan menggesek-gesekkan kepala kon tol dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Ines, kon tolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kon tolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya.

kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang no noknya. Kedua paha mulus Ines kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan no noknya. Aku pun mengambil posisi agar kon tolku dapat mencapai no nok Ines dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang kon tol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Ines.

Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. kepala kon tolku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala kon tol ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala kon tol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang no nok itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kon tolku sambil terus memasuki lobang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Ines. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Ines keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kon tolku semakin tegang.

Sementara dinding mulut no nok Ines terasa semakin basah. Perlahan-lahan kon tolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan kon tolku ke dalam no nok. Terbenam sudah seluruh batang kon tolku di dalam no nok Ines. Sekujur batang kon tol sekarang dijepit oleh no nok Ines dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kon tolku ke dalam no noknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala kon tol saja. Sewaktu masuk seluruh kon tol terbenam di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kon tolku. Aku terus memasuk-keluarkan kon tolku ke lobang no noknya.

Alis matanya terangkat naik setiap kali kon tolku menusuk masuk no noknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Aku terus mengocok perlahan-lahan no noknya. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali kukocok secara perlahan no noknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot no nok pada kon tolku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kon tolku dari no nok Ines. Namun kini tidak seluruhnya, kepala kon tol masih kubiarkan tertanam dalam mulut no noknya. Sementara batang kon tol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya

Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Ines. Ines mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kon tolku pada dinding mulut no noknya, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…”

Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kon tolku ke dalam no nok Ines. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada no noknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kon tolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi

keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, “Nes… no nokmu luar biasa… nikmatnya…”

Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kon tolku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret. Kucopot kon tolku dari no nok Ines. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kon tolku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit kon tolku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kon tolku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. kon tol kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Ines yang membasahi kon tolku kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kon tolku dan kulit toketnya. “Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, aku merintih-rintih keenakan. Ines juga mendesis-desis keenakan, “Sssh.. sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya kon tolku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya agar kon tolku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kon tolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kon tolku.

Karena basah oleh cairan no nok, kepala kon tolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Ines. Leher kon tol yang berwarna coklat tua dan helm kon tol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kon tolku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kon tolku pada toket Ines. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kon tolku di toket montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kon tolku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan kon tol di kempitan toket indah Ines dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar

biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. “Ines…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kon tolku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!

Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Ines. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Ines. Peju yang tersisa di dalam kon tolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa… nes, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam. “Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kata Ines lirih. “Gak apa kalo om ngecret didalem Nes”, jawabku.

“Gak apa om, Ines pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Ines ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Ines ngerasain kenikmatan seperti ini”, katanya lagi. “Ini baru ronde pertama Nes, mau lagi kan ronde kedua”, kataku. “Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya. “Kok tadi kamu diem aja Nes”, kataku lagi. “Bingung om, tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. “Engh…” Ines menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap kon tol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Ines. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya. “Mo kemana om”, tanyanya. “Mo ambil minum dulu”, jawabku. “Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, katanya. Rupanya Ines sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi.

Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepada Ines yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas aku memandangi toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke no noknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Betapa enaknya ngen totin Ines. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok no noknya dengan kon tolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.

“Ines…,” desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Ines pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Ines pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Ines mulai meremas-remas kulit punggungku.

Ines mencopot celanaku.Ines pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Ines sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilnya seolah-olah menggelitiki dadaku. kon tolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Ines, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kon tolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Ines dengan enaknya.

Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. “Ah… geli… geli…,” desah Ines sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Ines pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Ines, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot pentil toket kiri Ines.

Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. “Ah… ah… om… geli…,” Ines mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…” Aku semakin gemas.

toket Ines itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. “Ah…om… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Ines mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya Ines tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Ines yang mulus dan lembut menangkap kon tolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. Batang kon tolnya besar ya”, ucapnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kon tolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kon tolku.

kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kon tolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Ines pun menggelinjang ke kiri-kanan.

“Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Ines merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di toketnya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kon tolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan. “Ines… enak sekali Ines… sssh… luar biasa… enak sekali…,” aku pun mendesis-desis keenakan.

“Om keenakan ya? Batang kon tol om terasa besar dan keras sekali menekan perut Ines. Wow… kon tol om terasa hangat di kulit perut Ines. tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintih Ines. “Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Ines semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa aku ini om dari suaminya. “om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali… Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kon tol om … besar sekali… kuat sekali…”

Ines menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Ines. kon tolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kon tolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kon tolku untuk mencari liang no noknya.

Kuputar-putarkan dulu kepala kon tolku di kelebatan jembut disekitar bibir no nok Ines. Ines meraih batang kon tolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om kon tolnya besar dan keras sekali” katanya sambil mengarahkan kepala kon tolku ke lobang no noknya. kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kon tol kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku pun terbenam di dalam no noknya. Aku menghentikan gerak masuk kon tolku.

“Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Ines protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kon tolku hanya masuk ke lobang no noknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kon tolku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ines menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! kon tolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam no nok Ines dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.

Sementara kulit batang kon tolku bagaikan diplirid oleh bibir no noknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! “Auwww!” pekik Ines. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku tertanam seluruhnya di dalam no nok Ines tanpa bergerak sedikit pun. “Sakit om… ” kata Ines sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya. Aku pun mulai menggerakkan kon tolku keluar-masuk no nok Ines. Aku tidak tahu, apakah kon tolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang no nok Ines yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kon tolku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya.

“Bagaimana Nes, sakit?” tanyaku. “Sssh… enak sekali… enak sekali… kon tol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok Ines..,” jawabnya. Aku terus memompa no nok Ines dengan kon tolku perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. kon tolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kon tolku menyentuh suatu daging hangat di dalam no nok Ines. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kon tol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kon tolku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ines kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok no noknya perlahan dengan kon tolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.

Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kon tolku maju-mundur perlahan di no nok Ines. Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan kon tol perlahan di no noknya, tanganku meremas-remas toket montok Ines. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ines pun merintih-rintih keenakan.

Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kon tol om membuat no nok Ines merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar no nok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kon tolku di no nok Ines. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat… Terus om, terus… ” Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ines. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kon tolku di no nok Ines. Terus dan terus. Seluruh bagian kon tolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh no nok Ines. Mata Ines menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

“Sssh… sssh… Ines… enak sekali… enak sekali no nokmu… enak sekali no nokmu…” “Ya om, Ines juga merasa enak sekali… terusss… terus om, terusss…” Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. “Omi… sssh… sssh… Terus… terus… Ines hampir nyampe…

sedikit lagi… sama-sama ya om…,” Ines jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau ngecret. Namun aku harus membuatnya nyampe duluan. Sementara kon tolku merasakan no nok Ines bagaikan berdenyut dengan hebatnya. “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kurasakan kon tolku dijepit oleh dinding no nok Ines dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, kon tolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Ines dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ines meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Ines pun berteriak tanpa kendali: “…keluarrr…!” Mata Ines membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ines kurasakan mengejang.

Aku pun menghentikan genjotanku. kon tolku yang tegang luar biasa kubiarkan tertanam dalam no nok Ines. kon tolku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan no nok Ines. Kulihat mata Ines memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding no noknya pada kon tolku berangsur-angsur melemah, walaupun kon tolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ines lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ines dengan mempertahankan agar kon tolku yang tertanam di dalam no noknya tidak tercabut.

“Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kata Ines dengan mimik wajah penuh kepuasan. kon tolku masih tegang di dalam no noknya. kon tolku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Ines. kon tolku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Ines, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Ines secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kon tolku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kon tolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh no nok Ines beberapa saat yang lalu.

“Ahhh… om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di no nok Ines.. Sssh…,” Ines mulai mendesis-desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Ines dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas toket Ines serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kon tolku di no noknya. “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis Ines. Sambil kembali melumat bibir Ines dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kon tolku di no noknya. Pengaruh adanya cairan di dalam no nok Ines, keluar-masuknya kon tol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Ines tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, “Om… ah… ”

kon tolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ines menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Ines pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kon tolku ke dalam no nok Ines sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kon tol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk no nok Ines sedalam-dalamnya. kon tolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding no nok Ines. Sampai di langkah terdalam, mata Ines membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar no nok, kon tol kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang no nok.

Remasan dinding no nok pada batang kon tolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang kon tolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Ines mendesah, “Hhh…” Aku terus menggenjot no nok Ines dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Ines meremas punggungku kuat-kuat di saat kon tolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kon tolku dan no nok Ines menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Ines:

“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…” kon tolku terasa empot-empotan luar biasa. “Nes… Enak sekali Nes… no nokmu enak sekali… no nokmu hangat sekali… jepitan no nokmu enak sekali…”

“Om… terus om…,” rintih Ines, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kon tolku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kon tolku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kon tolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kon tol pun semakin menghebat. “Ines… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. “Om, Ines… mau nyamper lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…”

Tiba-tiba kon tolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Ines mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kon tolku terasa disemprot cairan no nok Ines, bersamaan dengan pekikan Ines, “…nyampee…!” Tubuh Ines mengejang dengan mata membeliak-beliak. “Ines…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ines sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Ines yang terdalam. kon tolku yang terbenam semua di dalam no nok Ines terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Ines terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam kon tolku. Cret! Cret! Cret! kon tolku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Ines. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Ines maupun tubuhku tidak mengejang lagi.

Aku menciumi leher mulus Ines dengan lembutnya, sementara tangan Ines mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil ngen totin Ines.

Ngentot Dengan Jablay Seksi

$
0
0

Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru – Cerita ini adalah cerita dewasa terbaru bergambar Seks Melalui Lubang Dubur Yang Kucoba Dengan Teman Pacarku, kini ada cerita seks mesum Ngentot Dengan Jablay Seksi Bertoket Gede Sepanjang Malam, selamat membaca.

23

Suatu siang aku iseng nyari makan siang di satu mal. Makan cepat saji yang paling gampang dicari adalah ayam goreng. aku pesan pahe ayam goreng plus kentang plus soft drink dingin. Selesai membayar, aku membawa nampanku mencari tempat duduk yang kosong.

Mataku tertumbuk pada sesosok prempuan muda, cantik, seksi dengan tonjolan besar didadanya, tapi disebelahnya ada anak prempuan kecil, mungkin 3 tahunan lah. Dia memakai celana ketat dan tanktop yang juga ketat, toket besarnya ngintip dari belahan tank topnya yang rendah. Walaupun banyak tempat duduk yang kosong aku nimbrung ja di meja dimana prempuan cantik seksi dan anak prempuan itu duduk.

“Boleh join kan?” Tanpa menunggu jawabannya aku langsung meletakkan nampanku dimejanya dan duduk. “O, silahkan ja pak”. “Cuma berdua saja”, pancingku membuka pembicaraan. “Kan ber 3 dengan bapak”, jawabnya, wah menangkisnya jago juga ni prempuan, pikirku. “Anaknya? Cantik kaya mamanya”. “Bukan pak, bukan anak saya”. “O, kirain anaknya, abis nyulik ya”, candaku. “Ih bapak bisa aja. Ini anak tetangga, tadi dititipkan ke rumah, katanya mo dijemput lagi siang ini di sini”.

Dia menyuapi anak itu dengan nasi yang dicampur dengan sop, karena sopnya masi panas, ditiupnya sebentar sebelum disuapkan ke anak itu. Si anak kelakuannya manis banget, gak cerewet maksudku. “Belum punya anak, ato belon nikah?” “Nikah si udah tapi belon dikasi tu ma yang diatas”. “Minta dong”. “Ya sih, minta tapi gak dilakuin”. Wah kliatannya mo curhat neh. “Maksudnya gak dilakuin”. “Ya suami aku gak ngelakuin ya mana mo dikasi ma yang diatas kan”. “Kok bisa”. “Suami kerja dikapal cargo, jadi seringnya diatas kapal katimbang dirumah”. “O jadi jablay toh, kasian”. “Orang sedih kok malah digoda”. “Ya udah, aku ja yang membelai gimana”. “Genit ah”. Tengah pembicaraan mulai mencair, datanglah seorang prempuan, rupanya ini tetangganya, mo jemput anaknya. aku diem saja, dan dia juga tidak mengenalkan aku kepada tetangganya. Tetangga tau diri juga karena dia mengajak anaknya pergi setelah mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dia.

“Namanya siapa sih”. “Aku Sintia, bapak?” “aku menyebutkan namanku, jangan panggil bapak lah, formal amat”. “Abis mo dipanggil apa dong, mas aja deh ya. kan semua lelaki Indonesia dianggap jawa”. “Maksud kamu”. “Iya kadang dah jelas2 namanya Hutagalung dipanggil mas juga”. aku tertawa mendengar candanya. “Dah brapa lama nikah?” “ampir 2 tahun mas”. “Wah jablaynya dah lama dong ya. Mangnya gak tau kerjaan suami sebelum nikah”. “Tau si, cuma gak nyangka ja akan kaya gini”. “Ya udah, aku temenin deh hari ini. Abis ini kamu mo kemana?” “Gak kemana2 mas, Mo jalan ja”. Aku menggandengnya meninggalkan tempat makan dan masuk ke toko yang meruapak anchor tenant di mall itu.

Kami ngobrol ngalor ngidul ja sembari membunuh waktu. Dia membiarkan aku menggenggam tangannya erat. “Kamu kaya istriku ja ya, jalan gandengan”. “Gak apa kan, katanya mas blon nikah?’ “Iya sih, kaya orang pacaran ya, padahal kamu istri orang”. “Biarin ja, orangnya juga ninggalin aku terus kok”. “Pegel nih jalan terus, kamu mo pulang gak?” “Gak ah mas, dirumah juga mo ngapain?” “ketempatku aja yuk”. “Mo ngapain ke tempat mas?’ “Ya ngobrol, santai ja, kan asik cuma ber 2″. “Iya deh”. Segera aku menggandengnya ke basement dan meluncurlah mobilku menuju kerumahku.

Sesampai dirumahku,dia duduk didepan tv, tv kunyalakan dan aku mengambil minuman untuknya. “Mas tinggal ndiri ya”. “Iya, mo nemenin?” “Mau si, cuman kan aku dah punya suami”. “Kalo suaminya pergi ya nemenin aku ja disini”. “Maunya”. Kebetulan di tv ada siaran ulang debat capres. “Kamu ngikuti debat ini?” tanyaku. “Sambil lalu ja mas, debat cawapres juga ngikuti sambil lalu”. “Terus komentar kamu?” “Sayangnya Capres 3 gak berkolaborasi dengan cawapres 1, kalo gak kan setanding dengan calon ke 2 dan pilpresnya bisa 1 putaran kan”. “O gitu ya, pandangan kamu luas juga ya”. “Iya gak kaya mas, manangnya cuma disatu tempat ja”, katanya menyindirku, yang dari tadi hanya memandangi belahan toketnya yang montok. “Habis kamu seksi sekali si, kok bisa ya suami ninggalin istri yang bahenol kaya gini, pa gak takut istrinya dicolek orang laen”. Dia tersenyum manis. “Tadi kamu taen sekali nyuapin tu bocah, dah pantes jadi mami”. “Iya si, cuma ya itu problemnya”. “Iya jablay”.

Dia menanggapi obrolanku dengan santai juga, kadang tanganku mengelus pahanya. “udah gak tahan ya mas”, godanya sambil membiarkan tanganku mengelus2 pahanya. Rabaanku semakin lama membuatnya semakin napsu. Dia membuka pahanya agak lebar. Melihat dia mengangkangkan pahanya, tangganku bergerak ke atas ke selangkangannya. Jari2ku mulai mengelus belahan me meknya dari luar. “Mas”, katanya, “Aku udah basah mas”. “Udah napsu banget ya Sin, aku juga sudah napsu”. Rumahnya besar ya mas”. “Iya, dibalakng ada kolam renangnya, mo renang gak”. “Gak bawa baju renang mas”. “Telanjang ja, repot amat si”. “Ih si mas, maunya tu”. “Kamu juga mau kan”.

Dihalaman belakang ada kolam renang kecil yang dinaungi oleh rimbunnya pepohonan yang ada. Tembok tinggi menghalangi pandangan orang luar yang mau mengintip ke dalam. Dia langsung saja melepas tanktopnya, kemudian celana ketatnya. Pakaian diletakkan di dipan yang ada dipinggir kolam. Dipan itu ada matras tipisnya dan dipayungi rimbunnya pohon. Aku melotot memandangi tubuhnya yang hanya berbalut daleman bikini. Karena CDnya mini, jembutnya yang lebat berhamburan dari bagian atas, kiri dan kanan CDnya. Segera dia mencebur ke kolam, sementara aku membuka kaos dan celananya, sehingga hanya memakai CD. kon tolku yang besar, karena sudah ngaceng, tercetak jelas di CDku. Kemudian aku pun nyebur ke kolam, menghampirinya dan memeluknya. Bibirnya kucium, lidah kami saling berbelit. Aku menarik ikatan branya sehingga terlepas, kemudian meremas2 toketnya sambil memlintir pentilnya. Segera pentilnya menjadi keras. “Toketmu kenceng ya Sin, pentilnya gede.”, kataku. Dia diam saja sambil menikmati remasanku . kontolku yang keras menekan perutnya. “Mas, ngacengnya sudah keras banget”, katanya. “Kita ke dipan yuk” Aku sudah tidak bisa menahan napsuku lagi. Segera dia keluar kolam membawa branya yang sudah dilepas.

Dia telentang didipan, menunggu aku yang juga sudah keluar dari kolam. Aku berbaring disebelahnya, bibirnya kembali kucium dengan penuh napsu dan aku kembali meremas2 toketnya sambil memlintir2 pentilnya. “Isep dong Mas” pintanya sambil menyorongkan toketnya itu ke wajahku. Langsung toketnya kuisep dengan penuh napsu. pentilnya kujilatia.”Ohh.. Sstt..” erangnya keenakan. Aku mulai mengelus jembutnya yg nongol keluar dari CDnya, kemudian kususupkan jariku ke dalam CDnya. Jariku langsung menyentuh belahan bibir me meknya dan kugesek-gesekkan dari bawah ke atas. Gesekanku selalu berakhir di it ilnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. me meknya langsung berlendir, lendir juga membasahi seluruh bagian dinding dalam me meknya. “Oo.. Ooh! Uu.. Uuh!” desahnya sambil menekan tanganku yang satunya untuk terus meremas-remas toketnya. Dia sungguh sudah tidak tahan lagi, “Mas, aku udah gak tahan nih”.

Tali ikatan CDnya di kiri dan kanan pinggang kugigit dan kutarik dengan gigiku sehingga terlepas. Kedua kaki kukangkangkan sehingga tampak jelas bulu jembutnya yang lebat. Aku kembali meraba dan mengelus me meknya. Aku menyelipkan jariku ke belahan me meknya yang sudah basah dan menyentuh dinding dalam me meknya. “Mas..! Aduuh! aku sudah enggak tahan, udah pengen dimasukkin”, pintanya. Aku tidak langsung memenuhi permintaannya, malah jariku beralih menggosok-gosok it ilnya. “Aduuh! mas..nakal!” serunya. Dia pun semakin tidak karuan, diremasnya kon tolku yang sudah keras sekali dari luar CDku.

Toketnya yang sudah keras sekali terus saja kuremas2, demikian juga pentilnya. “Ayo dong mas dimasukin, aku sudah benar-benar enggak kuu.. at!” rengeknya lagi. Kemudian kumasukkannya jariku ke dalam me meknya yang sudah basah kuyup. Dengan tanpa menemukan kesulitan jariku menyeruak masuk ke dalam me meknya. me meknya langsung kukorek2, dindingnya kugaruk-garuk. Benjolan seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang me meknya kumainkan dengan ujung jarinya hingga badannya tiba-tiba menggigil keras dan digoyang-goyangkannya pantatnya mengikuti permainan ujung jariku. Aku menelungkup diselangkangannya dan langsung mengulum Bibir me meknya.

Cairan yang membasahi sekitar selangkangannya kujilati dan setelah bersih aku kembali mengulum bibir me meknya. Kemudian giliran itilnya mendapat giliran kukulum dan kulumat dengan mulut. Jariku kembali menyeruak masuk ke dalam me meknya, dia benar-benar hampir pingsan. Tubuhnya kembali terguncang hebat, kakinya jadi lemas semua, otot-otot perutnya jadi kejang dan akhirnya dia nyampe, cairan me meknya yang banjir kutampung dengan mulut dan tanpa sedikit pun merasa jijik kutelan semuanya. Dia menghela napas panjang, aku masih dengan lahapnya melumat me meknya sampai akhirnya selangkangannya benar-benar bersih kembali. me meknya terus kuusap2, demikian juga it ilnya sehingga napsunya bangkit kembali. “Terus Mas.. Enak..” desahnya. “Ayo dong Mas.. aku udah gak tahan”. tetapi aku masih tetap saja menjilati dan menghisap it ilnya sambil meremas2 toket dan pentilnya.

Aku melepaskan CD, kon tolku yang besar dan lumayan panjang sudah ngaceng keras sekali mengangguk2. Dia kunaiki dan segera mengarahkan kon tolku ke me meknya. Perlahan kumasukkan kepala kon tolku. “Enak Mas..” katanya dan sedikit demi sedikit aku meneroboskan kontolku ke memeknya yang sempit. me meknya terasa sesek karena kemasukan kon tol besar, setelah kira-kira masuk separuh lebih kon tol mulai kuenjot keluar masuk. “Terus Mas.. kon tolmu enak” erangnya keenakan. Aku terus mengenjot me meknya sambil pentilnya kuhisap.

Belum berapa lama dienjot, aku mengajak tukar posisi. Sekarang dia yang diatas. Diarahkannya me meknya ke kon tolku yang tegak menantang. Dengan liar dia kemudian mengenjot tubuhnya naik turun. toketnya yang montok bergoyang mengikuti enjotan badannya. Aku meremas toketnya dan menghisap pentilnya dengan rakus. “Mas.. kon tolmu besar, keras banget..”, dia terus menggelinjang diatas tubuhku. “Enak Sin?’ tanyakua. “Enak Mas.. en totin aku terus Mas..” Aku memegang pinggangnya yang ramping dan menyodokkan kon tolku dari bawah dengan cepat. Dia mengerang saking nikmatnya. Keringatnya menetes membasahi tubuhku. Akhirnya, “Aku nyampe Mas” jeritnya saat tubuhnya menegang merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah itu tubuhnya lunglai menimpa tubuhku. Akumengusap-usap rambutnya sambil mencium bibirnya.

Setelah beberapa saat, kon tolku yang masih ngaceng dicabut dari dari me meknya. Dia kutelentangkannya, dan aku naik ke atasnya. Kembali me meknya kujilati. Kedua lututnya kudorong sedikit ke atas sehingga bukit me meknya lebih menungging menghadap ke atas, pahanya lebih kukangkangkan lagi, dan lidah kujulurkan menyapu celah-celah me meknya. Lidah kujulurkan dan kugesekkan naik turun diujung itil nya. Dia hanya bisa merasakan nikmatnya sambil meremas- remas kon tolku dengan penuh nafsu. Cairan lendir yang keluar kembali dari me meknya dengan lahap kuhisap. Bibirku terus mencium dan melumat habis bibir me meknya. lidahku menjulur masuk ke dalam me meknya dan sempat menyentuh dinding bagian dalamnya. Saking dalamnya mulutku menekan me meknya, hidungku yang mancung menempel dan menekan it ilnya.

Dia kembali merasakan kenikmatan lebih, apa lagi saat wajah dengan sengaja kugeleng-gelengkan ke kiri dan ke kanan dengan posisi hidung tetap menempel di itilnya dan bibir tetap mengulum bibir me meknya sambil lidah terus mengorek me meknya. Dia tak kuasa membendung napsunya. “Oocch!Mas.. Teruu.. Uus! Aku nyampe lagi mas”, suaranya semakin parau saja. Digoyangkannya pantatnya mengikuti irama gesekan wajahku yang terbenam di selangkangannya. Dijepitnya kepalaku dengan pahanya, badannya menggigil hebat bagaikan orang kejang. ia menarik nafas panjang sekali, semua cairan me meknya kuhisap dan kutelan hingga habis semua cairan yang ada di sekitar me meknya. Aku tetap dengan asyiknya menjilati me meknya.

Kemudian jilatanku naik ke atas, ke arah perutnya. Lidahku bermain-main di pusarnya, sambil meraba dan meremas kedua toketnya, jilatanku juga semakin naik menuju toketnya. Jengkal demi jengkal jilatanku semakin naik. Mulutku sudah sampai ke dadanya. Kini giliran toketnya kujilati, lidahku kini menari-nari di ujung pentilnya. Sambil aku meraba-raba dengan tangan kanan keselangkangannya, menggesek- gesek it ilnya hingga me meknya basah lagi, nafsunya naik kembali.

Sementara tangan kiri tetap meremas toketnya, bibirnya kulumat. Dia membalas lumatan bibirku dengan penuh nafsu, kujulurkan lidahku masuk ke rongga mulutnya. Dia menghisap lidahku, secara bergantian dia juga menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan kubalas dengan hisapan pula.

Kini aku membetulkan posisi sehingga berada di atasnya, kon tol ku sudah mengarah ke hadapan me meknya. Dia merasakan sentuhan ujung kon tolku di me meknya, kepala kon tol ku terasa keras sekali. Dengan sekali dorongan, kepala kon tolku langsung menusuk me meknya. Kutekan sedikit kuat sehingga kepala kon tolku terbenam ke dalam me meknya. Walau kon tol belum masuk semua, dia merasakan getaran-getaran yang membuat otot me meknya berdenyut, cairan yang membasahi me meknya membuat kon tolku yang besar mudah sekali masuk ke dalam me meknya hingga dengan sekali dorongan lagi maka kon tolku masuk kedalam sarangnya, blee.. ess..

Begitu merasa kon tolku sudah memasuki me mek nya, kubalik badannya sehingga kembali dia berada di atas tubuhku, didudukinya batang kon tolku yang cukup panjang itu. Digoyangkan pantatnya, diputar-putar, dikocok naik turun hingga kon tolku keluar masuk me meknya, aku meremas- remas kedua toketnya. Lebih nikmat rasanya ngen tot dengan posisi wot buat dia, karena dia bisa mengarahkan gesekan kon tol besarku ke seluruh bagian me meknya termasuk it ilnya. Kini giliran aku yang tidak tahan lagi dengan permainannya, aku menggelengkan kepala menahan nikmat yang sebentar lagi tampaknya akan ngecret. Aku memberikan aba-aba padanya bahwa aku akan ngecret.

“Kita nyampe sama-sama..mas”, rintihnya sambil mempercepat kocokan dan goyangan pantatnya. “Aa.. Aacch!” Diapun nyampe lagi, kali ini secara bersamaan dengan dia, bibir me meknya berkedutan hingga meremas kon tolku. Pejuku dan lendir me meknya bercampur menjadi satu membanjiri me meknya. Karena posisinya berada diatas, maka cairan kenikmatan itu mengalir keluar merembes melalui kon tolku sehingga membasahi selangkanganku, banyak sekali dan kurasakan sedikit lengket-lengket agak kental cairan yang merembes keluar itu tadi.

Kami berdua akhirnya terkulai lemas di dipan. Posisinya tengkurap di sampingku yang terkulai telentang memandang rimbunnya dedaunan. “Mas, pinter banget sih ngerangsang aku sampe berkali2 nyampe, udah gitu kon tol mas kalo udah masuk terasa sekali gesekannya, abis gede banget sih”, katanya. “me mekmu juga nikmat sekali Sin, peret banget deh, kerasa sekali cengkeramannya ke kontolku”, jawabku sambil memeluknya. Kami berdua sempat tertidur cukup lama karena kelelahan dan tiupan angin sejuk sepoi2. Ketika terbangun, kami masuk ke rumah, aku mengajaknya mandi. “Kita mandi sama-sama yuk!” ajakku, “Badanku lengket karena keringat”.

Kami masuk ke rumah menuju ke kamar mandi beriringan sambil berpelukan, bertelanjang bulat. Kamar mandinya tidak terlalu besar namun cukup bagus, ada ruangan berbentuk segi empat di dalam kamar mandi, bentuknya kira-kira seperti lemari kaca. Kami berdua masuk ke dalamnya dan menyalakan shower, aku dan dia saling bergantian menggosok tubuh kami, demikian pula saat menyabuni tubuh kami lakukan bergantian, saling raba, saling remas, bibir kami saling pagut bergantian. Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku yang kusambut dengan hisapan, dan secara bergantian pula kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Diapun menyambutnya dengan lumatan. Rabaan tanganku berpindah ke toketnya. Kuremas-remasnya toketnya yang mulai mengencang lagi pertanda napsunya bangkit lagi. Dia pun tidak mau kalah, diraihnya kon tolku yang kembali sudah berdiri tegak dan dikocok-kocok lembut. Ujung kontolku sesekali menyenggol bagian depan pangkal pahanya. “Betul kan, kalo cewek jembutnya lebat pasti napsunya besar, kaya kamu ya Sin”, katanya.

Kuarahkan kon tolku ke belahan bibir me meknya. Dengan menggunakan tanganku, kugesek- gesekkan ujung kon tolku ke belahan bibir me meknya. Kutempelkan ujung kon tolku ke ujung it ilnya dan kugesek-gesekkan naik turun. Kini me meknya kembali mengeluarkan cairan bening. Lalu aku mematikan shower sambil duduk di samping bathtub. Dia kudipangku dengan posisi memunggungiku. kon tolku yang sudah ngaceng keras kembali kumasukkan ke dalam me meknya dalam posisi seperti itu. Karena kondisi bathtub yang sempit mengharuskan posisinya merapatkan pahanya, maka me meknya menjadi kian sempit saja. Awalnya agak sulit juga kon tolku masuk kedalam memeknya.

Tetapi dengan sedikit bersusah payah akhirnya ujung kontolku berhasil menyeruak ke dalam me meknya yang dibantu dia dengan sedikit menekan badannya kebawah, dan diangkatnya kembali pantatnya hingga lama kelamaan akhirnya berhasil juga kon tolku amblas semua ke dalam memeknya. Dengan posisi begini membuatnya harus aktif mengocok kontolku seperti di kolam renang tadi dengan cara mengangkat dan menurunkan kembali pantatnya, sehingga me meknya bisa meremas dan mengocok-ngocok kontolku. kontolku terasa sekali menggesek-gesek dinding bagian dalam me meknya. Saat dia duduk terlalu ke bawah, kon tolku terasa sekali menusuk keras me meknya, nikmat yang kurasakan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata lagi.

memeknya semakin lama semakin basah sehingga keberadaan kon tolku dalam me meknya sudah tidak sesesak tadi. Kini dia pun sudah tidak kuat lagi menahan napsuku. Dia tidak mampu lagi mengangkat dan menurunkan pantatnya seperti tadi, kini dia hanya bisa terduduk dalam posisi kon tolku masih tertancap di dalam me meknya. Digoyang-goyangkan saja pantatnya sambil duduk di pangkuanku.

Aku sedari tadi asyik meremas kedua toketnya. pentilnya kucubit dan kupilin-pilin sehingga menimbulkan sensasi tersendiri baginya. Aku tidak mampu bertahan lama merasakan goyangan yang dia lakukan. “Aduuh..! Sin, hebat banget empotan memek kamu! Aku hampir ngecret nich!” seruku sambil tetap memilin pentilnya. “Kita keluarin sama-sama yuk!” sahutnya sambil mempercepat goyangannya. Aku sudah benar- benar tidak mampu bertahan lebih lama lagi hingga dia kudorong sedikit ke depan sambil aku berdiri, sehingga posisinya menungging membelakangiku, tetapi kontolku masih menancap di dalam memeknya. Aku berdiri sambil mengambil alih permainan, aku mengocok-ngocokkan kon tolku keluar masuk memeknya dalam posisi doggy style.

“Aa.. Aacch!” kini gilirannya yang menyeracau tidak karuan. Aku merasakan kedutan-kedutan di dalam me meknya, terasa sekali semburan hangat yang menerpa dinding me meknya, pejuku langsung muncrat keluar memenuhi memeknya. Bersamaan dengan itu, dia pun mengalami hal yang serupa, kurasakan kedutan me meknya berkali- kali saat dia nyampe. Kami nyampe dalam waktu hampir bersamaan hingga memeknya kembali penuh dengan cairan birahi kami berdua, saking penuhnya sehingga tidak tertampung seluruhnya. Cairan kami yang telah tercampur itu, meleleh keluar melalui celah me meknya dan merembes keluar hingga membasahi perutnya karena posisinya masih setengah menungging saat itu. Kami pun melanjutkan mandi bersama-sama bagaikan sepasang pengantin baru.

Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuh kami masing-masing dengan handuk, dengan bertelanjang bulat kami menuju ke ruang makan. Aku mengeluarkan buah2an dari lemari es dan berkata “Kamu makan buah2an ini dulu ya, nanti aku belikan makanan”. “aku mau tidur saja, cape dienjot terus sama mas”, katanya. “Tapi enakkan?” kataku lagi sambil mengenakan pakaiannya. “Enak banget mas, aku masih mau lagi lo mas”, jawabnya sambil mulai mengupas buah. “So pasti, aku ajak kamu kesini kan untuk ngen tot sampe loyo. Aku pergi dulu ya”, sambil mencium pipinya. “Hati2 ya mas, aku nungguin lo”. Seperginya aku, dia berbaring sambil memakan buah2an. Dia makan beberapa potong sehingga akhirnya dia merasa kenyang dan mengantuk lagi. Dia berbaring di sofa dan akhirnya tertidur. Diluar dah gelap, dah lewat magrib.

Ketika aku kembali membawa makanan, dia masih tertidur. Terangsang juga aku melihat dia terkapar terlelap dalam keadaan telanjang bulat seperti itu. Toketnya yang besar turun naik seirama tarikan napasnya. Perutnya yang rata dihiasi dengan puser yang seksi dan diselangkangannya bergerombol jembut yang lebat. ontol langsung bereaksi dengan sikap sempurna, alias ngaceng lagi. Tetapi perut dh minta diisi. Aku membangunkannya dengan mengelus2 toketnya. “Makan yuk”. “Abis itu maen lagi ya mas”. “Bole ja, asal kamu gak lemes”. “Gak apa lemes mas, aku kan gak pernah ngerasain nikmat dientot seperti sekarang ini. Mas sering2 ngen totin aku ya mas”. “Itu mah bisa diatur kok, kalo suami kamu pergi”. Kami menyantap makanan yang aku beli sampe tandas. Sama2 laper karena enersi terkuras ketika bertempur tadi.

Setelah selesai makan, dia membantu aku membereskan peralatan makan, melap meja makan, kemudian kekenyangan kami duduk lagi di sofa didepan tv. tv kunyalakan tapi gak ada acara yang menarik. Dia bersender ke aku. “Kamu tu seksi banget deh Sin, ngeliat kamu aku ngaceng terus tuh. Heran ja, kok suami kamu bisa ninggalin bidadari seksi yang merangsang kaya kamu itu”. “Gak tau deh mas, jangan ngomongin dia deh, kan mas mo bikin aku terkapar lagi”. Aku memeluknya dan mulai memerah toketnya. aku terus saja meremas toketnya, malah sambil memlintir2 pentilnya, perlahan pentilnya mulai mengeras.

“Sin, enak nggak diginiin?” sambil tanganku terus meremas-remas toketnya. “Mas, aah”, napsunya makin meninggi. Sambil toketnya kuremas terus, aku menjilati seluruh tubuhnya, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kujilati pula toketnya, kusedot pentilnya sampai dia gemetar saking napsunya. Kakinya dan kedua pahanya yang mulus itu dibukanya supaya bisa kuelus2, dengan satu tangan masih meremas toketnya. Setelah itu me meknya kujilatin dengan lidahku yang kasar. Bukan hanya bibir me meknya aja yang kujilatin, tapi lidahku juga masuk ke me meknya, dia jadi menggelinjang nggak terkontrol, wajahnya memerah sambil terdongak keatas.

Melihat napsunya sudah naik, aku melepas seluruh pakaian dan celananya. Dia diam aja. kontolku yang besar sekali sudah ngaceng dengan keras. Dia hampir tak dapat memegangnya dengan kedua tangannya. “Dikocok Sin”, pintaku, dia nurut saja dan mengocok kontolku dengan gemas, makin lama makin besar dan panjang. “Sin diemut dong”, kataku keenakan. Aku berdiri disamping sofa dan dia duduk sambil mengarahkan kon tol yang ada digenggamannya ke arah mulutnya. Dia mencoba memasukkan kedalam mulutnya dengan susah payah, karena besar sekali jadi dijilati dulu kepala kon tolku. Aku mendesah2 sambil mendongakkan kepala. Dia bertanya “Kenapa mas”. “Enak banget, terusin Sin, jangan berhenti”, ujarku sambil merem melek kenikmatan. Dia meneruskan aksinya, menjilati kon tolku mulai dari kepala kontolku sampai ke pangkal batang, terus ke biji pelirnya, semua di jilatin. Dia mencoba untuk memasukkan kedalam mulutnya lagi, udah bisa masuk, udah licin terkena ludahnya.

Aku memegangi kepalanya dengan satu tangan sambil memaju-mundurkan pantatku, mengen toti mulutnya. Sedang tanganku satunya lagi meremas toketnya sebelah kanan. gerakanku semakin lama semain cepat. aku menghentikan gerakannya. kontol ku keluarkan dari mulutnya. aku menaiki tubuhnya dan mengarahkan kon tolku ke toketnya. “Sin, aku mau ngerasain kon tolku kejepit toket kamu yang montok ya”. Dia paham apa yang aku mau, dan aku kemudian menjepit kon tolku di antara toketnya. “Ahh.. Enak Sin. Diemut enak, dijepit toket juga enak.”, erangku menahan nikmat jepitan toketnya. Aku terus menggoyang kon tolku maju mundur merasakan kekenyalan toketnya. Sampai akhirnya “Aduh Sin, sebentar lagi aku mau ngecret, keluarin di mulut kamu ya”. “Jangan mas, di me mekku saja”, jawabnya. Dia tidak ingin merasakan peju dimulutnya, lebih baik dingecretkan di memeknyakarena dia ngerasain nikmat yang luar biasa.

Akupun naik keatasnya sambil mengarahkan kon tolku ke me meknya. Aku mulai memasukkan kon tolku yang besar dan panjang itu ke memeknya, sampai dia merem melek keenakan ngerasain me meknya digesek kon tolku. Aku mulai menggerakkan kon tolku keluar dan masuk dimemeknya yang sempit itu. Dia mulai merasakan nikmat yang tak terkatakan, luar biasa enak sekali rasanya. Secara naluri dia menggerakkan pantatnya kekanan dan kekiri, mengikuti gerakan kon tolku yg keluar masuk, wuihh tambah nikmat. terlihat diwajahku bahwa aku menikmati sekali gesekkan kon tolku di me meknya. Tubuhku bergoyang-goyang maju mundur, aku memperhatikan kon tolku sendiri yang sedang keluar masuk di me meknya. Selang beberapa saat, aku mengajak ganti posisi, dia pasrah aja.

Dia kusuruh nungging dan aku menyodokkan kon tolku dari belakang ke me meknya. Nikmat sekali permainan ini. “Ennngghh…” desahnya tak keruan. Sambil menggoyang pantatnya maju mundur, aku memegangi pinggulnya dengan erat, terasa nikmat yang luar biasa. Tidak tahu berapa lama aku menggenjot me meknya dari belakang seperti itu, makin lama makin keras sehingga akhirnya dia nyampe lagi “Mas, enjot yang keras, nikmat sekali rasanya”, jeritnya.

Aku mengenjot kontolku lebih cepat lagi dan kemudian pejuku muncrat didalam me meknya berulang-ulang, banyak sekali. ‘crottt, croooth.., crooootttthh…’ Dia merasa me meknya agak membengkak akibat disodok oleh kon tolku yang besar itu. “Sin, memek kamu luar biasa deh cengkeramannya, nikmat banget. Kerasa sekali gesekannya dikontolku”, kataku sambil terengah2.

Setelah istirahat beberapa saat, aku bertanya padanya “Gimana Sin?”. “Enak sekali mas, rasanya nikmat sekali, memekku sampe sesek kemasukan kontol mas, abis gede banget sih”, jawabnya. Aku mencabut kontolku yang sudah lemes dari me meknya. kontolku berlumuran pejunya dan cairan me meknya. Mungkin saking banyaknya aku ngecretin peju dimemeknya.”Cape ya Sin”. “Iya mas, malem ini aku nginep disini ya mas, boleh kan”. “Boleh banget, kita bisa ngentot all nite long kan”. “Wah mau dong”.


Skandal Dengan Kakak Tiriku

$
0
0

Cerita Sex Terganas Skandal Dengan Kakak Tiriku Cerita Sex Terganas Skandal Dengan Kakak Tiriku

 

Cerita Sex Terganas Skandal Dengan Kakak Tiriku – Aku punya seorang kakak ipar, Ery Puspadewi namanya. Usianya sudah 36 tahun, lebih tua 5 tahun dari istriku. Mbak Ery, begitu aku memanggilnya, sudah menikah dengan 2 anak. Berbeda dengan istriku yang cenderung kurus, Mbak Ery berbody montok dengan dada dan pantat yang lebih besar dibanding istriku.

Rumah Mbak Ery tidak terlalu jauh dengan rumahku sehingga aku dan istriku sering berkunjung dan juga sebaliknya. Tapi aku lebih suka berkunjung ke rumahnya, karena di rumahnya, Mbak Ery biasa memakai pakaian rumah yang santai bahkan cenderung terbuka. Pernah suatu pagi aku berkunjung, dia baru saja bangun tidur dan mengenakan daster tipis tembus pandang yang menampakkan buah dada besarnya tanpa bra.

Pernah juga aku suatu waktu Mbak Ery dengan santainya keluar kamar mandi dengan lilitan handuk dan tiba-tiba handuk itu melorot sehingga aku terpana melihat tubuh montoknya yang bugil. Sayang waktu itu ada istriku sehingga aku berlagak buang muka.

Suatu pagi di hari Minggu, aku diminta istriku mengantarkan makanan yang dibuatnya untuk keponakannya, anak-anak Mbak Ery. Tanpa pikir panjang aku langsung melajukan mobilku ke rumah Mbak Ery, kali ini sendirian saja. Dan satu hal yang membuatku semangat adalah fakta bahwa suami Mbak Ery sedang tidak ada di rumah.

Sampai di rumah Mbak Ery, semua masih tidur sehingga yang membukakan pintu adalah pembantunya. Aku masuk ke dalam rumah dan setelah yakin si pembantu naik ke kamarnya di atas, aku mulai bergerilya.

Dengan perlahan aku membuka pintu kamar Mbak Ery, dan seperti sudah kuduga, Mbak Ery tidur dengan daster tipisnya yang bagian bawahnya sudah tersingkap hingga paha dan celana dalam warna hitamnya. Aku meneguk ludah dan langsung konak melihat paha montok yang putih mulus itu, apalagi lengkap dengan CD hitam yang kontras dengan kulit putihnya.

Pagi itu aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa menjajal tubuh montok kakak iparku. Tekadku sudah bulat untuk menikmati setiap lekukan tubuhnya. Setelah puas melihat pemandangan di kamar, aku kemudian menuju meja makan di mana kulihat dua gelas teh manis sudah terhidang, satu untukku dan satunya pasti untuk Mbak Ery. Dengan penuh semangat aku meneteskan cairan perangsang yang kubeli beberapa waktu lalu ke dalam teh Mbak Ery. Aku berharap wanita itu akan dipenuhi birahi sehingga tidak menolak untuk aku sentuh.

Dewi keberuntungan memang sedang memihakku pagi itu. Tak berapa lama, Mbak Ery bangun dan seperti biasa, dengan santainya dia berjalan keluar kamar masih dengan daster minim itu yang membuatku semakin tergila-gila.

“Eh, ada Farhan, udah lama?”, sapanya dengan suara serak yang terdengar seksi, seseksi tubuhnya.
“Baru mbak, antar makanan buatan Rina”, jawabku sambil melihat dengan jelas buah dada besarnya yang no-bra itu.

Mbak Ery memang sangat cuek, dia tidak memperdulikan mataku yang nakal memandangi buah dadanya yang menggelantung di balik daster tipisnya. Dengan gontai ia menuju meja makan dan menghirup teh yang sudah kuberikan cairan perangsang. Menurut teori, dalam waktu 5 sampai 10 menit ke depan, hormon progesteron Mbak Ery akan meningkat dan ia akan terbakar nafsu birahi.

Setelah minum teh, Mbak Ery masuk ke kamar mandi untuk cuci muka, pipis dan pastinya cuci meki lah, he3x…

Keluar dari kamar mandi, wajah Mbak Ery memang sudah lebih segar. Masih dengan daster tipis yang memberikan informasi maksimal itu, dia memanggil pembantunya dan menyuruh ke pasar. Wah, tambah perfect deh, pikirku.

Setelah sedikit beraktivitas di ruang makan, ia kembali ke kamar. Pasti dia akan ganti baju pikirku. Dengan perlahan aku mengikuti di belakangnya. Dan benar juga seperti dugaanku, Mbak Ery tidak menutup dengan baik pintu kamarnya. Dia begitu cuek atau sengaja memberikanku kesempatan mengintipnya berganti baju.

Penisku semakin mengeras melihat Mbak Ery menanggalkan dasternya dan … oh, rupanya obat perangsangku sudah mulai bekerja. Mbak Ery tampak gelisah lalu mengusap-usap selangkangannya dengan tangan. Aku seperti diberi berkah pagi itu, Mbak Ery benar2x seperti terangsang hebat. Dia dengan sedikit terburu-buru melepas CD hitamnya sehingga kini ia benar2x bugil di kamar. Kemudian kulihat ia mengusap-usap bagian meki dan sekitarnya dengan tangan. Wah… tak akan kubiarkan dia melakukan masturbasi.

Dengan semangat 45 dan penuh percaya diri, aku membuka celanaku dan membiarkan penisku yang sudah konak dari tadi mengacung bebas.

Walau dengan sedikit canggung, aku beranikan diri membuka pintu kamarnya.

“Farhan… kamu…”, Mbak Ery menjerit melihat aku masuk ke kamarnya sementara dia sedang bugil dan lebih kaget lagi melihat aku tanpa celana dan mengacungkan penis ke arahnya.
“Daripada pakai tangan, pakai ini aja Mbak…”, pintaku seraya memegang batang penisku.
“Gila kamu, jangan kurang ajar”, sergahnya ketika aku mendekati tubuh bugilnya.

Mbak Ery menampik tanganku yang ingin menjamahnya, tapi nafsu birahi yang membakar otaknya membuatnya tak cukup tenaga untuk menolak lebih lanjut sentuhanku.

Ketika tanganku berhasil meraih buah dada dan meremasnya, dia hanya bilang “Gila kamu!”, tapi tak sedikitpun menjauhkan tanganku untuk meremas-remas buah dada dan memilin puting susunya.

Aku sudah merasa di atas angin. Mbak Ery hanya bersumpah serapah, namun tubuhnya seperti pasrah. Setiap sentuhan dan remasan tanganku di tubuhnya hanya direspon dengan kata “kurang ajar” dan “gila kamu”, namun aku merasa yakin dia menikmatinya.

Dugaanku betul, Mbak Ery akhirnya dengan malu2x memegang batang penisku.

“Besar banget punya kamu Farhan”, serunya.
“Pingin masuk memek Mbak tuh…” jawabku.

Mbak Ery tersenyum manja,”Gila kamu!”
“Iya mbak, saya memang tergila-gila pada Mbak”, rayuku sambil terus memilin puting susunya yang sudah mengeras.

Mbak Ery semakin relaks dan pasrah. Kini dengan sangat mudah aku bisa meraih daerah selangkangannya yang berbulu tipis dan mulai meraba-raba vaginanya yang ternyata sudah becek.

“Kaya’nya memeknya udah minta nih Mbak”, kataku.
“Gila kamu!”, entah sudah berapa kali dia mengeluarkan kata itu pagi ini.
“Nungging Mbak, saya masukin dari belakang”, pintaku untuk doggy style.

Mbak Ery masih dengan sumpah serapah menuruti kemauanku. Kini pantat bahenolnya terpampang di hadapanku, pantat yang selama ini aku impikan itu akhirnya bisa kuraih dan kuremas-remas.

Dengan perlahan, aku memasukkan batang penisku ke dalam liang vaginanya. Tidak sulit tentu saja, maklum sudah punya dua anak dan memang sudah becek pula.

Maka adegan selanjutnya sudah bisa ditebak, Mbak Ery yang sudah terbakar birahi tentu saja orgasme lebih dulu akibat pompa penisku pada vaginanya.

Namun sekali lagi, pagi itu memang milikku. Meskipun sudah orgasmu, kakak iparku yang montok itu tetap penuh birahi meladeni permainanku sampai akhirnya kami merasakan orgasme secara bersama. Nikmatnya luar biasaaaa….

“Sembarangan kamu numpahin sperma di memekku ya Farhan…”, jeritnya ketika aku memuncratkan spermaku ke dalam rahimnya.
“Habis memek Mbak enak sih….”, seruku di telinganya. Kakak iparku hanya melejat-lejat menikmati orgasmenya juga.

Selesai orgasme, seperti sepasang kekasih, kami berciuman.

“Kamu memang gila Farhan, awas… jangan bilang siapa2x ya!”, serunya perlahan.
“Ya iyalah Mbak, masa’ mau cerita-cerita..”, candaku. Dia pun tertawa lepas.
“Kapan-kapan lagi ya Mbak…”, pintaku.
“Gila… kamu gila…” jeritnya sambil berjalan ke kamar mandi.

Aku memandang tubuh montok kakak iparku dengan senyum puas. Akhirnya tubuh impianku itu kunikmati juga.

Seks Bersama Muridku Kekasihku

$
0
0

Cerita Porno Lawan Jenis Bersama Muridku Kekasihku Cerita Porno Lawan Jenis Bersama Muridku Kekasihku

 

Cerita Seks Bersama Muridku Kekasihku – Tahun 2004 saat umurku 38 tahun, aku pindah mengajar ke kota C,tujuannya agar lebih dekat dengan rumahku.Saat pindah ke C aku jadi Wali kelas di kelas 3 SMP A. Kebetulan pula menjabat sebagai pejabat penting disekolah tersebut. Selain itu aku tetap mengajar.

Ada seorang siswa dari kelas 3.3. yang sangat cantik, tubuhnya tinggi besar dengan badan padat berisi nampak kontras dengan umurnya yangg masih 15 tahun,betisnya yg bak padi bunting benar-benar sekal,sementara wajah dan tubuhnya benar-benar mirip Revalina S. Temat. Bahkan tahi lalat di pipinya persis tepat seperti Reva. Saking miripnya,teman2nya menyebutnya Reva.

Setiap dia tersenyum,manisnya minta ampun, sehingga aku dibuatnya pusing tujuh keliling.
Aku sangat menyukai anak tersebut,namun anaknya sangat tertutup dan pendiam. Bahkan dia jarang keluar kelas walau sedang istirahat,untuk jajan saja ia selalu menyuruh temannya yg membelikan.

Semakin lama kuperhatikan,anak ini terlihat bermasalah,sering bolos,jarang masuk,dan sangat tidak bertanggungjawab. Suatu hari orangtuanya kesekolah dan meminta bantuan untuk menangani masalah anak ini,menurut mereka, sebut saja anak ini BTG,ternyata sering pergi dari rumah,kadang beberapa hari menginap dirumah temannya,atau diam dirumah mengurung diri, tanpa mau berangkat sekolah dengan tanpa alasan samasekali. Orang tuanya bingung,mau dikerasi takut malah lari dari rumah,tidak dikerasi malah semau gue,ditanya baik2 dengan halus tidak pernah mau terbuka.

Sebagai wali kelas, aku punya kewajiban untuk meluruskan BTG,maka kupanggil anak itu,tapi ketika datang,ia selalu ditemani temannya dan tidak mau diinterogasi sendiri. Sampai 3 kali aku panggil,dia tetap seperti itu,sampai yg ke 4 kalinya terpaksa dengan agak keras temannya disuruh keluar ruangan.

Dengan lembut dan ber empati, aku berusaha mengorek keterangan tentang masalah yg dihadapinya,namun ia benar2 tertutup. Yang dilakukaknya cuma mengangguk dan menggeleng,sehingga terpaksa kuhentikan.

Berikutnya aku panggil lagi pada hari yg lain,dan nampak mulai ada perubahan,ia tidak lagi ditemani temannya,namun tetap masih tertutup,bedanya mulutnya mulai terbuka,”ia” dan “tidak”.

Pada pertemuan ke 6 ia sudah agak berbeda,mulai memberi alasan,dan sedikit terbuka,dan setiap kali dia tersenyum aku jadi blingsatan sendiri menatap mata dan senyum manisnya itu,sungguh senyum yg amat manis,dan suara tawanya benar2 merdu ditelingaku. Aku sudah mabuk kepayang dengan anak ini.

Kucoba mengunjungi rumahnya,sebuah rumah besar,dengan peralatan lengkap dan serba bagus, serta sebuah mobil memberinya fasilitas yg baik bagi dia dibanding teman2nya yg lain.

Orang tuanya sangat gembira dengan kehadiranku,dan cerita banyak,bahwa sejak BTG ngobrol dengan Pak “D” ia mulai berubah walau tidak terlalu banyak,dan sering cerita tentang baiknya Pak “ D “ katanya. Aku Cuma tersenyum,dan ngobrol ngalor ngidul,sehingga keadaan keluarga itu dan BTG semakin kuketahui.

Setiap bertemu,baik sebelum mengajar ataupun berpapasan dijalan,aku selalu menyapanya dan pura2 menanyakan sesuatu,sehingga ia menjadi dekat dan akrab denganku. Nampak mulai berani membuka diri.

Sehingga pada panggilan ke 7, aku berusaha menjadi anak seusianya dan mengikuti alur hidup mereka,dan dengan bahasa mereka aku mulai mengorek kembali keterangan tentang penyebab ia bermasalah,dan terbukalah…,bahwa penyebabnya adalah rasa kecewa BTG terhadap orangtuanya yg membeda2kan kasih sayang diantara anak2 mereka.

Orangtua BTG ternyata meninggalkan BTG sejak kecil sendiri disini bersama nenek kakeknya,dan yg menemuiku atau yg ada dirumahnya sewaktu aku berkunjung adalah kakek neneknya,sementara ke dua Orangtuanya di Jakarta bersama adik dan kakaknya,sehingga BTG merasa terbuang. Sebagai protesnya,ia berbuat semau gue,temperamental dan bersifat menguasai.

Dalam pertemuan inilah,aku menasihati BTG,bahkan tanpa sadar mengucapkan bahwa sayang jika orang secantik BTG hidupnya harus hancur tanpa masa depan,gara2 Drop Out,bahkan Bapak saja mau melakukan apa saja untuk mendapatkan BTG ,ujarku waktu itu.

BTG jadi bertanya sambil tersenyum.

“ Bohong…gak mungkin..,apa ia “ tanyanya kaku.
“ Ia,benar sekali,kamu cantik banget,sayang kalo bodoh dan gak tamat SMP kan ?” tanyaku berbalik.

BTG Cuma tersenyum,lalu ia menyanggupi untuk berubah,aku meminta nomor Hpnya dan memberikan nomor Hpku. Ia setuju,dan sejak saat itu kami sering berhubungan via sms,sekedar bertanya kabar,dimana,sedang apa.

Lama-lama aku kadang iseng,menyampaikan kesukaanku padanya dengan bahasa yg puitis tapi nggak berlebihan,rupanya BTG senang,ia menyambutku. Dan ketika aku memanggilnya untuk ke 8 kalinya,BTG benar2 terbuka,ketika kutanya suka padaku atau nggak,BTG menunduk dan menggangguk sedikit sementara pipinya memerah,aku segera menetralisirnya dengan mengungkapkan semua tentang hal2 positif BTG sebagai siswa,dan sebagai anak bagi kakek neneknya.

Semenjak itu kami mulai smsan,seperti layaknya sepasang kekasih.
Ternyata BTG orangnya sangat romantis walau tertutup,namun sangat keras dan tidak mau didikte.

Pada saat disekolah hubungan kami biasa saja,sebagai guru dan murid,hanya pada saat sms kami menjadi sangat dekat dan romantis. BTG tk ragu2 sms begini.

“ Hai Pa D,kamu dimn? BTG Syaaank… bgt ma Pa D. “

Aku jadi kaya ABG,menanggapinya dengan penuh antusias dan tentu saja senang bukan main.

BTG semakin dekat denganku apalagi setelah pada saat ulang tahunnya,didalam kelas dan didepan sahabat2nya,aku mempersembahkan sebuah lagu ciptaanku diringi keyboard yg isinya tentang persaanku padanya dan tentang dia,dia nampak sangat bahagia. Ketika dia meniup lilin,tanpa kuduga BTG mencium pipiku sambil mengucapkan terimakasih.

Lalu sambil memotong kue ulangtahunnya,ia berkata …

“ BTG suka banget lagunya,..Gw banggeeeet lho..” katanya padaku,aku senang dengan keberhasilanku. BGT menjadi semakin lengket.

Pada suatu saat ada kegiatan keluar dari sekolah menngunakan bis,dan sebagai wali kelas aku adalah pembimbing kls 3.3. Pada saat berangkat ( kebetulan jalan malam ),menjelang pertengahan jalan nampak BTG menangis disamping NN teman dekatnya,aku mencoba mengetahui apa yg terjadi,tapi tak mendapat keterangan apa2.
Kucoba melalui hp sms menanyakannya,namun tak ditanggapi.

Akhirnya aku beranikan diri,meminta NN untuk pindah duduk,dan aku disamping BTG,awalnya BTG menolak keras,dengan marah mengusirku,sifat temperamennya benar2 keluar,tak peduli aku guru,bahasanya sangat ketus dan kasar,tapi setelah aku menenangkannya dan NN juga menyarankan curhat,BTG menerimaku di samping tempat duduknya.

Anak2 di bis itu sangat riuh rendah berteriak kesana kemari sambil bercanda2 denagn temannya. Namun mereka tidak acuh dengan yg kulakukan,karena beberapa orang guru juga duduk berdampingan dengan beberapa siswa atau siswi lainnya. Mungkin mereka anggap itu hal biasa,sekedar hubungan guru dan murid.

Ketika aku duduk disisi kanan BTG ia tidak bereaksi,ketika kutanya dengan hati2, ia tidak menceritakan apa2 tentang penyebabnya menangis,ia hanya menyenderkan kepalanya kepadaku sambil menutupinya dengan jaket. Jujur saja,aku bahagiaa….dunia akherat he.he.he.. wangi tubuhnya menusuk2 hidungku,sehingga tanganku memeluk tubuhnya,dan tangan kiriku mengusap2 bahu kirinya sambil terus memberinya nasihat.

Ia mulai tenang dan semakin menyenderkan tubuhnya,hingga akhirnya kepalanya luruh dipangkuanku. Tanganku menjadi turun mengelus punggungnya,namun sial…kaus yg dipakainya ternyata sangat pendek,sehingga tanganku menyentuh kulit punggungnya yg halus dan empuk. Tak ayal jantungku berdebar tak menentu mersakan sesuatu yg lembut di tanganku,darahku seperti mendidih,dan terasa tubuhku menggigil.

Rupanya BTG menggunakan pakaian model sekarang,kaus pendek dan celana yg atasnya pendek . BTG membiarkanku melakukan itu,nampaknya dia juga menikmatinya,namun ia pura2 tertidur. Karena ketika tangan kiriku bergerak kebawah,menyentuh dan meremas pantatnya,terasa hela nafasnya memburu. Aku semakin berani,sementara darahku semakin mendidih,tubuhku terasa panas dan kuturunkan tubuhku sehingga menjadi setengah telentang dijok tersebut.

Tanganku sedikit2 bergerak kedepan,mengelus perutnya,terasa jantungnya berdebar dipahaku,ia tak bergerak,bahkan tangan kirinya yg melintang bersidakep didadanya,semakin keatas seolah memberi ruang agar aku bergerak lebih leluasa. Aku semakin nekat,tangan kiriku bergerak naik,dari perut mengelus makin keatas dan ketika menemukan gundukan daging yg terbungkus BH,kucoba meremasnya,terasa…BTG menghela nafas dalam2,tanganya yg tertutup jaket semakin naik.

Maka dengan dada berdebar debar, kuberanikan memasukan tangan kiriku ke balik Bhnya,Nyeerrrr….aku terhenyak,ketika tangan kiriku menemukan gundukan daging lembut yg sangat kencang dengan puting yg teracung. Sementara,kudengar BTG mendesis tertahan sambil tetap pura2 tertidur.

Anak2 disekitarku mulai sepi,mereka mulai tertidur karena jauhnya perjalanan. Aku semakin sibuk meremas2 payudara BTG kiri kanan dan memuntir2 putingnya yg semakin mengeras dengan lembut,Bhnya sudah terangkat tak lagi menutupi payudaranya.

“ Hhhhhhhhh….hhhhhh….hhhhhh” BTG menghela nafas tertahan,terasa semakin tak teratur,tangan kanannya yg semula menyilang didadanya,sekarang memeluk paha kiriku,terasa jarinya meremas dengkulku tiap kali kuremas payudaranya. Hal itu semakin membuatku berani, maka sedikit demi sedikit,dengan pelahan kuturunkan tanganku mengelus perutnya,turun kebawah mengelus bawah perutnya,nafas BTG semakin memburu,tanganya semakin erat meremas dengkulku.

Ketika tanganku sampai ke gundukan daging yg terbungkus celana dalamnya, nafas BTG semakin tidak keruan,namun celanannya menyulitkanku untuk bergerak. Terpaksa aku mengelus2nya dengan susah payah. Namun,karena terlihat BGT menikmatinya,aku nekat,kubuka kancing dan resleting yg celananya dengan perasaan berdebar karena takut sementara kemaluanku terasa semakin besar,mempersempit celanaku. Tapi BTG tetap tak bereaksi.

Akhirnya,dengan nafas lega..kuelus bawah perut BTG dengan leluasa, dan dengan mudah jariku masuk kedalam celana dalam BTG…Serr…darahku naik ke ubun2…ketika gundukan daging BTG yg lembut sepenuhnya dalam genggamanku,ternyata kemaluan BTG tidak berbulu samasekali. Berdenyutlah kemaluanku dan semakin mengeras memenuhi celanaku. Sekarang kedua tangannya memeluk pahaku,dan meremas dengkulku semakin keras.

“ HHhhhhh…HHH…hhhhh…” nafasnya semakin tertahan tahan,namun semakin memburu. Dan ketika kucoba menguak celah vaginanya, BTG tak lagi mampu menahan birahinya, ia mulai mendesis desis,sementara sikutnya menekan nekan kemaluanku seperti tidak sengaja,aku menjadi semakin menikmati pekerjaanku,kemaluanku semakin terangsang.

J ariku semakin masuk menggelitik Vagina BTG,terasa vagina BTG benar2 basah,semakin ku kucek2 kelentitnya semakin kencang desisan BTG. Aku perhatikan sekeliling,dalam bis yg sepi anak anak telah benar2 tertidur,suasana remang2 membuatku semakin leluasa. Cuma sesekali sinar lampu jalan menyinari kami.

Melihat situasi ini,tangan kananku bergerak cepat,membuka resleting celanaku,dan dengan susah payah keluarlah kontolku yg sudah berleleran lendir karena menahan nafsu.

Kuangkat kepala BTG tepat diperutku,sehingga kemaluanku sekarang berada diantara kepala dan pangkal tangan kanaanya. Namun BTG tidak melakukan apa2,ia hanya menyentuh2kan pangkal lengannya seolah tidak sengaja,namun itupun membuatku merasa nikmat,ketika kulit lenganya menyentuh2 kepala kontolku,seolah aku dikocok2.

Aku semakin leluasa mengocek2 vagina BTG karena cairannya semakin banyak,maka kucoba menyusupkan jari telunjukku semakin dalam. BTG mendesis tertahan sambil merenggangkan pahanya ,dan …cluuupppp….masuklah seluruh jariku kedalam vaginya

“ MMMhhhh…ooookkkhhh…hhhh…..” desis BTG dibawah kurungan jaket. Namapaknya,nafsu sudah sangat menguasainya. Maka kuberanikan diri mendorong kepalanya agar menyentuh kontolku,kupegang tanganya untuk menggengam batangku yg teracung2. BTG mengeluh kenikmatan,ketika batangku sepenuhnya dalam genggamannya. Aku berani bertaruh,ini adalah pertama kalinya dia menyentuh kontol laki2.

Namun tanganya cuma menggenggam batangku dan sesekali setiap ada guncangan mobil ia meremas kontolku pura2 tak disengaja,sehingga terpaksa kubantu menggenggam tangannya dan menaik turunkan tangan itu agar mengocok kemaluanku. Ia menurut,dan mulai mengocok kontolku…aduuhhh nikmatnya dikocok anak SMP yg badannya sesuai kriteriaku,cantik dan baru mengenal kontol…wah sensasinya tak ada duanya…

Sekarang lengkap sudah,aku mencolok2 vagina BTG sambil menikmati kocokan dikemaluanku…rasanya seperti terbang…nikmat tak terkatakan.

Lama kami berbuat begitu,kontolku semakin basah,demikian pula vagina BTG,terasa jariku basah kuyup didalam lubang vaginanya. Terasa ada desakan yg menuju ke ujung batangku…darahku semakin mendidih..dan aku mendesah desah tertahan…

“ SSssshhhh….teruuusss sayang…..terusss….” desisku sambil terus mengocok vagina dan kelentit BTG,nampak pantat BTG bergerak naluriah,mulai menyambut setiap colokan jariku di Vaginanya. BTG sudah dibawah kendaliku,maka kupajukan kepalanya,kupegang tanganya yg menggenggam dan mengocok kemaluanku,lalu kuarahkan kemulutnya…

“ Isap sayang…please isap ya..” bisikku ditelinganya. Nampak ia penasaran,kuarahkan kontolku makin dekat dan sambil menekan pantat keatas kutarik tanganya dari kontolku, dan nyerrr….darahku bergolak,dengkulku benar2 terasa lemas ketika hangat mulut anak SMP yg cantik itu,mengemut kontolku. Namun aku kaget stengah mati ketika dia mengeluarkanya tiba2.
“ Kenapa..? “ tanyaku dongkol.

Ia membuka jaket yg menutup kepalanya lalu menatapku.

“ Asin….” Jawabnya pendek. Aku jadi nyengir mendengar suara yg baru pertamakalinya keluar dari mulut anak kecil itu sejak aku merogoh2 vaginanya.
“ Gak apa,ntar juga nggak..” jawabku sambil kembali menyumpalkan kontolku yg tadi hampir muncrat ke dalam mulutnya,lalu kembali kututupi jaket.

“ Addduhhhh…ssshhhh…” lenguhku menahan nikmat yg menyelimuti batang kontolku saat kontolku kembali dikulum hangat. BTG ia mulai mengeluar masukan kontolku dimulutnya walaupun Cuma sepotong. Ada rasa ngilu dikepala bonggolku setiap dia mengulumnya,namun akhirnya rasa nikmat itu kembali.

Kami kembali asik saling mengocok,dan tangan kananku sekarang meremas2 pauyadaranya, BTG semakin merintih2. namun kocokannya menjadi terganggu. Akhirnya kepalaku masuk kebawah jaketnya dan dengan susah payah aku berhasil menemukan bibirnya,kulumat bibirnya yg berbau pejuhku,ia melenguh…

‘’ Eemmmhhhh….emmmhhhh….”

Tak lama kemudian ia membalasku ganas sekali,menghisap2 lidahku dengan garangn,tangannya sekarang berbalik memeluk kepalaku.

“ Sssssshhhh….pengggeeennn ppipppiiissss…ssshhhh “ katanya dalam lauapan biarahinya. Maka kupindahkan mulutku ke payudara kirinya,kausnya kuangkat,dan payudaranya yg membusung kencang kulumat habis,sementara tangan kananku meremas2 payudara kanannya. Nafsunya melonjak seketika,mulutnya semakin melenguh lenguh…sedang pantatnya sudah tak lagi malu2 bergoyang naik turun menyambut kocokanku. Aku tahu BTG hampir sampai pada orgasmenya,namun ia tak menegtahuinya.

“ Pipis disini saja sayang…bisikku…” Ia semakin melonjak lonjak,hingga suatu ketika ia meremas rambutku dan menekan kepalaku kuat2 kepayudaranya yg sedang kuhisap,lalu pantatnya menegang keatas berulang2,tubuhnya kelojotan seperti ayam disembelih….segera kumasukan jariku dalam2 dan menekan kelentitnya kuat2,lalu kucium mulutnya dan ia menghisap mulutku kuat sekali sambil melenguh…
‘’ Mmmmhhhhh…….BTG pipppiiiiisss….eennnnaaakkkkhhhhh…..”

Terasa jariku berkedut kedut diremas cincin lubang kemaluan BTG yg sedang berkontraksi,lalu tubuhnya diam tak bergerak,desisannya berhenti hanya helaan nafasnya yg masih memburu. BTG telah mencapai puncak kenikmatan dari sebuah permainan seks dewasa. Tadi BTG merasakan tubuhnya seperti terbang,sementara kemaluannya terasa mengedut nikmat,lalu stelah segala nikmat melanda dirinya,terasa tubuhnya lemah lunglai tak bertenaga. Sebuah hal yg baru dialaminya seumur hidup. Amat nikmat.

Ketika kubuka jaketnya,ia menutup muka dengan kedua tangannya,aku tahu ia malu dengan kejadian barusan.

Lalu sambil mengelus rambutnya,kubisikan sesuatu ditelinganya…

“ BTG,kamu telah orgasme,itu biasa,jangan malu ,nikmati aja…gak apa2,tenang aja ok “ bisikku .
Ia diam. Lalu…
“ Dengerin sayang, nanti kamu akan merasakan yg lebih enak,punyamu akan ku jilat kalu tempatnya enak,pasti kamu suka..jangan malu ya, tenang aja. Sekarang jilat lagi punya ku ya.. “ bisiku pelan. Ia mengangguk.

Maka kuteruskan hajatku yg tertunda,ku genggamkan tanganya di kontolku,dan sekarang ia mulai mengerti,dikocok2nya kemaluanku..lalu dimasukannya kemulutnya….

“ ooooooooooohhhhhhhhhh…… lenguhku panjang saat merasakan kembali hangatnya mulut gadis muda itu mengulum bonggolku..

Lalu ia mulai mengeluar masukan kontolku dengan teratur…
selang beberapa menit,aku tak bisa menahan diri lagi…kemaluanku hampir mencapai puncaknya,namun dalam kenikmatanku yg amat sangat,aku masih berfikir, dimana harus kumuncratkan air maniku..? jika dimulutnya aku takut muntah,sedang diluar takut dia gak ngerti dan dikeluarkan begitu saja..maka kutanya dia…

“ BTG sayang.., boleh keluar dimulut ?’ tanyaku sambil menahan kenikmatan yg sudah diubun ubun.
“ Apa maksudnya…?” ia balas berbisik.
“ Aku ingin merasakan seperti yg tadi kamu rasakan sambil “ ini ” ku tetap dimulutmu “..kataku sambil terkial kial menahan puncratan pejuhku…ia mengangguk…

Maka tak bisa kubendung lagi, sambil menggeram aku menahan kepalanya,dan menekannya kebawah,sedangkan pantatku mnghenjut henjut keatas membuat kemaluanku tertancap dalam2 di mulut gadis itu, dan crrooottt…crrooott…cccrooottt….menyembur nyemburlah lahar dari lubang kencingku memenuhi mulut gadis lugu itu…

“ Hheeeuuuuuuuu……ooooooohhh….” Aku mengejang ngejang merasakan nikmat yg melanda kontolku…

Lalu tubuhku mengelososh lemas. Oooh…betapa nikmatnya puncratan air maniku tadi. Namun belum sempat aku istirahat, BTG nampak bangun dengan mulut monyong2 terbuka,dari bibirnya menetes netes sperma yg tadi kukeluarkan,matanya nampak merah…

” Oooo….ooo….ooo..” benar saja,BTG mau muntah akibat pejuhku, maka segera kututup resletingku dan resletingnya yg masih terbuka. Semua nak yg ada disekitar kami terbangun….dan ribut.
“ Ada apa, siapa yg mabok “ kata mereka riuh rendah…
‘ Si Reva euyyyy…! Huuuu dasar kampungan,gitu aja mabok…kasih kantong plastik biar jadi bubuuurrrr” teriak mereka semakin riuh.
“ Dasar bego “ fikirku dalam hati,” Orang muntah gara2 pejuh,disebut mabok…hehehe…”

BTG benar2 sangat menderita,maka aku lap pejuh dimulutnya dan kusodorkan kantong plastik kemulutnya sambil kupijat pijat lehernya, ia benar2 muntah, matanya mendelik delik…mobil kuminta berhenti ditempat yg ada Wcnya.

Maka ketika berhenti,berhamburanlah anak2 keluar,pada kencing… Kubawa BTG ke WC dengan perasaan bersalah..kusuruh mencucinya mulutnya,lalu dia keluar sambil manunduk nunduk dengan wajah tanpa ekspresi…kusodorkan minuman sprite dan air mineral untuk menghilangkan mualnya..ia minum lahap sekali tanpa kata2.

Setelah kembali ke bis,aku minta maaf. Namun ia tidak marah,Cuma mencubitku keras sekali sambil cemberut..,aku ketawa melihat tingkah lakunya yg lugu.

“ Pokoknya maafin ya, kuganti deh..” janjiku.
“ Bener ya,..awas kalo bohong “ matanya mendelik manja. Aku tersenyum. Kami tiba di tujuan jam 6 pagi. Dan sebuah pengalaman aneh telah kami alami.

BTG…,fhoto2 kita masih kusimpan baik2,masih ingat waktu di gunung ?

@@@@@@@@@@@

Kisah nyata ke sembilan

BTG Bagian II – Sejak kejadian di bis itu,banyak hal yg telah kami alami,BTG sudah bukan BTG yg dulu,sekarang BTG sudah dewasa,mengerti tentang laki2,BTG sudah jadi perempuan. Namun ada satu hal yg tetap terjaga,BTG masih perawan,aku tidak pernah memasukan kemaluanku padanya,hal itu membuat dia sangat percaya dan menyayangiku.

Ketika ujian Nasional beres,nilai BTG sangat bagus,orangtuanya meminta ia sekolah di Jakarta,namun BTG menolaknya mentah2,ia mengadu kepadaku dan meminta bicara kepada kakek neneknya agar gak diijinkan sekolah di jakarta.

Namun sebelum aku kerumah kakek neneknya,mereka sudah datang kerumahku,sambil membawa kain buat bahan pakain yg diberikan kepadaku,mereka minta tolong agar aku membujuk BTG supaya ikut Orang tuanya ke Jakarta. Mereka yakin,aku bisa membujuknya,karena menurut mereka hanya kata2 Pa D yg selalu diturutinya,dia berubah jadi baik dan penurut juga karena Pak D banyak membimbingnya. Begitu kata mereka. Aku merasa bersalah mndengar pengakuan mereka,dan berjanji akan mencoba membantunya.

Ketika kutemui BTG,dengan berat hati ( jujur saja aku gak mau kehilangan dia ) kusampaikan bahwa sebaiknya ia ke Jakarta,ikut orangtuanya,kesempatan untuk mengetahui mereka.

Diluar dugaan,ia marah besar,ia menganggapku menghianatinya,bahasanya menjadi sangat kasar,dan apapun yg kukatakan tak lagi didengarnya. Ia pergi dengan marah sambil menangis.

Aku tahu,satu2nya orang terdekat yg dipercayainya adalah aku,dan sekarang ternyata sama dengan mereka. BTG pasti amat terpukul. Aku berusaha menyusulnya,namun BTG tidak ada dirumahnya,kerumah tem2nnya juga tidak ada. Sampai 2 hari ia menghilang,aku sangat kuatir,begitu pula kakek neneknya. Takutnya bunuh diri,karena BTG memang nekat.

Pada hari ke 3 aku kembali kerumah teman dekatnya NN didaerah CB,BTG masih juga tidak ada,tak ada yg mengetahuinya. Namun aku melihat NN seperti menyembunyikan sesuatu,maka dengan sebuah ancaman hukum, kupaksa NN untuk buka mulut. Ternyata BTG selama itu menginap dirumah NN,keluarga Nn mengetahui situasi keluarga BTG,dan karena kasian serta takut terjadi apa2,maka mereka memilih melindungi BTG.

Kupaksa NN mempertemukanku dg BTG. Ketika aku diijinkan masuk ke kamar NN oleh keluarganya, nampak BTG sedang melamun sambil mendengarkan lagu melalui Handset di Hpnya. Ketika melihatku datang,sejenak ia nampak kaget,lalu segera melemparkan Hpnya dan berhambur memeluku sambil menangis.

Aku sangat terharu melihatnya,sambil kupeluk dan kuusap usap rambutnya,aku minta maaf dan kukatan bahwa aku juga tak ingin dia pergi. Cuma aku ingin dia punya hidup lebih baik,dan ingin orang tuanya juga tenang.

Ketika aku mengajaknya duduk,ia tak malu oleh keluarga NN tetap memelukku,lalu aku menasihatinya dengan lemah lembut,memintanya berfikir dewasa dan tidak terburu2 mengambil keputusan. Dan aku berjanji,jika dia tetap tidak mau ke Jakarta,maka aku akan membantunya agar ia tetap bisa sekolah disini bersama kakek neneknya.
BTG nampak senang dan mau diajak pulang.

Setelah berpamitan pada orang tua NN,aku mengantarnya pulang,ia terus memeluku,dan karena hujan lebat,ditengah sawah sebelum sampai rumahnya,ia menciumku mesra sekali,nampak kerinduan dimatanya,bukan kerinduan seorang anak,tapi kerindun seorang perempuan. Setelah puas minta aku menghubunginya terus via Hpnya.

Akhirnya BTG pulang,kakek neneknya nampak senang menyambut kepulannganya . Setelah kujelaskan,dimana,kenapa,sama siapa,meraka mengerti duduk persoalannya,mereka berterimakasih berulang ulang ats “ kebaikanku” dan akupun pulang.

Besoknya BTG sms minta bertemu,karena kebetulan rumahku kosong,aku membawanya kerumah.
Dirumah dengan sedih ia cerita bahwa ia mau ikut orangtuanya ke Jakarta,namun ia tak mau kehilanganku. Ketika kunyanyikan lagu yg kuciptakan saat ulang tahunnya dulu,ia benar2 menangis sejadi jadinya,nampak anak itu sangat menderita,aku menjadi sangat trenyuh melihatnya,sehingga ketika kuputar lagu kesukaan kami , TERBAIK UNTUKMU….

….ku sadar bahwa kini
kita sudah..smakin menjauh..
Sempat aku berfikir ini,…kau yg menginginkannya…
Lepas dari pelukku …ooooo

( Ooooo…kini kusadari,ini salahku,tak ingin ku terlambat dan sesali…)

ingin kau tetap disini…bersamakuu…jangan pergi….

Akupun terbawa emosi…menangis sambil memeluknya erat2…

“ Aku gak mau kehilanganmu…, akau gak mau kehilanganmu…” isaknya berulang ulang.

Setelah kami puas menumpahkan isi jiwa kami,lalu ku antar dia pulang,dengan janji…kita akan jalan bersama besok,menginap.

Besoknya aku jemput BTG ditempat yg telah kami sepakati,aku kemudian membawanya ke sebuah penginapan di kota B bernama hotel “ S “

Ketika hotel telah kubayar,BTG kuajak masuk,namapk orang2 dan petugas memandang kami seperti menyelidik,aku yakin meraka curiga padaku walau kukatan itu adiku yg mau kujemput sekolah di Jakarta.

Malam itu,kami ngobrol sebentar,namun kemudian BTG nampak banyak berdiam diri,melamun dan tidak konsentrasi. Ketika kutanya ada apa,ia tidak menjawab. Maka aku menyuruhnya tidur. Iapun berusaha tidur walau terlihat sangat kesulitan. Setelah lama kulihat dia masih terjaga,maka kuberanikan diri menciumnya….dia diam saja.
Kucium lagi..dia mengeluh….

“ Mmmmmhhh……” namun masih tak bereaksi,dan aku mersa mendapat angin,maka segera kulumat lumat bibirnya dan lidahku menusuk nusuk langit2 mulutnya,ia mendesah merasakan nikmat dirongga mulutnya dan mulai beraksi….lidahnya membelit lidahku..dan aku menghisap2nya lembut.

Segera aku menindihnya,namun ia nampak kuatir…

“ Ada apa..?” tanyaku, ia menggeleng. Otaku berputar belum memahami fikirannya,hingga suatu saat ia kutanya…
“ Kamu takut aku merusak “ini“ mu yank ..?” tanyaku hati2…ia mengangguk.

Aku mengerti,ternyata ia gelisah karena itu,antara ingin dan takut…

“ Dengar BTG sayank..jika mau aku sudah lakukan dulu2, jadi jika kamu gak mau,maka aku tak akan melakukanya..faham.” kataku meyakinkan,ia mengangguk.
Maka ketika kucium lagi bibirnya ia mulai membalas dengan bernafsu…kuremas payudaranya…” OOOhhh….” ia pun melenguh…

Akhirnya kubuka pakiannya dan pakaianku,ketika tubuhku menindihnya..ia menutup matanya sambil menggigit bibir…maka kulumat kembali bibir yg terkatup itu sehingga mendesis desis…tanganya memeluk kepala dan punggungku.

Tanganku mulai meremas2 payudaranya yg sudang mengeras,sementara bonggolku yg tak mau kompromi,sudah teracung mengangguk angguk dan menempel diperut BTG membuat BTG semakin bernafsu….
Kuturunkan kepalaku dan mulai melumat dan menjilat payudara kananya,sedang yg kiri kuremas2 dengan lembut,putingnya yg mencuat kujilat2 dan diselipkan diantara gigiku,sementara kemaluanku menggesek2 belahan pahanya ….

“ Sssshhhh…ooooohhhhh…ssshhh…eennnakkk….” rintihnya berulang,badannya nampak menggigil tubuhnya terasa panas sekali,sementara nafasnya memburu…

Setelah agak lama aku mulai turun kebawah,menjilat jilat perutnya,turun lagi kebawah,menjilat jilat bawah perutnya…ketika tiba di vaginanya yg gundul itu…BTG mengangkat kepalaku…disela sela desahanya yg tak henti henti, ia berkata parau….

“ Jangannnn…belum dicucciii….” Mana peduli aku,sedangkan aku tengah khusuk2nya menikmati memek gundul yg empuk pada tubuh mulus itu.

Maka kuangkat kedua kakinya sehingga nampaklah lubang vagina perawan itu merah kecoklat coklatan….kubenamkan kepalaku di belahan kemaluan BGT….ia bergetar hebat….mulutnya meracau tak karuan…

‘’’ Ooouuuuhhhkkk….sssshhh…eennnnakkkk bangeeettt…” rintihnya,pantatnya menyembul nyembul menyambut jilatan 2ku dikelentitnya.

Aku semakin bersemangat mengisap dan mengenyot2 vagina BTG, aroma vaginanya yg khas menusuk2 hidungku dan sangat merangsang berahiku…

“ Ssshhh…terruuusss….tteeerrruuusss….” rintihnya sementara kepalanya bergerak kekiri kekanan dengan mulut mendesis desis setengah terbuka. Matanya nampak merem melek merasakan kenikmatan yg melanda vaginanya.

Setelah puas,aku berdiri berbalik dan mengangkanginya….kemaluanku tepat diatas mulutnya,maka ketika kuturunkan,BTG segera mengulumnya blleesss..amblaslah kemaluanku dimulut gadis itu,

Aku Cuma mampu melenguh sambil mendongakkan kepala saking nikmatnya…

“ Ooooouhhhhh…..sayang….enak banget. “ perasaan hangat menjalar dari ujung kepala kontolku keseluruh tubuhku dan aku merasa seperti hendak kencing tetapi nikmat sekali,lidah gadis itu manyapu nyapu lubang kencingku dengan teratur.

Segera kuangkat kedua kaki BTG kearahku,dan kedua pahanya kujepit dengan kedua ketiakku,maka terpampanglah tempat terindah seorang perempuan…sebuah vagina yg terbuka lebar tanpa bulu dimana dibawahnya terdapat lubang dubur berwana kecoklat coklatan yg mengempot empot kembang kuncup.

Segera kubenamkankepalaku disela pahanya,kumasukan lidahku kemulut vagina BTG yg terbuka lebar, ia berhenti sejenak mengulum batangku,sambil mengeluh panjang tubuhnya melengkung merasakan nikmat yg mendera kemaluannya….

“ Ooooohhhhhhhhhh………”

Maka kujilat jilat dengan rakus kelentitnya sambil ku colok colok lubangnya dengan lidahku..BTG bergetar getar menikmati birahi yg dirasakannya. Tubuhnya terasa semakin panas,nafasnya semakin cepat dan tersengal sengal…aku semakin rakus menjilat bahkan kubuka seluruh mulutku menghisap dan menjilat semua isi kemaluan

BTG,sehingga ia semakin menggigil merasakan nikmatnya .

‘ Oohhhh…Pa D,…eennnnakkk bangeetttt….sssshhh…ooohhh…”

Untuk menambah rangsangan birahinya,kumasukan jari kiriku kedalam kemalunya,terasa sempitnya masih menggigit seperti kemarin,maklum aku tidak pernah menyetubuhinya…BTG meronta…pantatnya bergoyang kian cepat…kemaluanku terasa semakin nikmat dimulutnya karena giginya sesekali menggigitku ketika dia merintih atau melenguh akibat isapanku di vaginanya.

Aku semakin bernafsu,maka kuangkat sedikit tubuhku untuk menjangkau lubang dubur yg kuncup mekar itu…lalu kujilat lubang duburnya…dalam nafsu dan nikmat yg melanda duburnya…BTG masih berusaha menahanku,mungkin agak risih….

“ Jangaaannnn…..jangannn…ssshhhh…oookhhh…” tapi aku terus menjilat duburnya dan semakin menekan pantatnya keatas. BTG semakin meliuk liuk merasakan sensasi yg berbeda akibat jilatanku di duburnya…
Ini pertama kali kulakukan padanya,setelah cukup lama dia kuberi pelajaran baru…kembali kelentitnya kujilat jilat dengan cepat hingga pantatnya semakin tersembul sembul…

Tangan kanan ku kucoba menyentuh lubang duburnya,BTG diam saja,maka kuteruskan menekan nekan lubang itu dengan telunjukku sambil tetap menjilat jilat kemaluannya sementara jari kiriku masih keluar masuk di vaginanya…efeknya luar biasa, BTG berkelojotan sambil mendesis desis tak karuan….

“ Ooohhhhhh…sssshhh…terussss…teeerrruuusss……oohhhh..”

Kujilat jari kananku sejenak,dan sambil tetap menjilat kelentitnya kumasukan sedikit demi sedikit jariku ke lubang duburnya….Aku merasakan rasa hangat dan lembut menyerang jariku…jepitan lubang duburnya mencengjaram jariku kuat2….ooo nikmatnya.

BTG Cuma mengeluh kegelian….kukeluarkan sedikit,kumasukan lagi,kukelurkan lagi,kumasukan lagi, lalu kutekan lagi hingga seluruh telunjukku tengelam dilubang dubur BTG…ia mangeluh panjang…badannya bergetar…..

Ketika tanganku masuk seluruh dubur BTG,terasa cincin rektumnya mengeggam kuat jariku dan aku merasa seolah kontolku ada disana…dalam jepitan dubur itu…maka terasa hulu dan bonggolnya semakin nikmat menerima tiap kuluman BTG yg terus keluar masuk….

Selang beberapa saat,BTG semakin cepat menggerakan pantatnya,aku mempercepat isapan dan jilatan di keletitnya…aku tahu BTG hampir mencapai orgasmenya….dan dalam sebuah jeritan panjang…BTG mengejang,tubuhnya melengkung lengkung seperti udang, tangannya menekan kepalaku kuat2 ke vaginanya, matanya yg sayu mendelik delik merasakan vaginanya mengedut ngedut nikmat…

‘ Oh hheeeuuuuhhhhhkkkk….aku kkeellluuuaarrrrr.” erangnya panjang,tubuhnya bergetar dan bergidik sejenak…lalu lemas.

Ketika dia menjerit,aku menghentikan gerakanku dan menyedot seluruh kelentitnya kuat2 sambil menekannya dengan lidahku…

Terasa kedua jariku diremas remas oleh vagina dan pantat BTG,sementara kemaluanku diisapnya kuat2 hingga terasa sebagian giginya mengenai batangku… lalu cairan hangat merembes dari vaginanya menyentuh lidah dan mulutku….dan tubuh BTG mengeloso nampak lemah sekali..kontolku keluar dari mulutnya yg berhenti bergerak…
Tadi BTG kembali merasakan kenikmatan sempurna dan amat hebat akibat ransangan dikedua lubangnya,antara perasaan ingin kencing dan ingin beol membuatnya malah menjadi nikmat tak terhingga…

Melihat kondisi tubuhnya yg benar2 lemah,aku kasian,maka kubisikan sesuatu…ia nampak kaget…

“ Maksudnya dibelakang ?“ Tanyanya heran.
“ Ia sayang…boleh ya, kan kamu tetap perawan ok? “ tanyaku penuh harap…
“ Mmmhhh….mmmhhh…ia deh .” katanya pasrah.

Aku memintanya untuk menungging,ketika dia menurut dan aku menghadapi pantatnya,nafsuku langsung mengegelegak melihat indahnya dubur BTG..ingin segera kumasuki ruang sempit itu…oooo pasti nikmat,kontolku semakin keras terangguk angguk.

Namun aku harus sabar,karena ini pertama kalinya bagi dia. Maka kumajukan mulutku dan menjilat jilat duburnya yg sangat terbuka itu,lalu kujilat kemaluannya…ia mendesis..rupanya ia kembali merasakan nikmat di dubur dan vaginanya…

Namun aku sudah tak sanggup menahan diri lagi,maka dengan hati hati dan badan gemetar,kuarahkan kemaluanku kedubur BTG,…dadaku berdebar keras ketika merasakan hangatnya lubang dubur perawan kecil itu menyentuh bonggolku….

Lalu kucoba menekan pantatku kedepan sambil memeluk pantatnya,namun terasa sempit sekali…sulit aku menembusnya…

“ Oohkkk…ssaakittt…” rintih BTG sambil menarik pantatnya…
“ Tenang sayang,nanti nggak, aku jilat dulu biar licin “ bisikku dengan nafas memburu ditelinganya…lalu kembali kujilat2 duburnya hingga basah kuyup…

Kuarahkan lagi dan dengan hati hati kutekan…masuk ujung kepalanya..rasanya diriku melayang ketika nikmatnya jepitan dubur BTG menjepit kepala batangku…

“ Oooooouhhh ssssaayayyanggg… “ rintihku parau…lalu kugerakan lagi sedikit…masuk lagi setengahya,BTG nampak meringis2 namun tetap menungging…oh tuhanku nikmatnya gak bisa dilukiskan kata2..ketat sekali jepitan duburnya…
“ Ooohhhhh…….ttttaaaahhannnn yyyaaa… “ bisiku dengan nafsu diubun2…terasa hendak muncrat kontolku menahan nikmat yg tiada taranya…

Kutekan kembali dengan pelahan…dan…bllesss….amblaslah seluruh batang kemaluanku menembus dubur BTG…

“ Oooohhh…….” BTG merasa sesuatu menggajal perutnya dan seperti hendak membongkar seluruh isi perutnya sehingga dia merasa mual dan pengen eek…
namun ia merasakan geli geli yg nikmat di duburnya….maka ia membiarkan batangku menembus dasar duburnya….
“ OOOkkhhhhhhhhhhh….” Aku hanya mampu merintih panjang ketika seluruh kemlaunku menbus dubur BTG dan menacap seteguh teguhnya di dubur BTG,terasa dengkulku lemas ,kepalaku tak sadar mendongak kebelakang sedang tubuhku bergetar menahan nikmat yg membuntu kan otakku…sementara tanganku semakin erat memegang pinggangnya yg empuk dan lembut…

“ Sakit sayang ?…kalo sakit mau dicabut…” bisiku ditelinganya..
“ Sekarang gak…terusin aja…Cuma pengen eek..” jawab BTG polos.

Aku segera mendorong kembali batangku duh…nikmatnya,menariknya lagi..duhhh…mendorongnya lagi….aku benar2 tak sanggup lagi bertahan..hanya 3 kali tarik dorong….badanku langsung mengejang dan…crreettt..creeett..crreeeeettttt…air maniku tumpah memenuhi dubur BTG.

Sementara kemaluanku menancap sedalam dalamnya di dubur BTG,

“’ Ooooohhhh… akhuu gakk kuatt….hheeeuuukkhhh…jeritku sambil mngedut ngedut…tubuhku benar benar melayang merasakan nikmatnya kedutan kedutan kemaluanku yg dijepit amat ketat oleh dubur BTG,sehingga tubuh BTG tergontai gontai menerima hujaman hujaman kemaluanku yg dalam dan keras seperti hendak menghancurkan seluruh duburnya…

Entah berapa banyak air mani yg kutumpahkan dianus BTG,dan BTG merasakan hangatnya semburan air maniku menyemprot nyemprot dinding anusnya membuatnya merasa nikmat.

Lalu kuturunkan pantatnya dan aku memeluknya tanpa mengeluarkan kemaluanku diduburnya,ia nampak menikmati saat saat aku menikmati sisa sia kenikmatan yg sedang kurasakan.

Setelah agak lama,kemaluanku mengecil dan keluar sendiri dari dubur BTG,aku menciumnya…ia cuma tersenyum.
Malam itu BTG orgasme sampai 4 kali,sedang aku Cuma 2 kali tapi sangat hebat dan sempurna. Tapi yg penting, BTG masih perawan.

Jam 7 kami pulang,BTG langsung ke Jakarta,setelah agak lama kami kehilangan kontak hingga sekarang,sekarang aku telah beristri. Tapi BTG tak pernah lepas dari ingatanku.

Sama Kakak Kandung

$
0
0

www.orisex.com

Cerita Seks Terbaru Sama Kakak KandungNama saya Charles, umur 28 Tahun. Saya sekarang ini masih single alias bujangan dan masih tinggal bersama orang tua. Saya mempunyai seorang kakak, namanya Jovita. Umur kakak saya sekarang ini 35 Tahun dan telah bersuami namun belum memiliki anak.

Hal yang saya alami ini terjadi sekitar 8 tahun lalu. Pada saat itu saya masih berumur 20 tahun dan kakak saya berumur 27 tahun. Sejujurnya nafsu sex saya sangat besar, dan juga berkeinginan untuk ML. Namun hal itu tidak berani saya lakukan karena rasa takut akan akibat yang nantinya terjadi. Oleh karena itu, saya sering melampiaskannya dengan onani sambil menonton film porno di kamar.

Kakak pada saat itu masih berpacaran, tubuhnya lumayan lah. Kulitnya putih, badannya tidak terlalu tinggi, mata besar serta buah dadanya yang berukuran sedang. Sebesar telapak tanganku, kira-kira ukurannya 34 B.

Pagi itu papa dan mama membicarakan masalah liburan keluarga bersama kami. Rencananya mereka ingin pergi berlibur ke Malaysia. Saya dan kakak senang akhirnya kami sekeluarga bisa pergi berlibur bersama-sama karena selama ini kami tidak pernah ke Malaysia bersama.

Seminggu kemudian kami pun berangkat ke Malaysia menggunakan Air asia. Perjalanannya menghabiskan waktu 3 jam. Setibanya kami di Malaysia, kami langsung menuju ke hotel untuk beristirahat. Papa dan mama sekamar, sedangkan saya dan kakak juga sekamar.

Pada malam harinya, kulihat kakak sudah tertidur pulas. Mungkin karena kecapean dan aku pun sedang mempersiapkan diri untuk beristirahat. Pada waktu hendak menuju tempat tidur, handphone kakak bergetar, kulihat ada SMS yang masuk. Karena rasa ingin tahu, saya membuka isi SMS itu yang ternyata dari pacar kakak. Kubaca SMS yang dikirim dari pacar kakak isinya hanya ucapan selamat malam dan mimpi indah. Namun di bagian bawah SMS itu terdapat kata yang membuatku kaget. Di bagian akhir SMS itu tertulis “ Sayang nanti kalau kamu pulang, bantu ngemut burung ku yach ? Nanti aku juga akan membantu untuk membuatmu orgasme..hehehe….Enak rasanya..”

Setelah kubaca isi SMS itu aku kaget bukan main. Tak kuduga kakak sudah pernah ML bersama pacarnya. Aku simpan kembali handphonenya. Aku akan menanyakannya besok pagi pikirku dalam hati.

Keesokan harinya, waktu aku bangun kakak baru keluar dari kamar mandi. Kakak baru bangun yah ? kataku. Ia habis pipis nih, katanya. Sewaktu ia naik ke tempat tidurnya, aku pun memberanikan diri untuk menanyakan hal semalam yang kubaca dari handphonenya.

Kak, ada yang ingin Charles tanyain. Ada apa ? jawabnya. Apa kakak sudah pernah ML sama pacar kakak ? Mendengar pertanyaanku, muka kakak tiba-tiba pucat. Ia terdiam sejenak, lalu ia kerkata dengan perlahan ia Charles kakak sudah pernah ML dengan pacar kakak. Koq kamu tahu ? tanyanya, ia kak tadi malam handphone kakak bergetar dan tidak sengaja aku baca isi SMS dari pacar kakak. Charles minta maaf yah. Iya-iya ngak apa koq.
Lalu aku melanjutkan bertanya Kak enak yah ML ? dia menjawab pertama kali sih sakit dan perih karena kakak masih perawan, tapi setelah itu rasanya enak banget. Kamu jangan ngomong ke papa sama mama yah. Iya jawabku sambil memperhatikan kakak berbicara.

Kak bisa jelaskan ke aku gimana cara ML itu ? tanyaku,
Susah untuk di jelaskan nih. Emang kamu belum pernah coba yah ? tanyanya.
Belum pernah kak, jawabku.
Kamu mau kakak ajarin ? jawabnya.
Mendengar kakak berbicara itu aku kaget. Loh kak mana bisa kita gituan ? Jawabku.
Emang sih sebenarnya ga bisa, itu kan sama aja hubungan terlarang, bisa-bisa dosa. Tapi kalau kamu mau tahu rasanya gimana yah harus coba prakteknya. Gimana ? tanyanya.
Tapi kalau kakak nanti hamil gimana donk ? tanyaku.
Kan bisa pakai kondom ? jadi ga bakal hamil deh. Kamu nanti pergi beli kondomnya di mini market yang ada di luar hotel yah. Ntar malam kakak ajarin. Jawabnya.
Iya kak nanti aku beli. Jawabku.

Kami pun segera bersiap untuk pergi bersama papa dan mama untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Malaysia. Setelah makan malam di luar hotel papa, mama dan kakak sudah kembali ke kamar, tapi aku menyempatkan diri pergi ke mini market untuk membeli kondom dulu baru balik ke kamar.

Sesampainya di kamar, kulihat kakak baru selesai mandi dan masih mengenakan handuk untuk menutupi bagian tubuhnya. Kamu dari mana ? tanyanya. Dari mini market kak, kan tadi pagi di suruh beli kondom, jawabku. Oh iya kakak sampai lupa. Papa dan mama sudah tidur ? tanyanya. Rasanya sudah kak, soalnya tadi sewaktu aku ketuk pintu kamarnya ga ada yang bukain.

Kamu pergi mandi sana, perintahnya. Iya kak, jawabku.
Sehabis mandi, aku juga mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhku. Sewaktu keluar dari kamar mandi, kulihat kakak sudah berada di atas tempat tidurnya sambil membuka bungkus kondom yang baru kubeli tadi.

Kemari naik ke tempat tidur kakak, perintahnya.
Iya kak, jawabku.
Sekarang kamu lihat yah baik-baik tubuh kakak. Belum sempat aku menjawab, kakak sudah membuka handuk yang tadi ia pakai untuk menutupi tubuhnya. Sentak aku kaget dan terdiam melihat tubuh kakakku yang begitu mulus serta buah dadanya yang menggantung dan kulihat vaginanya yang tidak di tumbuhi oleh bulu. Mungkin kakak juga memotong bulu nya, pikirku dalam hati karena aku juga memotong bulu yang berada di sekitar burungku.

Masih asyik melihat tubuh kakak, tiba-tiba kakak berkata “ sini kamu remas atau apakan buah dada kakak terserah kamu deh. Dengan hati-hati aku memegang buah dada yang berukuran 34 B itu. Begitu aku memegang buah dada nya, Nampak wajah kakak yang sedang menikmati sentuhanku. Kesempatanku untuk mempraktekkan aksi pemain video porno yang aku sering nonton di kamar. Pikirku dalam hati.

Sambil memegang, aku sedikit meremas dan memutar-mutar puting susunya. Oh…umm…suara yang keluar dari mulut kakak. Semakin bersemangat aku beraksi mendengar suara kakak yang terangsang. Aku langsung mencium dan mengisap puting susu nya. Sesekali aku gigit kecil putingnya. Sungguh nikmat rasanya. Rupanya ini rasanya mengulum buah dada, pikirku dalam hati. Namun aku tak mau pikirkan itu, aku lanjutkan aksiku dengan meremas buah dada sebelahnya..tiba-tiba ia menarik kepalaku.
Kakak sudah basah, sini buka handuk kamu. Aku pun membuka handuk yang menutupi sebagian tubuhku.

Melihat burungku yang sudah berdiri tegang, kakak tersenyum dan langsung menarik tubuhku sampai aku tertidur di ranjang. Tiba-tiba dia sudah berada di dekat selangkanganku dan sudah memegang burungku . aku merasa sensasi yang belum pernah kurasakan. Sambil memegang kakak berkata sekarang kamu rasakan gimana enaknya di emmut..

Tangannya langsung mengocok burungku sambil sesekali lidahnya ia permainkan di sekitar kepala burungku..oh…enak sekali kak…jangan berhenti…kataku..
Semakin bersemangat ia beraksi setelah mendengar eranganku, tiba-tiba burungku ia masukkan ke dalam mulutnya sambil mengisap dan mengocoknya. Muka ku merasa panas. Setelah kakak puas memainkan burungku, kakak menyuruhku untuk membelai vaginanya.

Aku patuh dengan perintahnya. Begitu ku belai, ia tersentak dan memegang dadanya sendiri. Ku coba menggerakkan tanganku di daerah klitorisnya. Ia pun seperti keenakan dengan tindakanku. Semakin bersemangat aku bermain di sekitar klitoris kakak. Kucoba mainkan dengan lidahku sambil sesekali aku gigit klitorisnya dan menghisapnya..sensasi ini sungguh luar biasa…jantungku berdetak kencang…

Ohh..enak sekali…kamu buat kakak basah sekali Charles. Sering nonton bokep yah ? tanyanya.
Ia kak..jawabku sambil tersenyum. Pantess…jawabnya.
Sini burungmu, kakak pakaikan kondom. Kakak sudah ga tahan. Selesai memakaikan kondom, kakak menyuruhku berbaring.

Ternyata dia suka dengan posisi Women on Top. Begitu aku berbaring, ia memegang burungku dan berusaha untuk memasukkannya ke dalam vaginanya yang sudah basah karena aksiku tadi. Begitu burungku menyentuh bibir vaginanya, ia mendesah. Akhh….ahhkk… dan masuklah burungku ke dalam vaginanya.

Dia pun menggerakkan badnnya dengan lincah sambil sesekali memutarkan pinggulnya. Sungguh nikmat rasanya.. kak enak banget kak.. rasanya seperti di jepit-jepit kak..enakk ouhhh…ohh….mendengar suaraku kakak semakin memompa tubuhnya yang sedang berada di atasku..akh…akkh…enakk…oh….
Aku sudah mau orgasme Charles..akh…semakin ia percepat gerakannya…2menit kemudian kakak pun orgasme. Ackhhh…akuu…datang…ahhh…kurasa cairan panas yang mengalir turun di sekitar burungku. Kupikir itu adalah cairan milik kakak karena orgasme tadi..ia pun tersenyum melihatku.

Lalu aku dengan berani meminta kakakku untuk mengganti posisi. Sekarang aku mau ia nungging alias Doggy Style. Ia pun tersenyum dan menuruti kata-kataku. Begitu ia sudah nungging kulihat vaginanya dari belakang, sungguh nikmat melihat vaginanya karena daging di sekitar bibir nya begitu tebal. Perlahan ku masukkan burungku ke dalam vaginanya, oh…hangat sekali..yang ini lebih enak di bandingkan waktu kakak mengemut burungku..dengan kaku ku gerakkan maju mundur pantatku..dia pun mencoba menuntunku dengan menggerakkan pantatnya maju mundur..

Lama kelamaan gerakanku mulai stabil dan tidak kaku lagi.. sesekali aku meremas buah dada kakak yang Nampak menggantung dari belakang sambil kucium pundak dan lehernya..ia pun mengerang dengan hebat serta semakin liar menggerakkan pantatnya. Nikmat sekali kak…akhh…ku pegang pinggulnya sambil ku maju – mundurkan pantatku..sesekali ku dorong keras-keras pantatku sehingga burungku masuk lebih dalam lagi ke vaginanya..akhhh enak…kamu pinter juga yah…Charles..ahh..desahan kakak.

10 menit lamanya burungku berada di dalam vaginanya, dan kurasa spermaku akan keluar..kupercepat gerakanku dan sepertinya kakak mengerti kalau aku akan orgasme, diapun makin mempercepat gerakan pantatnya..akh….kak….oh….ouhhh…akkuu…suudahh..mauu ..oh..keluar…serasa kaki, lutut, paha dan pinggangku terkunci dan kakak langsung mencabut burungku dari vaginanya dan dengan cepat ia membuka kondom yang terpasang di burungku.

Ia pun langsung mengocok dan memasukkan burungku ke dalam mulutnya…croot…ccrrooott….kurasa badanku tersentak beberapa kali…sungguh nikmat rasanya….begitu selesai kakak mengeluarkan sperma yang ada di dalam mulutnya. Aku pun langsung berbaring di tempat tidur..kami melewati malam yang indah di Malaysia. Ia pun dengan wajah kecapean berkata, gimana enakkan rasanya ??

Iya kak rasanya enak banget..terima kasih…sering-sering yah kalau bisa..sambi tersenyum kakak mencubitku dan berkata enak aja..nanti kita lihatlah gimana, jawabnya.

Sekian Dari BugilNews. Kunjungi Juga Cerita Dewasa, Cerita Seks, Cerita Ngentot, Foto Hot, Foto Bugil, Foto Seksi

Terima Kasih Atas Kunjungan Nya :) ….

Cerita Sex: Highschool

$
0
0

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Highschool – Namaku Niken Vidya, namun teman-teman biasa memanggilku Niken. Kisah ini dimulai ketika aku masuk masa SMA. Aku masuk SMA di umur yang masih sangat belia, sekitar 14 tahun, namun tubuhku sudah bongsor. Aku berparas lumayan cantik; kulit putih, rambut keriting, badan tinggi, dengan payudara yang cukup kencang dan bibir tebal seksi seperti Angelina Jolie.

cerita-sex-highschoolCerita Sex: Highschool – Ist

Awal cerita ini dimulai ketika sekolahku sedang mengadakan acara festival. Layaknya festival biasa, pasti banyak kerumunan muda-mudi yang bersorak-sortak melihat pertunjukanya. Begitu juga denganku, bersama teman-teman sekelas, aku menikmati acaranya. Mataku terus tertuju ke panggung hiburan sampai ketika pasukan Paskibra berjalan berombongan memasuki lapangan sekolah.

Cerita Sex | Aku langsung berpaling, mataku tertuju pada seorang kakak kelas yang berada di barisan paling depan diantara mereka. Dia ganteng, putih, tinggi, pokoknya cowok idola sekolah banget deh. Hatiku langsung berdesir saat melihatnya. Aku segera bertanya pada Sari, teman sebangkuku.

“Cowok itu Siapa namanya, Sar?”
“Kak Taufik,” jawab Sari sambil tersenyum penuh arti, tahu kalau aku telah jatuh cinta.

Sejak itu, secara diam-diam aku menaruh perasaan terhadap kakak kelas misterius tapi ganteng yang bernama kak Taufik. Semua akun jejaring sosialnya aku add, follow, dan invite. Pokoknya semua tentang dia aku cari tahu seluk beluknya. Dan ketika tiba hari ultahnya, aku mencoba memberi hadiah, namun aku bingung. Bagaimana bisa aku memberinya hadiah sedangkan kak Taufik sendiri sama sekali tidak mengenalku.

Untunglah ada Fafa, temanku yang juga anak Paskib. Dia mencoba membantu dengan memberi tahu bahwa pulang sekolah nanti mereka ada latihan Paskibra. “Kamu bisa menemuinya saat itu.” kata Fafa. Akupun mengangguk, dan dengan hati deg-degan menunggu tanpa bosan untuk menyampaikan hadiahku pada kak Taufik.

Ketika latihan selesai, Fafa memanggilku.

“Taufik menunggumu di kelasnya, di lantai dua.” katanya.

Aku sangat gugup, tak tahu harus senang atau malu, atau apapun. Namun karena sudah kepalang tanggung, kubulatkan tekadku untuk menemuinya. Setelah mengucapkan terima kasih pada Fafa, kudatangi kak Taufik di kelasnya untuk memberikan hadiahku. Aku sangat nervous sekali, bagaimanapun orang yang akan kutemui ini adalah orang sudah mencuri hatiku.

Setiba di atas, kak Taufik sudah menungguku. Tepat seperti yang dikatakan Fafa, ia berdiri di depan kelas seorang diri. Kak Taufik segera menyapa saat melihat kedatanganku. “Lo Niken ya?” katanya.

“Iya, kak. Kok kakak tau?” aku bertanya dengan muka bersemu merah, merasa bangga karena ia mengetahui namaku.
“Oh, tadi si Fafa kasih tau, katanya ada yang mau kenalan dan kasih hadiah.” jawabnya ramah.
“Oh, gitu ya, kak? Ya udah, nih kak hadiahnya. Makasih udah mau nerima dan menungguku.” Segera kuberikan kado di tanganku dan langsung berlalu tanpa sempat menatapnya.

Namun dia memanggilku kembali. “Niken, tunggu dulu, mau kemana sih?”

“Ada apa, kak?” aku berbalik.
“Ini buat kamu.” Secara mengejutkan, dia memberiku undangan untuk datang ke acara ulang tahunnya. “Dateng ya, dress codenya merah ya?”

Akupun terdiam sejenak, tidak tahu harus berkata. Ini benar-benar suatu kejutan buatku. Bayangkan, orang yang kukagumi, mengundangku untuk datang ke acara ultahnya, padahal sebelumnya ia tidak mengenalku sama sekali. Suatu lompatan hubungan yang sangat besar. Begitu tercengangnya aku hingga terus diam saat melihatnya pergi. Kubiarkan kak Taufik berlalu begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih atau apapun. Ah, dasar bodoh.

Setelah tersadar kembali, dengan hati berbunga-bunga, kuhampiri Fafa yang setia menunggu di depan kantin. “Fa, aku diundang ke acara ulang tahunnya nih. Tapi aku gak ada temennya dan gak tau harus menggunakan apa?!”

Fafa tersenyum. “Aku juga diundang kok. Bareng aku aja. Aku ada kok dress yang sesuai untuk kamu. Nanti kamu pulang dulu ya, setelah itu kamu ke rumah aku.”

“Oke deh, Fa. Trims ya, kalo gitu aku pulang dulu, sampai ketemu nanti.” Akupun pulang dengan perasaan yang campur aduk; antara senang, terkejut, gugup, tapi juga gembira.

Ketika sampai di rumah, tidak kujumpai satu orang pun, termasuk ibuku. Rumah sunyi dan sepi. Akhirnya dengan terpaksa aku minta izin kepada ibuku melalui telepon. “Bu, Niken nanti malem izin ke acara ulang tahun teman ya?”

“Teman mana? SMA?” tanya ibuku yang ternyata lagi bertandang ke rumah kerabat.
“Iya, bu, diundang nih.” jawabku.
“Wah, hebat kamu sudah punya teman. Ya udah, asal jangan terlalu larut ya pulangnya?” pesan ibuku.
“Iya kok, bu.” aku menyanggupi. “Nanti aku minta jemput sama Aa’ kalo udah selesai.”
“Oke deh, hati hati ya, bye.”
“Bye,”

Telepon pun kumatikan dan aku bergegas mandi. Setelah mandi, dengan hanya berbalut handuk, aku menuju kamar untuk berganti pakaian. Kulepaskan handuk yang melilit di tubuhku tanpa merasa curiga diintip atau dipergok orang lain. Aku memandangi tubuhku yang mulai tumbuh ini di depan cermin di kamarku yang lumayan besar. Kuperhatikan payudaraku mulai berbentuk; bulat dan agak besar dengan puting mungil berwarna coklat kemerahan. Bulu kemaluanku juga mulai ada sedikit, sudah terlihat agak hitam meski tidak terlalu lebat. Namun yang aku heran, kenapa bokongku ini besar sekali ya? Siapa pun pasti suka kalau disuruh untuk mengusap dan memegangnya, aku yakin itu!

Setelah selesai bercermin, aku langsung memakai baju seadanya dan bergegas pergi ke rumah Fafa. Sore itu aku hanya memaki tanktop hitam dan hotpants mini bewarna coklat serta membawa tas kecil untuk menaruh dompet dan handphone. Aku naik taksi yang sudah menjadi langganan.

Setiba di rumah Fafa, “Yah ampun, Niken, ternyata lo cantik juga ya?! Hahaha,” kata Fafa memujiku. Aku cuma tertawa menanggapinya, tawa kami terdengar begitu keras. “Ayo sini masuk, udah gue siapin dress lo nih di kamar.” ajaknya.

Akupun memasuki kamar Fafa yang luas dan rapi itu. Langsung kucoba dress warna merah pemberiannya. “Fa, apa ini gak terlalu pendek? Pahaku keliatan banget!” kataku memperhatikan bawahannya yang jauh diatas dengkul, hingga mengekspos dengan jelas belahan pahaku yang jenjang dan putih mulus.

“Enggak kok, ini kan sama aja kaya hotpants yang lo pake.” katanya sambil senyum.
“Oh, iya sih.” benar apa katanya, akupun jadi tidak merasa risih lagi. “Oke deh. Makasih, Fa.”

Kamipun berangkat dengan mobil Fafa dan tiba di rumah kak Taufik tepat saat acara mau dimulai. Kebanyakan yang hadir adalah kakak kelas yang hanya kukenal wajahnya saja, namun ada juga teman seangkatanku yang diundang. Di dalam, ternyata party itu seperti party yang biasa dilakukan di Western; minuman, musik, dan sex ada disana. Akupun menaruh kado di tempat yang disediakan, dan tak jauh dari situ kulihat pemuda tampan pujaanku menghampiriku dengan blazer abu-abunya yang disetrika rapi. Kak Taufik menyapaku ramah. “Hey, Niken. Dateng juga lo, kirain gak dateng.”

“Aku pasti dateng, Kak. Buat kakak, apa sih yang enggak?!” jawabku malu-malu.
“Haha, makasih ya. Trims juga buat kadonya. Mau diambilin minum ga?” tawarnya.

Akupun hanya menjawab mau dan menunggu sebentar. Sementara Fafa sudah tidak tahu berada dimana. Dia hilang diantara kerumunan anak yang semakin banyak saja.

“Nih minumnya,” kak Taufik memberikan segelas minuman kepadaku.

Akupun langsung meminumnya tanpa bertanya terlebih dahulu. Dan setelah kucicipi, ternyata rasanya manis getir. Raut wajahkupun langsung berubah menjadi agak aneh.

“Haha, ini wine, Niken. Masa gak tau sih?” godanya sambil tertawa.
“Tau kok, cuma gak pernah minum.” aku menjawab.
“Oh, begitu toh. Ya udah, yuk ikut kakak, sekalian kita cari Fafa dan teman-temanmu.” Dia langsung menarik tanganku ke tengah kerumunan dan membawaku ke suatu tempat khusus dimana disitu ada Fafa dan beberapa temanku.

Kami pun segera terlibat dalam obrolan yang hangat dan akrab. Di luar dugaan, kak Taufik ternyata enak diajak ngobrol. Aku suka berbincang dengannya. Kami terus berbincang dan bercanda sambil minum dan mengikuti hentakan musik. Aku pun sudah tak tahu berapa banyak wine yang kuhabiskan sampai tak sadar kalau kadang aku jadi sering mengeluarkan kata-kata vulgar.

Melihat kondisiku seperti itu, Fafa langsung menarikku keluar. Akupun mengikutinya. “Ken, lo mabuk? Aduh, bakal ribet nih gue.” kata Fafa panik.

“Enggak kok, gue nggak mabuk, cuma sedikit pusing aja.” jawabku lemas.
“Ya udah deh, ayo pulang, udah larut nih.” Fafa menarik tanganku.
“Tapi kan gue belum ngobrol banyak sama kak Taufik.” kutolak ajakannya.
“Ya udah deh, sebentar aja lagi ya?” Fafa melepaskan tanganku.

Kamipun kembali ke tempat semula dan kembali minum wine yang ada disitu. Disaat aku menjadi semakin mabuk dan lepas kendali, tiba-tiba kak Taufik mengajakku ke lantai dansa. Akupun mengikutinya dan mulai menggerakkan tubuhku seadanya, sedangkan Fafa hanya memperhatikanku sahabatnya yang sedang mabuk ini sambil geleng-geleng kepala. Tanpa kusadari, kak Taufik menarik tanganku dan membimbingku untuk naik ke lantai dua rumahnya. Aku sebenarnya ingin menolak, tapi saat dia bilang ingin mengatakan sesuatu kepadaku, akupun menyerah. Apakah dia kan menembakku?! Harapku dalam hati.

Aku yang sudah mabuk dibopongnya menuju lantai dua. Disana, aku dimasukkan ke sebuah kamar dan dibaringkan ke ranjang empuk yang luas dan besar dengan kondisi tubuh setengah sadar. Kak Taufik meninggalkanku sebentar, entah dia pergi kemana. Akupun seperti tertidur, namun tubuhku terasa panas dan gerah. Ingin sekali kubuka dressku ini, tapi untung akal sehatku masih bisa menahannya. Tak berapa lama kemudian, kak Taufik kembali masuk ke kamar dan mengunci pintunya.

“Kakak mau ngomong apa? Kok aku dibawa kesini?” ucapku setengah sadar.

Tanpa babibu, tiba-tiba kak Taufik menaiki tubuhku dan memandangi mata sayuku. Entah siapa yang memulai, bibir kami berdekatan dan dia mulai melumat bibirku. Aku yang sudah pengalaman kissing dengan mantan, tidak kaku mengimbanginya. Kutanggapi serangannya dengan memeluk leher dan melumat bibirnya begitu rakus. Kami berfrenc-kiss ria selama kurang lebih sepuluh, sebelum kak Taufik mulai menurunkan kepalanya untuk mengendus dan menciumi leherku.

“Hhhh… Kak! Jangan disitu! Achh… nanti ada… achhh! …bekasnya!” jeritku, namun kak Taufik tidak menghiraukannya. Ia memegang tanganku dengan kedua tangannya dan melebarkannya ke samping. Dia menatapku sangat dalam untuk meyakinkan diriku bahwa malam ini aku adalah miliknya. Aku yang setengah sadar hanya pasrah atas apa yang akan terjadi. Kak Taufik mulai menciumiku lagi dan kali ini leherku yang jadi sasarannya.

“Ahhh… kak! Aachhh!” aku makin merintih.

Dia terus menciumi sambil menggigit kecil kulit leherku hingga meninggalkan bekas merah dimana-mana. Setelah puas, dan leherku sudah basah oleh air liurnya, mulutnya mulai turun ke arah gundukan payudaraku. Aku hanya bisa meremas sprei dan menggelinjang kuat ketika mulutnya menyentuh kulit payudaraku yang masih tertutup dress merah. Pelan kak Taufik meraih pundakku dan menurunkan dressku sampai perut. Terpampanglah bongkahan buah dadaku yang meski masih tertutup BH, tapi cukup kelihatan montok dan besar.

Sambil tetap menciuminya, kak Taufik mulai memegang dan meremas-remasnya dari luar BH. Ia juga berusaha untuk menyusupkan jari ke dalam cup behaku untuk menjepit dan memilin-milin putingku yang terasa mulai menegang akibat ulahnya. Setelah agak lama, dan putingku makin terasa kaku dan kenyal, akhirnya kak Taufik berusaha membuka pengait braku, ia rupanya tak sabar untuk melihat kemontokan buah dadaku secara langsung.

“Hmm, indah sekali, Niken.” Gumamnya sambil mulai menyusu kembali saat braku sudah terlempar ke lantai.

Mukanya kini terbenam diantara bongkahan payudaraku, menekan dan menggesek kuat disana, sesekali juga mencucup dan mengulum putingnya hingga membuatku kelojotan keenakan.

“Achh… Kak! Sudah, Kak!” jeritku pilu.

Aku mencoba melawan birahiku ini, namun apa daya, aku dalam keadaan setengah mabuk. Lagipula, rangsangan kak Taufik juga kurasa begitu nikmat hingga membuatku makin merintih dan menggelinjang.

Setelah puas bermain dengan payudaraku, dia mulai melucuti semua pakaianku. Kemudian disusul dengan pakaiannya saat aku sudah terbaring telanjang bulat di depannya. Ada rasa malu bugil untuk pertama kalinya di depan laki-laki, tapi melihat kak Taufik yang sepertinya sangat menginginkanku, akupun jadi pasrah saja. Dia mulai mengambil posisi untuk menyetubuhiku, kak Taufik memegang kedua pahaku dan membukanya lebar-lebar. Tak berkedip ia menatap vaginaku yang masih perawan. Pasti ia bingung mencari lubangnya yang mungil.

“Niken,” desah kak Taufik sambil mulai menindih tubuhku.

Sebelumnya ia sudah meludahi ujung penisnya yang tidak begitu besar untuk memperlancar saat menerobos masuk ke dalam lubangku nanti.

Aku berjengit saat kurasakan ada benda tumpul padat menyentuh bibir vaginaku.

“K-kak, jangan! Please!” pintaku setengah sadar. Namun dia tetap mencoba, kak Taufik memajukan pinggulnya dan, “Hnghhhh!!!” aku melenguh saat kepala penisnya mulai menyelinap ke dalam vaginaku.
“Tahan, Niken!” kak Taufik menariknya sedikit, lalu mencoba untuk mendorong lagi, kali ini sedikit lebih keras dan memaksa.
“Ahhhhhh!!!” aku menjerit kesakitan saat batang penisnya menusuk tajam dan terbenam hingga hampir separuhnya.

Mendengar jeritanku, kak Taufik menariknya lagi. Aku sedikit lega, kukira dia akan berhenti. Tapi rasa legaku itu langsung berubah menjadi jeritan panjang saat kak Taufik mendorongnya lagi dengan hentakan kuat yang keras dan dalam.

“AAHHHHHHHH!!!” Benda panjang itu berhasil merebut keperawananku! Selaput daraku robek olehnya, saat penis itu membelah dan mengisi relung vaginaku hingga mentok sampai ke dasar.

“Ughhh… Niken!” kak Taufik melenguh keenakan, sementara tanpa kusadari air mataku menetes keluar, mengalir pelan di pipi mulusku.

Kak Taufik segera mengusapnya dan mencium bibirku dengan penuh kemesraan. “Kakak sayang kok sama Niken. Tenang aja, kakak nggak akan tinggalin kamu.” katanya.

Akupun hanya bisa tersenyum haru mendengarnya.

Setelah penis tersebut terdiam cukup lama, menanti dinding-dinding vaginaku agar terbiasa menerima kehadirannya, kak Taufik pun mulai menggerakkannya maju mundur. Dengan menarik-dorong pinggulnya, ia mulai menyetubuhiku.

“Nghhhhh… Kak!!” awalnya memang sangat sakit.

Tapi setelah beberapa menit berlalu, rasa sakit itu perlahan menghilang, dan digantikan dengan rasa geli dan nikmat yang amat sangat. Aku pun mulai mendesah keenakan saat penis kak Taufik bergerak semakin cepat, rupanya ia sedikit menaikkan tempo kocokannya.

“Ahhh… ahhh… ahhh… kak!” ceracau mulutku tanpa henti.
“Hmmm! Hmmpph!” kak Taufik segera menyumbatnya dengan ciumannya yang hangat dan mesra.

Kamipun saling mendesah dengan bibir saling menempel erat. Kak Taufik terus menggerakkan pinggulnya, menyetubuhiku, hingga membuat permainan menjadi semakin liar dan panas.

Tapi tak lama kemudian ia berhenti. Kukira dia sudah keluar, tapi ternyata belum. Saat aku sudah ingin bertanya, kak Taufik tiba-tiba mengangkat tubuhku dan menaruhnya di atas pangkuan. Ia melakukannya dengan penis masih berada di dalam vaginaku, menancap tajam disana.

“Oughhhh… Kak!!” tentu saja aku langsung melenguh dengan perbuatannya.

Enak sekali, penisnya seperti menusuk dan mengaduk-aduk liang vaginaku.

Setelah posisi ini sudah siap, sambil melumat bibirku, ia kembali menghentakan pinggulnya kuat-kuat ke atas.

“Mppmhh… ahh… kak! Aahhhh…” akupun kembali merintih dan menggeliat.

Dengan posisi seperti ini -aku menduduki penisnya- membuatku makin terangsang dan bergairah. Tanpa sadar, aku mulai menaik turunkan tubuhku untuk mengimbangi genjotan pinggulnya.

“Ahhh… yes, baby, like this!!” ucap kak Taufik sambil meremas-remas bulatan pantatku.

Ia juga menyusu di putingku, menghisapnya bergantian sambil sesekali menggigit dan menariknya dengan menggunakan gigi.

Setelah lima menit bercinta dengan posisi seperti itu, kak Taufik tiba-tiba merebahkan tubuhnya dan berbaring telentang. Sementara aku masih menindih dan menunggangi batang penisnya. Aku mengerti apa yang ia inginkan, jadi mulai kugenjot tubuh mulusku naik turun di atas pinggangnya. Kuhentak keras penisnya agar masuk semakin dalam ke lorong vaginaku.

Tapi posisi seperti itu justru membuatku merintih kesakitan. Akupun mengaduh, “Ahhhh… kak, perih! Aku capek,”

“Sabar, nanti juga enak kok.” sahut kak Taufik sabar.
“Tapi, ahh… kak, aku… ahh… perih!” rintihku tak tahan.
“Goyangin aja terus, nanti juga enak.”

Akupun mengikuti sarannya, dan ternyata benar! Rasa sakitku perlahan menghilang, dan rasa nikmat yang tadi kurasakan perlahan kembali. Gerakanku pun menjadi semakin liar. “Ahh… ahh… ahh… ahh…” desahku putus-putus.

“Yes, baby, faster! Faster! Shake your body! Shake your body!!” ceracau kak Taufik sambil memejamkan mata.

Tangannya yang hinggap di pantatku terus meremas-remas pelan.

Disaat aku sudah mulai bisa menikmati, kak Taufik tiba-tiba bangun dan mendorongku hingga kembali ke posisi semula; aku dibawah sementara dia di atas, dengan alat kelamin kelamin kami masih tetap terpaut kuat. Dengan posisi seperti itu, aku ditumbuknya dengan keras dan cepat. “Ahh… kak, pelan-pelan! Aahh…” pintaku.

Namun kak Taufik tidak menghiraukannya, ia tetap menggenjotku dengan penuh semangat. Tanpa kusadari, kakiku melingkar dan mengikat di pinggangnya. Kukunci dia rapat-rapat hingga kurasakan kepala penisnya membentur keras dinding rahimku. “Ahhh… kak, harder! Harder!” aku meminta.

“Yes, baby. I will fuck you harder!” sahut kak Taufik, ia semakin mempercepat temponya hingga membuatku semakin tidak karuan.
“Yes, I like this! Like this! Aahh…” Kurasakan dinding vaginaku mulai berdenyut-denyut kencang, tanda akan menyembur sebentar lagi.

Begitu juga dengan penis kak Taufik, kurasakan benda itu menjadi semakin keras dan membengkak.

“Kyaaaaaaaa!!! AAHHHHHHHHH…!!!” kamipun menjerit panjang berbarengan tanda kami berdua orgasme secara bersamaan.

Kurasakan air mani kak Taufik tumpah ruah di lorong vaginaku, dan kusambut dengan semburan cairan cintaku yang tidak kalah banyak. Kami saling menatap dan saling mencium dalam diam.

“Makasih ya, Niken.” kata kak Taufik mesra.
“Iya, Kak, makasih juga udah jadi yang pertama buatku.” sahutku.

Diapun mencium keningku dan menarik tubuhnya. Kuperhatikan penisnya sudah mengkerut dan agak melemas, benda itu begitu basah dan mengkilat. Ada noda darah di sepanjang batangnya yang menghitam, noda darah keperawananku!! Tapi aku sama sekali tidak menyesal memberikannya. Setelah membersihkan diri dan berpakaian, kami pun turun bersama-sama untuk kembali ke acara pesta.

Setelah peristiwa di acara ulang tahun kak Taufik hidupku mulai banyak berubah. Aku jadi sering melakukan seks dengan kak Taufik, dimanapun dan kapanpun ketika kami saling membutuhkan. Meskipun dia belum memintaku untuk menjadi kekasihnya, namun aku rela untuk bercinta dengannya.

Hingga pada suatu hari, aku bertemu dengannya di kantin sekolah. Dia berkata sambil berbisik, “Nanti pulang sekolah bareng kakak aja ya? Ada yang mau diomongin.”

Akupun membalas dengan berbisik pula. “Yakin cuma diomongin doang, kak? Enggak dilakuin?” ledekku sambil tertawa.

“Yah itu sih liat nanti. Ya udah, pokoknya nanti kakak tunggu di depan gerbang ya,”
“Oke deh, kak.” balasku.

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku pun segera merapikan bukuku dan memasukannya ke dalam tas. Setelah semua rapi, kelas pun disiapkan untuk pulang dan akupun keluar.

“Ken, mau kemana lo? Kok buru-buru banget?” tanya teman baikku, si Fafa.
“Biasa, ada kakak senior yang nungguin.” balasku sambil senyum.
“Cie, yang mau ngedate. Ya udah deh, semoga sukses ngedatenya.”

Akupun hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan Fafa menuju gerbang sekolah. Di depan gerbang, kulihat honda Jazz merah milik kak Taufik terparkir dengan pintu terbuka. Dia berdiri di sebelahnya, tersenyum saat melihat kedatanganku.

“Udah lama ya, kak? Maaf ya,” aku menyapanya.
“Oh, engga kok. Gue juga baru keluar.”
“Kita mau kemana, kak?” tanyaku.
“Udah, ikut aja dulu. Gak dicariin sama bonyok kan?” dia bertanya.
“Enggak kok, kak.” jawabku.

Lalu kamipun memasuki Jazz merah tersebut dan meluncur menuju daerah Kelapa Gading. Di dalam mobil, kak Taufik mengajakku ngobrol sambil sesekali mencuri-curi pandang ke arah belahan paha dan baju seragamku. Maklum saat itu aku memakai rok diatas lutut dan baju seragam dengan dua kancing terbuka lebar, menampakkan sedikit tonjolan buah dadaku. Untuk daleman, aku hanya memakai bra dan cd warna hitam saja, itupun sangat mini hingga aku yakin kak Taufik pasti menyukainya.

Ketika sampai di basement sebuah mall, kak Taufik bilang kalo dia ingin mengajakku nonton bioskop. Aku sih ayo-ayo aja, kapan lagi coba nonton sama orang yang aku suka. Bergandengan tangan, kamipun menuju bioskop dan mengantri karcis sebentar. Kami memilih nonton film superhero. Jujur saja, aku lebih suka melihat film action daripada drama. Kamipun masuk menuju studio film begitu pintunya dibuka. Kami mendapat seat paling belakang. Suasana saat itu sangat sepi karena memang hari kerja dan sekolah. Di deret belakang, hanya ada kami berdua yang menempati.

Film pun mulai diputar. Awal-awal kami menonton dengan serius, sama sekali tidak berbicara, asyik berkonsentrasi dengan cerita film. Aku sempat heran juga, tumben kak Taufik jadi pendiam, biasanya dia langsung menyerbuku begitu ada kesempatan. Apakah filmnya memang begitu bagus hingga membuat kak Taufik sampai terpukau?

Namun ternyata dugaanku salah! Baru 10 menit film berjalan, kak Taufik sudah mulai berani memegang pahaku. Akupun hanya diam saja dan melanjutkan menonton, dia sudah biasa melakukan itu. Dari sekedar mengusap, kak Taufik melanjutkan dengan memasukkan tangan ke dalam rokku. Untuk yang satu ini, aku sedikit kaget, tapi tetap tidak menolak. Kurasakan tangannya mulai mengorek-ngorek isi di dalam rokku. Risih juga sih, namun tetap membiarkannya. Bahkan saat tangan kirinya mulai meremas-remas buah dadaku, aku juga hanya bisa memandanginya penuh nafsu.

Kak Taufik terus merangsang dua bagian sensitifku sepanjang film. Yang kanan menusuk-nusuk vaginaku, sementara yang kiri meremas dan menarik putingku. Diperlakukan seperti itu membuatku jadi tak tahan lagi. Akupun berbisik kepadanya. “Jangan disini, kak. Aku takut ketahuan.”

Kak Taufik pun berhenti melakukannya dan langsung mengajakku keluar studio. ”Kita kemana, Kak?” tanyaku sambil mengikuti langkahnya. Ternyata dia mengajakku ke kamar mandi cewek, kami masuk ke salah satu bilik toilet dan menguncinya dari dalam.

“Kak, kok malah disini? Nanti ketahuan gimana?” tanyaku bimbang.

Tidak menjawab, kak Taufik malah langsung mencium bibir dan memeluk tubuhku. Akupun langsung terdiam, kuikuti saja kemauannya. Kami sudah sama-sama terangsang dan bergairah. Dengan cepat kami saling mengikat lidah, bertukar bibir dan air liur dengan sepenuh hasrat dan gairah. Kak Taufik membuka kancing seragamku dengan cepat dan melepaskan kait bra hitamku. Dia menarik keluar payudaraku dengan tetap membiarkan baju seragamku menempel di badan. Kini benda bulat di dadaku itu sudah tanpa penutup apapun, terlihat begitu mengkal dan menggiurkan. Putingnya yang mungil kemerahan tampak begitu indah dan menggoda. Kak Taufik langsung meremas-remasnya sambil menciumi leherku dengan ganas. Aku hanya bisa meremas rambutnya dan mendesah dengan pelan karena takut ketahuan.

“Ahhh… kak, geli! Sshhh…” rintihku saat lidahnya memutar di atas putingku.

Dia melumatnya dengan rakus, meninggalkan beberapa bekas cupang disana, juga di leherku.

“Mphhhh… mpphhh…” aku mendesah kegelian, agak sedikit lebih keras, namun kak Taufik segera menutup mulutku menggunakan tangannya.

Dia tidak ingin ada yang mendengar persetubuhan kami.

Dipilinnya terus putingku menggunakan lidahnya secara bergantian. Kanan-kiri, kanan-kiri, terus menerus, sebelum kak Taufik tiba tiba menyuruhku untuk duduk di closet. Aku mengerti apa yang dia inginkan, dengan sigap akupun membuka celana abu-abu yang ia kenakan dan mengeluarkan isinya yang sudah menegang dahsyat. Walaupun sudah sering melihatnya, aku agak kaget juga melihat ukurannya yang dari hari ke hari kurasa semakin besar saja.

Dengan mesra, kuelus-elus batang tersebut perlahan. Ingin aku melakukannya lebih lama saat tanpa kusangka tiba-tiba kak Taufik menjambak rambutku dan memaksaku untuk memasukkan penis itu ke dalam mulut. Aku memang kaget namun cepat bereaksi. Dengan sigap segera kubuka mulutku dan membiarkan kemaluan kak Taufik meluncur masuk ke dalam.

“Mpphh… mphhh…” aku melenguh merasakan penis tersebut memenuhi rongga mulutku.

Rupanya kak Taufik sedang buru-buru hari ini. Atau dia sudah begitu terangsang melihat tubuhku?

Dia memegang kepalaku dan menyodomi mulutku dengan penisnya. Aku hanya bisa diam saja dan mengikuti kemauannya.

“Hmmm… yeah, like it, honey. I will fuck your mouth!!” dia melakukannya dengan brutal sampai kadang aku merasa sesak dan sulit untuk sekedar bernapas.

Melihat mukaku sudah mulai memerah, akhirnya kak Taufik mengeluarkan penisnya untuk membiarkanku bernafas sebentar. Namun sekali lagi, secara tiba-tiba, sebelum aku sempat menarik udara, dia sudah memasukannya lagi ke dalam mulutku, bahkan kali ini sangat dalam dan keras hingga mentok sampai ke ujung kerongkonganku. Kak Taufik menahan kepalaku agar penisnya tidak sampai terlepas. Aku hanya bisa melenguh sambil mencoba untuk tetap bernafas.

“Hmmmpp… hmmmph…”
“Ahh… enak sekali, Niken!!” desahnya. Dia lalu melepaskan cekalan kepalaku.

Segera kumuntahkan penisnya dan akupun langsung terbatuk-batuk lega.

“Uhuk-uhuk… kok kasar banget sih, kak?” tanyaku keheranan.
“Abisnya kamu nafsuin banget sih hari ini,” jawab kak Taufik.

Dia lalu jongkok di depan pahaku dan melepaskan celana dalam yang aku pakai, namun hanya sampai lutut, sedangkan rokku masih utuh di tempat semula.

Dengan kaki terbuka lebar, akupun sedikit tersengat ketika bibir vaginaku disentuh oleh jari-jari tangannya. Dibukanya lipatan bibir luar vaginaku dan dimasukannya dua jari ke dalamnya.

“Ahhhh… hhhh…” desahku pelan.

Aku kira kak Taufik cuma akan mem’fingering’ vaginaku, tapi ternyata kepalanya menunduk tak lama kemudian dan langsung masuk ke dalam rokku. Kurasakan ada daging lunak menyentuh pangkal pahaku, lidahnya. Ohh, hal ini akan lebih menyiksaku saat kurasakan kak Taufik membuka lagi lipatan vaginaku dan mengeluarkan klitorisku dengan jari telunjuknya.

“Ahhhh… kak! Ahhhh…” aku tersengat ketika kurasakan lidahnya mulai menjilati klitorisku.

Akupun semakin terangsang dan tanpa kusadari aku meremas payudaraku sendiri dan menjepit kepala kak Taufik agar tidak terlepas dari vaginaku.

“Mhhh… kak, terus, kak!!” akupun terus merintih tanpa sadar.

Dan ketika aku hampir orgasme,

“Ahhh… kak! Aahhh… aku mau, ahhhh…” tiba-tiba kak Taufik berhenti mengoralku. Akupun hanya bisa diam dengan mata sayu.
“Kak, kok berhenti?” tanyaku penasaran.
“Yah gak papa kan? Ada yang salah?” tanyanya menggoda.
“Lanjutin lagi, kak. Aku udah gak tahan.” kataku.
“Gak tahan apa?” goda kak Taufik lagi.
“Gak tahan, vaginaku udah gatal.” sahutku.
“You must beg me!” katanya.

Akupun berpikir, kenapa aku menjadi sangat rendah seperti ini? Tapi logika ini sudah kalah oleh birahi yang melanda seluruh tubuhku. Akupun berdiri dan berbisik padanya.

“Fuck me, please! I can’t stand it anymore!!”

Kak Taufik langsung memelukku, meremas punggungku, dan mengangkat satu kakiku menuju pinggangnya. Dan perlahan, bless!! Masuklah seluruh kejantanannya, menembus seluruh relung vaginaku, memenuhinya hingga ke lubang yang terdalam.

“Ahhh…” rintihku saat dia mulai menggerakan pinggulnya maju mundur, sementara tangannya menahan tubuhku agar tidak terlempar kemana-mana.
“Ahhhh… yes! Fuck me! Fuck me!” aku menjadi semakin gila, dan tanpa sadar meracau seperti kesetanan.

Plok-plok-plok… bunyi kedua kelamin kami yang sedang beradu dengan tempo tinggi. Gesekan kemaluan kami terasa begitu nikmat. Aku menyukainya. Aku ketagihan dengannya. Ingin kunikmati rasa itu lebih lama, namun tiba-tiba aku mendengar suara kaki mendekat ke arah bilik WC. Kak Taufik pun langsung menghentikan goyangannya, tapi tanpa mengubah posisi sama sekali, penisnya tetap menancap telak di lorong vaginaku.

Klik… bunyi suara pintu toilet dibuka, tepat disamping dimana kami berada.Kudengar ada suara air mengalir. Kami menunggu dalam hening, tetap tanpa suara. Namun tiba-tiba kak Taufik menghentakan pinggulnya kembali, meski pelan, tapi tusukan penisnya tepat menyentuh mulut rahimku. “Ahhhmmm… mpphh!!!” akupun mendesah, tapi dengan cepat kak Taufik menutup mulutku dengan telapak tangannya. Aku hanya bisa melotot menatapnya, meminta penjelasan. Namun dia hanya tersenyum dan terus menggerakkan pinggulnya tanpa merasa berdosa. Aku tidak bisa menghentikannya.

“Mmphhh!!!” aku melenguh tertahan dalam dekapan tangannya. Dia terus menyetubuhiku lebih cepat tanpa memikirkan ada orang disamping ruangan yang kami pakai untuk bercinta ini.

Klik! Terdengar pintu ruangan samping terbuka lagi, dan bunyi air sudah tidak terdengar lagi. Dengan cepat kak Taufik langsung membalik tubuhku menghadap WC dan membuka bongkahan pantatku. Dengan brutal dia memasukkan penisnya dari belakang ke dalam vaginaku.

Clepp, clepp, suara kelamin kami yang saling beradu lagi. Rambutku dijambaknya ke belakang dan tangan kirinya memegang pantatku dengan gemas.

“Ahhh… kak! Ahhh… pelan-pelan, kak.” pintaku dengan manja. Namun dia malah makin cepat menggenjot tubuhku.
“Ahhh… kak! Ahh… ahhh!!” aku mendesah sekeras mungkin tanpa peduli ada orang lain yang mendengar.

Setelah puas dengan gaya tersebut, kak Taufik pun duduk di closet dan memangkuku diatas tubuhnya. Dinaikannya rokku hingga ke perut dan dia mulai memasukan penisnya ke liang vaginaku.

“Ahhh!!” dengan sekali usaha, seluruh batangnya masuk ke dalam lubang vaginaku.

Seperti biasa, mula-mula dengan lembut dia mulai menggerakkan pinggulnya ke atas bawah. “Ahhh… yes! Like this, kak! Ahh… softly! Ahhh…” desahku pelan. Namun belum sampai satu menit aku menikmatinya, dia sudah menaikkan tempo dengan sangat cepat.

“Ahhh… kak, pelan-pelan, kak! Ahhh…” mulutku memohon lembut, namun tubuhku sudah terangsang berat hingga tanpa sadar aku malah menaik-turunkan badan dengan cepat.
“Ahhh… kak! You… ahh, like… ahhh, this?” ceracauku dengan keras.
“Yes, honey. Yes, do it faster!!” pinta kak Taufik sambil meremas-remas pantatku.

Kamipun menggenjot dan menggerakkan tubuh semakin cepat. Ketika aku sudah hampir orgasme, tiba-tiba terdengar lagi suara kaki mendekat. Kali ini kudengar ada dua orang karena mereka seperti sedang membicarakan sesuatu. Akupun langsung diam, tubuhku bagaikan dipaku di atas tubuh kak Taufik. Namun lain aku, lain pula kak Taufik. Ia tetap menggerakkan pinggulnya untuk mengguncang tubuhku. Tapi kali ini dia mengunci mulutku dengan mulutnya.

“Mppphh! Mpphhh!” desahku tertahan oleh ciumannya.

Tangannya tidak tinggal diam, diremasnya pantatku dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memilin putingku secara bergantian.

“Mppphhh! Ahhhhh!!” kami terus saling adu kelamin dan adu lidah tanpa mempedulikan sekitar, karena tidak lama kemudian kudengar dua orang itu sudah melangkah menjauh dari kamar kecil. Kami kembali bebas.

Kak Taufik langsung melepaskan ciumannya dan kembali mencupang leherku yang jenjang. Diciuminya batang leherku sambil digigit-gigitnya kecil sehingga meninggalkan bekas. “Ahh… kak. Iya, kak, fuck me harder! Ahhh…” aku semakin menggila karena kurasakan vaginaku mulai berkedut kencang.

“Ahhh… fuuucckk mee… ahhhh!! Ahhhh!!” akupun orgasme tak lama kemudian.

Cairanku menyembur deras memenuhi lubang memekku. Namun kak Taufik tetap terus menggenjot tubuhku. Dia tampak tidak peduli dengan lorong vaginaku yang semakin basah dan membanjir. Aku yang kelelahan hanya bisa bersandar ke arah tubuhnya, mengikuti segala pergerakannya sambil sesekali mendesah atas sisa-sisa orgasme yang masih melanda.

Melihatku yang sudah lemas, kak Taufik langsung melepaskan penisnya dan menyuruhku untuk jongkok di depannya. Aku sudah mengerti maunya. Akupun jongkok dan mengelus batang penisnya yang masih tampak tegak dan basah karena terkena cairan kewanitaanku. Kupijit kepala penisnya sambil sesekali mengocok batangnya.

“Yes, honey. You get it, ahhhh…” desah kak Taufik keenakan saat penisnya kukocok dan kuciumi.

Akupun mulai menjilatinya, dari ujung kepala hingga ke pangkal buah zakarnya.

“Ahhh… yess, do it now!!” desah kak Taufik.

Akupun mulai memasukkan penis tersebut ke mulutku dan menjilat seluruh batangnya. Kugerakkan benda itu keluar masuk dengan cepat.

“Ahhh… baby, do it faster! Ahh… faster!” erang kak Taufik, hampir orgasme.

Dan kulakukan teknik deepthroat yang pernah dikasih tahu temanku. Kumasukkan seluruh batang penisnya sedalam mungkin. Akupun hampir tersedak, namun kak Taufik menahan kepalaku. Saat itulah, kurasakan penisnya makin membesar dan berkedut-kedut kencang.

“Mpphhh! Mmphhh!” bunyi dengusanku yang tertahan penis. Dan selanjutnya,
“Ahhhhhhhh… swaloww it, ahhh… babe!!!” kak Taufik pun mengejang dan orgasme.

Ia menumpahkan seluruh isi penisnya ke dalam mulutku. Aku merasa semakin sesak karena mulutku semakin penuh oleh penis dan spermanya. Dengan terpaksa aku telan semua spermanya kalau tidak ingin tersedak.

Tak lama kemudian, saat semua spermanya sudah menetes keluar, kak Taufik pun melepaskan penisnya yang mulai mengkerut mengecil. “Hahhh!!” suaranya terdengar lega seperti musafir yang mendapat minum setelah melewati gurun pasir yang sangat panas.

“Rasanya asin, kak!” gerutuku.
“Hmm, asin ya? Tapi enak kan?” tanya kak Taufik.
“Iya sih, tapi lain kali jangan dipaksa gitu dong.” jawabku cemberut.
“Iya-iya, adekku sayang. Lain kali nggak kaya gini lagi kok.” balas kak Taufik sambil mencubit pipiku.

Kami pun berpakaian kembali. Aku keluar lebih dahulu untuk melihat situasi, setelah kurasa aman, aku bbm kak Taufik.

“Kak, kondisi aman. Buruan keluar.”

Kak Taufik keluar dengan wajah yang datar, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Setelah keluar bioskop, kamipun menuju basement dan mencari mobil jazz merah kepunyaan kak Taufik. Dalam perjalanan pulang, kami mengobrol.

“Kak, kalo tadi kita ketauan gimana ya? Padahal tadi kan banyak orang yang masuk?” tanyaku.
“Kalo ketahuan yah paling dibawa ke security, terus kita diarak deh keliling mall, kan seru tuh. Haha!” balas kak Taufik.

Akupun mencubitnya karena agak jengkel dengan jawabannya. Dia mengantarkanku hingga depan halaman rumahku.

Setelah berminggu-minggu berhubungan dengan kak Taufik tanpa kejelasan, akupun mulai bosan dan merasa hanya dimanfaatkan saja. Tubuhku hanya diinginkan ketika dia mau. Bahkan pernah ketika sehabis melakukan seks, dia memfoto tubuh bugilku dan membagikan kepada teman-temannya. Aku merasa jengkel dan ingin memberitahunya, namun ketika kuhubungi, dia tidak membalasnya.

Tapi ketika dia ingin melakukan seks denganku, dia terus menghubungiku. Dan ketika aku berkata malas, dia mengancam akan menyebar luaskan foto tersebut ke seluruh siswa di sekolah. Akupun hanya bisa menurutinya karena tidak mau reputasiku hancur di sekolah. Aku masuk kategori 10 cewek tercantik di sekolah dengan banyak prestasi. Jadi aku terpaksa mengikuti kemauannya karena dia juga orang yang kusuka.

Sama seperti siang ini, ketika aku pulang sekolah. Saat itu aku sedang ada ekskul teater dan kak Taufik juga sedang ekskul paskibra. Tiba-tiba hapeku berdering tanda bbm masuk.

“Ken, nanti kakak tunggu di depan gerbang setelah selesai ekskul. Ada yang mau kakak omongin.” isi pesan kak Taufik.

Akupun berpikir sejenak karena aku tahu pasti kak Taufik ada maunya kalo menghubungiku, tapi aku juga ingin membicarakan tentang foto bugilku yang disebar ke teman-temannya. Akupun membalas bbmnya, “Oke, kak. Aku juga mau ngomong sesuatu sama kakak.”

Ekskul teater pun dibubarkan karena latihan sudah selesai. Latihan hari ini cukup melelahkan juga sampai sampai bajuku basah oleh keringat, sehingga bra hitamku terlihat dari luar karena aku hanya memakai baju kaos putih polos yang ketat, sedangkan untuk bawahan, aku tetap memakai rok abu-abuku yang pendek. Aku pun langsung menuju pintu gerbang sekolah dan menghampiri kak Taufik yang sudah menunggu disana.

“Aduh, Niken, kok pakaiannya begitu sih? Gak baik tau,” ucap kak Taufik sok perhatian.
“Gak papa kok, kak. Tadi abis latihan terus males ganti lagi.” jawabku.
“Oh, ya udah. Yuk masuk ke mobil kakak.” ajaknya.

Akupun masuk ke dalam mobil Jazz merah tersebut dan tak tahu mau dibawa kemana. Di dalam perjalanan, kami seperti orang yang tidak saling kenal. Kami hanya diam dengan pikiran masing-masing karena aku masih jengkel kepadanya. Aku hanya sibuk mengutak-atik handphoneku dan kak Taufik fokus menyetir. Tak lama kemudian, mobil pun tiba di rumah kak Taufik dan langsung dimasukkan ke garasi. Aku turun dan langsung disuruh masuk ke rumahnya.

“Duduk disini dulu ya, anggap aja rumah sendiri. Kakak mau ke kamar sebentar.” Kak Taufik pun pergi ke kamarnya dan aku di ruang tamu.

Di meja terlihat ada sirup satu gelas. Mungkin memang untukku karena akupun sangat haus sekali. Tanpa pikir panjang, aku langsung menenggaknya. Tak lama kemudian, kak Taufik kembali ke ruang tamu dengan masih menggunakan baju seragam. Kamipun mengobrol sebentar. Tanpa kusadari, tubuhku semakin panas dan gerah. Aku rasa ada yang salah dengan minuman tadi. Namun aku mengabaikannya karena aku sudah tak sabar ingin menanyakan tentang foto bugilku. “Kak, aku boleh minta tolong gak?” tanyaku.

“Apa?” sahut kak Taufik.
“Fotoku jangan kasih tau siapa-siapa dong, nanti aku dikiranya cewek murahan.” ucapku.
“Oh itu… iya, kakak juga mau ngomong itu. Kalo kamu mau liat file aslinya, ada di komputer kamar kakak.

Kamu liat aja dulu fotonya, habis itu terserah mau dihapus atau enggak. Kakak mau ke kamar mandi dulu.” jawab kak Taufik sambil meninggalkanku.

Tubuhku rasanya semakin menggila. Mungkin minuman tadi sudah dikasih obat perangsang, tapi aku tidak peduli. Aku langsung masuk ke kamarnya dan mencari file fotoku di komputer kak Taufik yang sudah menyala. Aku ingin menghapusnya dan berharap tidak ada copy-annya lagi. Namun ketika sedang mencari foto tersebut, tiba-tiba ada kedua tangan memegangi tanganku dari belakang. Ketika aku menoleh untuk mengetahui tangan siapa itu, pemiliknya langsung melumat bibirku.

“Mpphhh!!” desahku tertahan. Ternyata itu kak Taufik.

Akupun langsung membalas ciumannya karena aku juga sudah sangat terangsang. Kami berciuman dengan sangat ganas dan panas. Namun setelah beberapa saat, aku kemudian melepaskan ciumannya.

“Kak, jangan sebar foto aku lagi ya. Aku mau kok ngapain aja asal rahasia kita jangan ada yang tau.” aku berkata kepada kak Taufik.

“Iya, Niken sayang. Kakak janji kok gak akan sebarin lagi.” balasnya singkat dan langsung menciumku lagi.

Dibaliknya tubuhku dan dipeluknya dengan erat hingga kini kami saling berhadapan berpelukan dengan lidah yang saling menghisap dan membelit. Bunyi kecap lidah kami sangat jelas terdengar. Sambil tetap berciuman, kak Taufik menggendongku menuju ke ranjangnya. Aku yang sudah terangsang hanya bisa pasrah saja. Ditidurkannya aku di kasurnya yang luas tersebut. Diciuminya aku satu persatu, mulai dari kuping hingga leherku.

Aku mulai mendesah pelan.

“Ahhh… Kak!” Kak Taufik terus menjelajahi tubuhku dengan mulutnya.

Dibukanya kancing seragamku satu persatu. Diciuminya dadaku yang masih terbungkus oleh bra merah.

“Hmmm… kak, hmmm…” akupun terus mendesah.

Lalu tangan ka taufik meremas payudaraku. Dibukanya kaitan bra yang memang berada di depan. Dan dia mulai kembali menciumi payudaraku lagi.

“Ahhhh… kak, ahhh…” Diemutnya putingku bergantian kanan dan kiri, kadang juga digigitnya kecil sampai meninggalkan bekas kemerahan.

Aku yang sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, langsung saja membuka rok abu-abuku beserta celana dalamku.

Melihat hal tersebut, kak Taufik juga membuka seluruh pakaiannya dan memamerkan tubuh berototnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku pun dengan sigap membuka bibir dan memasukkan benda itu ke dalam mulutku. Kukulum penisnya dengan penuh nafsu. Kulakukan gerakan lembut dengan lidahku sambil mataku menatap ke arah kak Taufik yang sedang merintih keenakan. Kujilat ujung kemaluannya dengan lidahku sambil kadang kugesekkan ke gigi-gigiku.

“Ahhh… yes, like this, honey! Ahh… holy shit!!” desisnya saat lama-lama kulumanku menjadi semakin cepat.

Kumaju mundurkan kepalaku hingga dia merintih tak tahan. Kak Taifuk pun memegangi kepalaku dan ikut memaju mundurkan pinggulnya.

“Ahhhh… iya, terus! Bentar lagi kakak keluar!!” lenguhnya.

Akupun semakin semangat memblowjobnya, hingga tak lama kemudian kurasakan lahar panas memenuhi mulutku.

“Ahhhh… yes, swallow it!!” kak Taufik tetap menahan kepalaku, mau tak mau akupun harus menelan sperma tersebut.

Aku kira semua ini akan berakhir cepat karena kak Taufik sudah orgame, namun ternyata dugaanku salah. Dia melepas kepalaku dan mengeluarkan penisnya yang terlihat masih tetap tegang. Dengan kasar, dia pun mengatur posisi untuk menyetubuhiku. Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan dia mengambil posisi tepat di tengah-tengah diantara kedua pahaku. Dia siap untuk melakukan penetrasi. Dengan sekali percobaan, seluruh batang kejantanannya langsung masuk ke dalam liang vaginaku. Ditusuknya vaginaku dengan tempo pelan untuk menyesuaikan diri.

“Ahhh… kak, ahhh… yes! Slowly!” akupun mulai mendesah pelan.

Kedua tangannya meremas kedua payudaraku dan mulutnya mencupang leherku.Tubuh kami semakin menyatu dan tempo genjotan kak Taufik makin lama semakin cepat.

“Ahhh… kak, ahh… ahh… ahhh…” desahku terputus-putus mengikuti irama tusukan penisnya.

Ketika sudah bosan dengan posisi ini, dia mengangkat kakiku yang jenjang ke pundaknya. Tangannya tetap meremas kedua bongkahan payudaraku.

“Niken, ahh… you’re ahhh… so ahhh… sexy ahhh…” pujinya sambil terus memompa tubuhku dengan cepat.

Aku yang disetubuhinya hanya bisa merem melek keenakan sambil ikut mendesah.

Saat itulah, pas lagi enak-enaknya, tiba-tiba pintu kamar kak Taufik terbuka.

“Surprise!”

Ternyata dua orang teman kak Taufik masuk dan salah satunya ada yang membawa handycam. Akupun langsung berontak dan mencoba melepaskan diri. “Apa-apan ini? Kak, lepaskan aku!!” teriakku. Namun kak Taufik malah semakin cepat memompa tubuhku dan tangannya sudah memegang kedua tanganku.

“Tenang aja, Niken. Kakak cuma mau buat kenang-kenangan kok sebelum kakak lulus.” bisiknya.

Akupun sontak kaget dan langsung melototkan mataku ke arah kak Taufik. ”Kakak gila!” umpatku.

“Sst… gak usah kaya gitu. Kakak tau kok kamu juga lagi horny kan?” tuduhnya.

Ya, aku akui itu. Bahkan, bukannya berusaha kabur, aku malah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Dan yang lebih aneh lagi, tubuhku terasa semakin horny, mungkin karena pengaruh minuman yang dikasih kak Taufik.

Melihat keadaanku yang hanya pasrah di bawah tubuh kak Taufik, teman-temannya yang memegang handycam mendekatiku dan segera merekam aksi persetubuhanku dengan kak Taufik. “Gila, Fik. Seru juga nih ya. Ini kan adek kelas yang diincar semua lelaki di sekolah kita? Kok lo bisa sih?” ucap temannya yang memegang handycam.

Kak Taufik tidak menjawabnya, dia terus fokus memompa tubuhku. Sementara teman yang satunya sudah mulai melucuti pakaiannya sendiri. Terlihat badannya yang kekar dan penisnya yang ukurannya hampir sama dengan punya kak Taufik menegang sempurna. Tanpa pikir panjang, dia langsung menghampiriku dan mengarahkan penisnya ke mulutku.

Mula-mula aku menolaknya. Aku kunci mulutku agar penisnya tidak masuk. Namun kak Taufik mencubit putingku sehingga dengan refleks akupun berteriak. “Auww!!!” Dengan cepat penis tersebut didorong ke dalam mulutku. Dan saat sudah masuk, kepalaku ditahan olehnya. Dia lalu memaju mundurkan pinggulnya sehingga penisnya seperti menyetubuhi mulutku. Aku yang sudah pasrah terpaksa harus menikmatinya. Kumainkan lidahku melingkari kepala penis tersebut dan kadang kujilati lubang kencingnya.

“Ahh… you become little slut now!” kata teman kak Taufik keenakan sambil matanya merem-melek memandangiku.

Sedangkan temannya yang sedang merekam adegan panas ini juga sudah telanjang bulat dan mengocok penisnya sendiri.

Kak Taufik dan temannya tiba-tiba mengentikan gerakannya. Lalu kak Taufik melepaskan penisnya dan membantuku bangun. Sekarang dia pindah ke belakang, sedangkan temannya yang penisnya tadi kukulum, pindah ke depan dan mengambil posisi tiduran. Aku mengerti apa yang diinginkan oleh mereka. Dengan perlahan, aku menaiki tubuh teman kak Taufik dan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.

Blessss!!!

Masuklah benda coklat panjang itu dengan sekali hentakan. Vaginaku rasanya begitu nyeri dan penuh. Tanganku segera bertumpu pada dadanya yang bidang saat aku mulai menggoyangkan tubuhku.

“Ahh… ahhhh… ahhh… ahhh…” aku mendesah, semakin lama gerakanku menjadi semakin liar.

Aku seperti coboy yang lagi mengendarai kuda. Bedanya, yang ini kudanya adalah manusia dan aku bertumpu pada penisnya. Teman kak Taufik memelukku sehingga kini dada kami saling menyatu. Aku cium bibirnya dan dibalas dengan lidahnya yang memasuki rongga mulutku.

Tiba-tiba kurasakan benda tumpul menggesek lubang anusku. Aku berusaha menoleh ke belakang, namun kepalaku tetap ditahan agar ciuman kami tidak terlepas. Kurasakan benda itu mulai memasuki anusku secara perlahan. Sangat perih karena ini untuk yang pertama kalinya. Setelah ciuman kami terlepas, barukah aku tahu ternyata kak Taufik lah yang sedang berusaha memperawani lubang Anusku. Belum sempat aku memohon agar dia tidak melanjutkan, kak Taufik dengan sekali hentakan yang kencang menusukkan penisnya. Dia berhasil menerobos lubang anusku!!!

“Ngghhhhhh…!!” akupun menjerit menahan sakit, mulutku membuka membentuk huruf O.
Namun belum selesai penderitaanku, tiba-tiba sebuah penis sudah memasuki lubang mulutku, memaksaku untuk diam. “Mhhhhmpph!!!”

Ternyata teman kak Taufik yang memegang handycam yang melakukannya. Ia mengarahkan handycam-nya tepat ke wajahku. Di-zoom nya wajahku yang sedang kepayahan mengulum penisnya sambil merintih keenakan. Aku yang sudah terbawa nafsu, menatap handycam tersebut dengan wajah yang sayu. Oh tidak, inikah yang dinamakan gangbang? Sangat menyiksa namun begitu nikmat.

Mereka bertiga terus melakukan aktifitasnya. Tangan mereka pun bekerja semua. Ada yang meremas payudaraku, memukul pantatku dan memegang kepalaku. Tiba-tiba penis yang ada di mulutku kurasakan semakin membesar, mungkin akan mengeluarkan spermanya. Segera kulakukan deepthroat agar penis tersebut segera menyemburkan isinya. Namun teman kak Taufik menarik penis tersebut keluar. Diambilnya tanganku dan disuruhnya aku untuk mengocoknya. Aku pun melakukannya menghadap ke mukaku sambil kutoleh handycam dan mendesah, “Ohhh… yess, a little harder, guys! Ahh… little harder!” aku merintih kesetanan.

“Ahh… come on, faster! Ahh… kocok yang cepet! Aahhh…” pinta teman kak Taufik yang hampir menjelang orgasme.

Lalu… Crooot! Crooot! Crooot! keluarlah semua isi penis tersebut, mengenai tepat di wajah serta rambutku. Aku pun terus mengocoknya sampai penis tersebut mengkerut kecil. Lalu kumasukkan lagi ke dalam mulutku untuk membersihkan sisa-sisa sperma yang masih ada. Aku sudah sangat terbawa oleh nafsu dan tidak menggunakan akal sehat lagi.

Setelah itu teman kak Taufik pun mundur dan melanjutkan merekam persetubuhan dua pria dengan satu wanita. Aku yang dihimpit dua pria serta dua penis yang menusuk lubang kemaluan dan anusku, hanya bisa mendesah keenakan. Rasa perih, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Setelah cukup lama, tiba-tiba kurasakan vaginaku berdenyut.

“Ahhh… come on ahh… aku udah gak kuat lagi, kak!” aku meracau seperti kesetanan.
“Ahhhh… kak, I’m cuming! I’m cuming! Ahh… yess ahh… fuck! Ahhhh…” akupun orgasme untuk pertama kalinya.

Tubuhku langsung lemas dan mereka juga berhenti menggoyangkan pinggulnya.

Tapi belum sempat aku beristirahat, tiba-tiba teman kak Taufik mengambil posisi di belakangku dan kak Taufik pindah ke depan. Teman kak Taufik mengambil posisi duduk dan menarik tubuhku untuk dipangkunya. Penisnya yang besar mencoba menerobos anusku lagi. Mungkin karena sudah diperawani oleh kak Taufik jadi tidak terasa terlalu perih.

“Nggghhhh!!” kami berdua melenguh saat penis dan anus kami menyatu.

Dia langsung menidurkan dirinya dan diriku sehingga aku sekarang telentang di atas tubuhnya, dengan penisnya ada di dalam anusku.

Kak Taufik membuka lebar pahaku dan memasukan penisnya ke dalam vaginaku. Dengan sekali hentakan, ambles lah seluruh batang kemaluannya ke dalam vaginaku. Oh, God! Aku akan di gangbang lagi. Kedua pria tersebut menggerakan pinggulnya masing-masing. Aku hanya bisa mendesah dengan muka pasrah dan penuh sperma. Aku tatap kamera sambil menggigit bibir bawahku agar terlihat lebih menggoda.

“Ahhh… yes, ahh… fuck me harder!” aku meracau tidak jelas karena kedua penis tersebut terus menggali kedua lubangku.

Tiba-tiba kak Taufik semakin mempercepat kocokannya dan kurasa dia akan segera keluar.

“Ahhh… ahhh… kakak mau keluar!” Dia terus memompa tubuhnya semakin cepat.

Akupun juga merasa akan orgasme. Kurasakan penis kak Taufik semakin membengkak dan dinding-dinding vaginaku juga mulai berdenyut kencang.

“Aaahhhhhhhhhh… ahh… ahhhhhh!!” desahku panjang tanda orgasme.

Kak Taufik juga keluar dan menumpahkan spermanya ke liang vaginaku. Temannya yang sedang memompa anusku pun berhenti untuk membiarkan aku untuk merasakan detik-detik orgasme yang aku alami.

Cairan kental keluar dari liang vaginaku. Air mani kak Taufik dan cairan orgasmeku meleleh bersatu keluar bagaikan sungai karena begitu banyaknya. Kak Taufik yang sudah orgasme melepaskan penisnya dan mendekatkan kembali ke wajahku. Aku langsung saja memegang batang yang sudah loyo itu dan memasukkannya ke dalam mulutku untuk membersihkan sisa-sisa spermanya yang masih ada.

Setelah sedikit istirahat, teman kak Taufik yang penisnya masih berada di anusku mulai menggerakkan pinggulnya kembali. Namun aku sudah sangat lelah hingga aku memohon untuk berhenti. “Kak, aku sudah capek. Nanti lagi ya?” pintaku dengan suara lirih.

“Tanggung, kakak juga udah mau keluar nih. Lanjutin aja dulu bentar. Sekarang kamu ganti posisi ya,” sahutnya.

Aku yang sudah sangat lelah langsung berinisiatif berdiri dan membalikkan tubuhku menghadap dirinya. Dia tetap tiduran. Aku mulai menurunkan pinggulku menuju penisnya.

“Nghhhhhhh!!!” Dengan mudah penisnya masuk ke lubang vaginaku.

Akupun langsung menaik-turunkan tubuhku dengan cepat agar dia cepat orgasme dan mengakhiri ini semua.

“Ahhh… yes, ahhh… yess!” erangku yang sudah kesetanan.

Kedua tanganku meremas kedua payudaraku sendiri untuk menambahkan nikmat yang tiada tara ini.

“Iya, ahh… begitu, ahh… Niken, ahhh… terus, ahhhh…” dia memerintahku untuk terus memompa diriku sendiri.
“Ahhh… kak, ahhh… do you like it, baby?” aku menggodanya tanpa menurunkan tempo.

Tubuhku terus bergoyang naik turun menikmati persetubuhan yang sangat melelahkan ini. Vaginaku mulai berdenyut lagi. Kurasa aku hampir orgasme untuk yang kedua kalinya.

“Ngghhhh… kak, aku ahhh… mau keluar!” jeritku.
“Iya, terus goyangin badan kamu!”
“Aku keluarrrr… agghhhhhhh!!!”
“Kakak juga, ahhhhhhhhh…”

Kamipun orgasme secara bersamaan. Dia melepaskan seluruh spermanya ke dalam vaginaku sehingga ketika aku berdiri untuk melepaskan penisnya, spermanya yang bercampur dengan cairan vaginaku menetes melalui pangkal pahaku.

Setelah kurang lebih tiga jam aku disetubuhi, akupun mandi di rumah kak Taufik untuk menghilangkan bau sperma dan keringat kakak kelas yang ada di tubuhku. Setelah selesai mandi, aku pun meminta kak Taufik untuk memenuhi janjinya untuk tidak menyebarkan video tersebut. Ya, untuk terakhir kalinya aku melakukan hal ini dengan kak Taufik karena ia sudah lulus dan melanjutkan kuliah di luar negeri, sedangkan aku masih harus dua tahun lagi untuk meluluskan sekolah SMA-ku ini.

Cerita Dewasa Ngentot Bersama Perawan yang masih SMP

$
0
0
Cerita Seks Perkosa Perawan Saat Tidur Pulas, Perkenalkan namaku Anji saat ini aku berkuliah di universitas swasta Jakarta, kisah seksku ini adalah kejadian nyata tanpa ada rekayasa, kejadian ini terjadi satu tahun yang lalu, temanku yang bernama Tegar mengajakku menemaninya transaski dengan temannya (Jonathan).
 
Cerita Seks Perkosa Perawan Saat Tidur Pulas
Saya jelaskan saja perihal kedua orang itu sebelumnya. Tegar adalah teman kuliahku dan dia seorang yang rajin dan ulet termasuk dalam hal berbisnis walaupun dia masih kuliah.
Jonathan adalah teman kenalannya yang juga seorang anak mantan pejabat tinggi yang kaya raya (saya tidak tahu apakah kekayaan orang tuanya halal atau hasil korupsi!).
Setahun yang lalu Jonathan menawarkan beberapa koleksi lukisan dan patung (Jonathan sudah mengetahui perihal bisnis Tegar sebelumnya) milik orang tuanya kepada Tegar, koleksi lukisan dan patung tersebut berusia tua.
Tegar tertarik tapi dia membutuhkan kendaraan saya karena kendaraannya sedang dipakai untuk mengangkut lemari ke Bintaro, oleh karena itu Tegar mengajak saya ikut dan saya pun setuju saja.
Perlu saya jelaskan sebelumnya, Jonathan menjual koleksi lukisan dan patung tersebut, oleh Tegar diperkirakan karena Jonathan seorang pecandu putaw dan membutuhkan uang tambahan.
Keesokan harinya (hari Minggu), saya dan Tegar berangkat menuju rumah Jonathan di kawasan Depok. Setelah sampai di depan pintu gerbang 2 orang satpam berjalan ke arah kami dan menanyakan maksud kedatangan kami.
Setelah kami jelaskan, mereka mengijinkan kami masuk dan mereka menghubungi Jonathan melalui telepon. Saya memarkir kendaraan saya dan saya mengagumi halaman dan rumah Jonathan yang amat luas dan indah,
” Betapa kayanya orang tua Jonathan” bisik dalam hatiku.
Kami harus menunggu sebentar karena Jonathan sedang makan. Sambil menunggu, kami berbicara dengan satpam.
Dalam pembicaraan itu, seorang satpam menceritakan kalau Jonathan itu seorang playboy dan suka membawa wanita malam-malam ke rumahnya ketika orang tuanya sedang pergi.
Setelah menunggu selang 10 menit, akhirnya Jonathan datang (saya yang baru pertama kali melihatnya harus mengakui bahwa Jonathan memiliki wajah yang amat rupawan, walau saya pun seorang lelaki dan bukan seorang homo!).
Tegar memperkenalkan saya dengan Jonathan. Setelah itu Jonathan mengajak Tegar masuk ke rumah untuk melihat patung dan lukisan yang akan dijualnya.
Saya bingung apakah saya harus mengikuti mereka atau tetap duduk di pos satpam. Setelah mereka berjalan sekitar 15 meter dari saya, seorang satpam mengatakan sebaiknya kamu (saya) ikut mereka saja daripada bosan menunggu di sini (pos satpam).
Saya pun berjalan menuju rumahnya. Ketika saya masuk, saya tidak melihat mereka lagi. Saya hanya melihat sebuah ruangan yang luas sekali dengan sebuah tangga dan beberapa pintu ruangan.
Saya bingung apakah saya sebaiknya naik ke tangga atau mengitari ruangan tersebut (sebenarnya bisa saja saya teriak memanggil nama Tegar atau Jonathan tapi tindakan itu sangat tidak sopan!).
Akhirnya saya memutuskan untuk mengitari ruangan tersebut dengan harapan dapat menemui mereka. Setelah saya mengitari, saya tetap tidak dapat menemukan mereka. Tapi saya melihat sebuah pintu kamar yang pintunya sedikit terbuka.
Saya mengira mungkin saja mereka berada di dalam kamar tersebut. Lalu saya membuka sedikit demi sedikit pintu itu dan betapa terkejutnya saya ketika saya melihat seorang anak perempuan sedang tertidur dengan daster yang tipis dan hanya menutupi bagian atas dan bagian selangkangannya, saya bingung harus bagaimana!
Dasar otak saya yang sudah kotor melihat pemandangan paha yang indah, akhirnya saya masuk ke dalam kamar tersebut dan menutup pintu itu.
Saya melihat sekeliling kamar itu, kamar yang luas dan indah, beberapa helai pakaian SLTP berserakan di tempat tidur, dan foto anak tersebut dengan Jonathan dan seorang lelaki tua dan wanita tua (mungkin foto orang tuanya).
Anak perempuan yang sangat cantik, manis dan kuning langsat! lalu saya melangkah lebih dekat lagi, saya melihat beberapa buku pelajaran sekolah dan tulisan namanya: Ervina kelas 1 C. Masih kelas 1! berarti usianya baru antara 11-12 tahun.
Lalu saya memfokuskan penglihatan saya ke arah pahanya yang kuning langsat dan indah itu! Ingin rasanya menjamah paha tersebut tapi saya ragu dan takut. Saya menaikkan pandangan saya ke arah dadanya dan melihat cetakan pentil susu di helai dasternya itu
Dadanya masih kecil dan ranum dan saya tahu dia pasti tidak memakai pakaian dalam (BH atau kutang) di balik dasternya itu! Wajahnya sangat imut, cantik dan manis! Akhirnya saya memberanikan diri meraba pahanya dan mengelusnya, astaga..mulus sekali!
Lalu saya menaikkan sedikit lagi dasternya dan terlihatlah sebuah celana dalam (CD) warna putih. Saya meraba CD anak itu dan menarik sedikit karet CDnya, lalu saya mengintip ke dalam,.. Astaga! tidak ada bulunya! Jantung saya berdetak kencang sekali dan keringat dingin mengalir deras dari tubuh saya.
Lalu saya mencium Cdnya, tidak ada bau yang tercium. Lalu saya menarik sedikit lagi dasternya ke atas dan terlihatlah perut dan pinggul yang ramping padat dan mulus sekali tanpa ada kotoran di pusarnya! Luar biasa!
Otak porno saya pun sangat kreatif juga, saya memberanikan diri untuk menarik perlahan-lahan tali dasternya itu, sedikit-seditkit terlihatlah sebagian dadanya yang mulus dan putih! ingin rasanya langsung memenggangnya, tapi saya bersabar.
Lalu saya menarik lagi tali dasternya ke bawah dan akhirnya terlihatlah pentil Ervina yang bewarna kuning kecoklatan! Jantung saya kali ini terasa berhenti! Sayapun merasa tubuh saya menjadi kaku. Jari sayapun mencolek pentilnya dan memencet dengan lembut payudaranya.
Saya melakukankan dengan lembut, perlahan dan sedikit lama juga, sementara Ervina sendiri masih tertidur pulas. Setelah puas, saya menjilat dan mengulum pentilnya, terasa tawar.
Dasar otakku yang sudah gila, saya pun nekat menarik seluruh dasternya perlahan kearah bawah sampai lepas, sehingga Ervina kini hanya mengenakan celana dalam (CD) saja! Saya memandangi tubuh Ervina dengan penuh rasa kagum.
Tiba-tiba Ervina sedikit bergerak, saya kira ia terbangun, ternyata tidak, mungkin sedang mimpi saja. Saya mengelus tubuh Ervina dari atas hingga pusar/perut. Puas mengelus-elus, saya ingin menikmati lebih dari itu!
Saya menarik perlahan-lahan CD Ervina ke arah bawah hingga lepas. Kini Ervina telah telanjang bulat! Betapa indahnya tubuh Ervina ini, gadis kelas 1 SLTP yang amat manis, imut dan cantik dengan buah dada yang kecil dan ranum serta vaginanya yang belum ada bulunya sehelaipun!
Lalu saya mengelus bibir vaginanya yang mulus dan lembek dan sayapun menciumnya. Terasa bau yang khas dari vaginanya itu! Dengan kedua jari telunjuk saya, saya membuka bibir vaginanya dengan perlahan-lahan, terlihat dalamnya bewarna kemerah merahan dengan daging di atasnya.
Saya menjulurkan lidah saya ke arah vaginanya dan menjilat-jilat vaginanya itu. Saya deg-degan juga melakukan adegan itu. Saya tahu tindakan saya bisa ketahuan olehnya tapi kejadian ini sulit sekali untuk dilewatkan begitu saja!
Benar dugaan saya! Pada saat saya sedang asyiknya menjilat vaginanya, Ervina terbangun! Saya pun terkejut setengah mati! Untung Ervina tidak teriak tapi hanya menutup buah-dadanya dan vaginanya dengan kedua tangannya.
Mukanya kelihatan takut juga.
Ervina lalu berkata ” Siapa kamu, apa yang ingin kamu lakukan?”.
Saya langsung berpikir keras untuk keluar dari kesulitan ini! Lalu saya mengatakan kepada Ervina: ” Ervina, saya melakukan ini karena Jonathan yang mengijinkannya!”, kataku yang berbohong.
Ervina kelihatan tidak percaya lalu berkata ” Tidak mungkin, Jonathan kakakku!”. Pandai juga dia!
Tapi saya tidak menyerah begitu saja. Saya mengatakan lagi ” Ervina, saya tahu Jonathan kakakmu tapi dia punya hutang yang amat besar pada saya, apakah kamu tega melihat kakakmu terlibat hutang yang amat besar? Apakah kamu tidak kasihan pada Jonathan?, kalau dia tidak melunasi hutangnya, dia bisa dipenjara ” kataku sambil berbohong.
Ervina terdiam sejenak. Saya berusaha menenangkan Ervina sambil mengelus rambutnya. Ervina tetap terdiam. Sayapun dengan lembut menarik tangannya yang menutupi kedua buah dadanya. Dia kelihatannya pasrah saja dan membiarkan tangannya ditarik oleh saya.
Terlihat lagi kedua buah dadanya yang indah dan ranum itu! Saya mencium pipinya dan berkata “Saya akan selalu mencintaimu, percayalah!”.
Saya merebahkan tubuhnya dan menarik tangannya yang lain yang menutupi vaginanya. Akhirnya dia menyerah dan pasrah saja terhadap saya.
Saya tersenyum dalam hati. Saya langsung buru-buru membuka seluruh pakaian saya untuk segera menuntaskan ” tugas ” ini (maklum saja, kalau terlalu lama, transaksi Jonathan dengan Tegar selesai, sayapun bisa ketahuan, ujung-ujungnya saya bisa saja terbunuh!).
Saya langsung mencium mulut Ervina dengan rakus. Ervina kelihatannya belum pernah ciuman sebelumnya karena dia masih kaku. Lalu saya mencium lehernya dan turun ke arah buah dadanya.
Saya menyedot kedua buah dadanya dengan kencang dan rakus dan meremas-remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat, Ervina kelihatannya kesakitan juga dengan remasan saya itu, Sayapun menarik-narik kedua pentilnya dengan kuat!
“Sakit Kak ” kata Ervina. Saya tidak lagi mendengar rintihan Ervina.
Saya mengulum dan menggigit pentil Ervina lagi sambil tangan kanan saya meremas kuat pantat Ervina. Setelah puas, saya membalikkan badan Ervina sehingga Ervina tengkurap. Saya jilat seluruh punggung Ervina sampai ke pantatnya.
Saya remas pantat Ervina kuat-kuat dan saya buka pantatnya hingga terlihat anusnya yang bersih dan indah. Saya jilat anus Ervina, terasa asin sedikit! Dengan jari telunjuk saya, saya tusuk-tusuk anusnya, Ervina kelihatan merintih atas tindakan saya itu. Saya angkat pantat Ervina, saya remas bagian vagina Ervina sambil ia nungging (posisi saya di belakang Ervina).
Ervina sudah seperti boneka mainan saya saja! Setelah puas, saya balikkan lagi tubuh Ervina sehingga ia terlentang, saya naik ke atas kepala Ervina dan menyodorkan penis saya ke mulut Ervina.
” Jilat dan kulum!” kataku.
Ervina ragu juga pada awalnya, tapi saya terus membujuknya dan akhirnya ia menjilat juga.
Penis saya terasa enak dan geli juga dijilat olehnya, seperti anak kecil yang menjilat permen lolipopnya. “Kulum!” kataku, dia lalu mengulumnya.
Saya dorong pantat saya sehingga penis saya masuk lebih dalam lagi, kelihatannya dia seperti mau muntah karena penis saya menyentuh kerongkongannya dan mulutnya yang kecil kelihatan sulit menelan sebagian penis saya sehingga ia sulit bernapas juga.
Sambil ia mengulum penis saya, tangan kanan saya meremas kuat-kuat payudaranya yang kiri hingga terlihat bekas merah di payudaranya. Saya langsung melepaskan kuluman itu dan menuju ke vaginanya.
Saya jilat vaginanya sepuas mungkin, lidah saya menusuk vaginanya yang merah pink itu lebih dalam, Ervina menggerak-gerakkan pantatnya kiri-kanan, atas-bawah, entah karena kegelian atau mungking ia menikmatinya juga. Sambil menjilat vaginanya, kedua tangan saya meremas-remas pantatnya.
Akhirnya saya ingin menjebol vaginanya. Saya naik ke atas tubuh Ervina, saya sodorkan penis saya ke arah vaginanya. Ervina kelihatan ketakutan juga, ” Jangan kak, saya masih perawan!”, Nah ini dia! saya membujuk Ervina dengan rayuan-rayuan manis.
Ervina terdiam pasrah. Saya tusuk penis saya yang besar itu yang panjangnya 18 cm dan diameter 6 cm ke vaginanya yang kecil sempit tanpa bulu itu! Sulit sekali awalnya tapi saya tidak menyerah.
Saya lebarkan kedua kakinya hingga ia sangat mengangkang dan vaginanya sedikit terbuka lagi, saya hentakkan dengan kuat pantat saya dan akhirnya kepala penis saya yang besar itu berhasil menerobos vaginanya
 Ervina mencakar tangan saya sambil berkata ” sakitt!!” saya tidak peduli lagi dengan rintihan dan tangisan Ervina!
Sudah sepertiga penis saya yang masuk. Saya dorong-dorong lagi penis saya ke dalam lobang vaginanya dan akhirnya amblas semua! Dan seperti permainan sex pada umumnya, saya tarik-dorong, tarik-dorong, tarik-dorong, terus-menerus!
Ervina memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya. Tangan saya tidak tinggal diam, saya remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat hingga ia kesakitan dan saya tarik-tarik pentilnya yang kuning kecoklatan itu kuat-kuat!
Saya memainkan irama cepat ketika penis saya menghujam vaginanya. Baru 5 menit saya merasakan cairan hangat membasahi penis saya, pasti ia mencapai puncak kenikatannya.
Setelah bermain 15 menit lamanya, saya merasakan telah mencapai puncak kenikmatan, saya tumpahkan air mani saya kedalam vaginanya hingga tumpah ruah. Saya puas sekali!
Saya peluk Ervina dan mencium bibir, kening dan lehernya. Saya tarik penis saya dan saya melihat ada cairan darah di sprei kasurnya.
Habislah keperawanannya! Setelah itu saya lekas berpakaian karena takut ketahuan.
Saya ambil uang 300.000 rupiah dari saku saya dan saya berikan ke Ervina,
” Ervina, ini untuk uang jajanmu, jangan bilang ke siapa-siapa yah “, Ervina hanya terdiam saja sambil menundukkan kepala dan menutupi kedua buah dadanya dengan bantal.
Saya langsung keluar kamar dan menunggu saja di depan pintu masuk. Sekitar 10 menit kemudian Jonathan dan Tegar turun sambil menggotong lukisan dan patung.
Ternyata mereka transaksinya bukan hanya lukisan dan patung saja tapi termasuk beberapa barang antik lainnya.
Pantasan saja mereka lama! Akhirnya saya dan Tegar permisi ke Jonathan dan ke kedua satpam itu. Kami pergi meninggalkan rumah itu.
Tegar puas dengan transaksinya dan saya puas telah merenggut keperawanan adik Jonathan. Ha ha ha ha ha, hari yang indah dan takkan terlupakan!

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Anak Kost Berjilbab

$
0
0

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Anak Kost Berjilbab – Kali ini aku akan menceritakan kisah wanita jilbab yang diembat memeknya oleh anak muda, sebut saja dalam cerita ini Delia, dia wanita yang cantik walaupun tubuhnya berbalut memakai pakaian jilbab, dilihat dari wajahnya saja terwat apalagi tubuhnya dibalik pakaian kerudung itu terdapat sebuah rahasia yang didambakan lelaki, vaginanya yang di hiasi oleh bulu bulu tipisnya dan toketnya yang kencang dan padat.

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Anak Kost Berjilbab – Rodalku selalu dibuat berdiri dan tegang jika melihat tubuh Delia, meskipun dia sudah mempunyai suami aku sempat bermimpi ngentot dengan dia di kamar hotel bersama, oya dari tadi sudah panjang kali lebar aku belum memperkenalkan diri saya, perkenalkan namaku Fakri umurku 22 tahun aku mempunyai kontol yang panjangnya 20 cm diameter 6 cm sungguh memuaskan bukan.

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Anak Kost Berjilbab -Aku tinggal di rumah kost dan memiliki tetangga yang bernama Ibu Delia, berjilbab umurnya sekitar 33 tahun, anaknya sudah 3 yang paling besar masih sekolah kelas 5 SD, yang palig kecil umur 2 tahun, sedangkan suaminya bekerja di perusahaan kontraktor.

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Anak Kost Berjilbab -Setiap hari Ibu Delia ini wanita yang memakai jilbab panjang sampai ke lengannya, boleh dikatakan aku melihatnya terlalu sempurna untuk ukuran seorang wanita yag sudah berumah tangga dan tentunya aku sangatlah segan dan hormat padanya.

Suatu ketika suaminya sudah pergi ke kantor untuk kerja dan aku sendiri masih di rumah rencananya agak siangan baru aku ke kantor.

“Fakri”, Ibu Delia memanggil dari sebelah karena aku masih malas hari ini jadi aku tidak menyahut dan tetap tidur tiduran saja di tempat tidurku.

”Fakri… Fakri, Ibu minta tolong bisa ?? ujar Ibu Delia dari luar aku sebenarnya sudah mendengar namun rasanya badanku lagi malas bangun karena mungkin aku yang di panggil tidak segera keluar, maka ibu Delia dengan hati-hati membuka pintu rumahku dan masuk pelan-pelan mencari aku, seketika itu juga aku pura pura tutup mataku dia mencari cari aku dan akhirnya dia melihat aku tidur di kamar.

“ohh, maaf…” Ujarnya spontan dia kaget karena kebiasaan kalo aku tidur tidak pernah pake baju dan hanya celana dalam saja dan pagi itu kontolku sebenarnya lagi tegang biasa penyakit di pagi hari, seketika itu dia langsung balik melangkah dan menjauh dari kamarku. Aku coba mengintip dengan sebelah mataku dan dia sudah tidak ada, tapi kira kira tak lama kemudian dia balik lagi dan mengendap-ngendap mengintip kamarku sambil tersenyum penuh arti cukup lama dia perhatikan aku dan setelah itu ibu Delia lngsung balik ke rumahnya.

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Anak Kost Berjilbab -Besok pagi setelah semuanya tidak ada di rumahnya ibu Delia, tinggal anaknya yang paling kecil dah tidur, sayup sayup aku dengar di samping kamarku yang ada di belakang, sepertinya ada yang mencuci pakaian, ku intip di belakang.

Ohh ibu Delia sedang mencuci pakaian namun dia hanya memakai daster terusan panjang dan jilbab karena dasternya yang panjang, maka dasternya basah sampai ke paha saat aku sedang intip ibu Delia langsung berdiri dan mengangkat dasternya serta merta mencopot celana dalamnya dan langsung dicuci sekalian otomatis saat itu aku melihat memeknya yang merah dan pahanya yang putih di tumbuhi bulu-bulu halus aku langsung berputar otak, otak ku ingin rasanya mencicipi memek yang indah dari ibu Delia yang berjilbab ini.

“Maaf ibu Delia, kemarin ada perlu apa?“ tanyaku mengagetkan ibu Delia dan semerta merta dia lngsung merapikan dasternya yang tersingkap sampai ke paha.

“Iya nih mas Fakri Ibu kemarin mo minta tolong pasangin lampu di kamar mandi“ katanya.

“Kalo gitu sekarang aja bu soalnya sbentar lagi saya mo kerja“ sambil mataku melihat dasternya, membayangkan apa yang didalamnya.

“Oh iya lewat sini saja” ujarnya karena memang tipe rumah kost yang aku tempati di belakangnya cuma di palang kayu dan seng otomatis kegiatan tetangga kelihatan di belakang.”Cerita Ngentot Jilbab”

“Ini lampunya dan kursinya hati hati yah, jangan sampe ribut soalnya anaku lagi tidur” kata Ibu Delia.

Aku lngsung memasang dan ibu Delia melanjutkan mencuci, setelah selesai aku langsung pulang.

“Ibu sudah selesai“ kataku, kemudian ibu Delia lngsung berdiri tapi saat itu dia terpeleset ke arahku seketika itu aku menangkapnya, tanganku mengenai payudaranya yang montok dan tanganku satu lagi mengenai lngsung pantatnya yang tidak pake celana dalam dan hanya ditutupi daster saja.

”Maaf Dik Fakri agak licin lantainya” ujarnya tersipu-sipu. “Fakri tunggu yah ibu bikinin Teh “ ujarnya.

Dia ke dapur dan dari belakang aku mengikutinya secara pelan pelan, saat dia sedang membuat teh untukku, langsung aku memeluknya dari belakang.

“Fakri apa apaan nih???” sentak Ibu Delia.

“Maaf bu saya melihat ibu sangatlah cantik dan seksi” ujarku.

“Jangan Fakri aku dah punya suami” tapi tetap ibu Delia tidak melepaskan pegangan tanganku yang mampir di pinggangnya dan dadanya.

“Fakri jangaann” langsung aku menciumi dari belakang.

“Ookhh Fakri hmmm” ibu Delia menggeliat langsung dia membalik badannya menghadapku.

“Fakri aku udah basssaa…” ketika dia akan mengucapkan sesuatu langsung aku cium bibirnya dengan lama, dia lngsung meresponku dan langsung memeluk leherku.

“Mmmmmhprpp” bunyi mulutnya dan aku beradua. Kubuka jilbabnya sedikit saja sambil tanganku mencoba menggerayangi dadanya aku melihat dasternya memakai kancing 2 saja diatas dadanya aku membukanya dan tersembulah buah dadanya yang putih mulus, kujilat dan kuisap pentilnya.

“Fakri ooohhh….ufhhh” lirihnya, “slurrpp…slurp” saat aku jilat sepertinya masih ada sedikit air susunya hmmmm tambah nikmatnya.

Sambil menjilat dan menyedot susunya aku tetap tidak membuka jilbab maupun dasternya tapi tanganku tetap menarik dasternya keatas, karena dari tadi dia tidak pake celana dalam maka dengan gampang itilnya ku usap-usap dengan tanganku.”Cerita Ngentot Jilbab”

“Ohhhohsssshhhh” gumam ibu Delia, kepalaku ku dekatkan ke memeknya dan kakinya kurenggangkan. Pelan-pelan kujilati itil dan memeknya pelan, kulihat kepalanya telah goyang ke kanan dan ke kiri pelan-pelan sambil lidahku bermain di memeknya kubuka celana pendekku dan terpampanglah kontolku yang telah tegang.

Namun ibu Delia masih tidak menyadari akan hal itu, pelan pelan ku mengangkat dasternya, namun tidak sampai terbuka semuanya hanya sampai di perutnya sajadan mulutku mulai beradu dengan bibirnya yang ranum.

“Mmmppghh Fakri aku….”ujar ibu Delia, kuhisap dalam-dalam lidahnya, ibu Dahlia sungguh indah bibirmu, memekmu dan semuanya. Sambil menjilat seluruh rongga mulutnya kubawa ia ke atas meja makannya dan kusandarkan ibu Delia di pinggiran meja tanganku ku mainkan kembali ke itil dan sekitaran memeknya.

“ahhhhhh…. Fakrii ibu udah nggak kuaatttttt” lirih Ibu Delia.

Pelan pelan ku pegang kontolku, kuarahkan ke memeknya yang sudah basah dan licin dan “bleeesssssssssshh”.

“ohhhhh….enaak… Fakri.” teriak Ibu Delia.

Kontolku ku diamkan sebentar Ibu Delia sepontan melihat ke wajahku dan langsung ia menunduk lagi kududukkan di atas meja makan dan kuangkat kakinya mulailah aku memompanya.

“Oh memeknya ibu sangat enak…”, bisikku.

“Fakri kontolmu juga sangat besar rupanya” ,ibu Delia sudah tidak memikirkan lagi norma norma, yang ada hanya lah nafsu birahinya yang harus dituntaskan. Berulang-ulang ku pompa memeknya dengan kontolku.

“Oohh akhh Fakri”, ku balikkan lagi badannya dan tangannya memegang pinggiran meja, kutusuk memeknya dari belakang, bleesssssssss.

“Ohhhhh….” teriak Ibu Delia kuhujam sekeras-kerasnya kontolku, tanganku meremas remas susunya.

Aku liat dari belakang, sangat bagus sekali body ibu Delia ini dalam posisi nungging, tanpa melepas daster dan jilbabnya kutusuk terus. Hingga kurang lebih setengah jam ibu Delia bilang “Fakri ibu udah nggak tahan”.

“Sabar bu bentar lagi saya juga keluar” Ujarku.

“Ohohhhh…umpghhh.. Fakri ibu mau keluarrrr achhhh” semakin kencang dan terasa memeknya menjepit kontolku dan ku rasakan ada semacam cairan panas yang menyirami kontolku di dalam memeknya.

Semakin kupercepat gerakan menusukku, “oh Ibu aku juga dah mo sampai neh”

“cepat Fakri ibu bantu ohouhhhhh” ibu Delia menggoyangnya lagi dan akhirnya aku merasa akan keluar.

“Ibu aku mo keluararrrrr…oooohhhh” akhirnya cairan mani ku menyirami seluruh memeknya.

Setelah hening sejenakku cabut kontolku dan kupakai celana pendek setelah itu ibu Delia merapikan Daster dan jilbabnya langsung aku minta maaf kepadanya.

“Bu mohon maaf Fakri khilaf” kataku.

“Tidak apa-apa kok Fakri ibu juga yang salah yang menggoda Fakri “ujarnya. Aku langsung pamitan kembali ke rumahku sebelah dan mandi, setelah mandi kulihat ibu Delia sedang menjemur pakaian tapi jelas didalam daster ibu Delia tidak memakai celana dalam karena terlihat tercetak lewat sinar matahari pagi yang meninggi mulai mendekati jam 10 pagi.

Sebelum aku pergi ku sempatkan pamitan ke ibu Delia dan dia tersenyum, tidak tau apakah ada artinya atau tidak.

Viewing all 14 articles
Browse latest View live